Part 25 - Truth be told I never be yours

22.4K 955 4
                                    

Aku pernah berpikir kalau aku akan siap untuk menunggunya bercerita padaku, siap untuk menunggunya mencintaiku.

Tapi ternyata aku salah.
Aku kesal waktu dia tidak bercerita padaku tentang hubungannya dengan Claudia. Dan aku sedih, kalau mengingat dia bahkan belum bisa mencintaiku, bahkan dia masih belum bisa melupakan mantannya itu. Jadi aku salah, waktu aku mengatakan aku siap menunggunya.

Aku ingat bagaimana kemarin dia tidak menjawab pernyataan cintaku.

Aihhh, pernyataan cinta.

Aku bahkan gak pernah berfikir untuk menyatakan duluan. Ini pertama kalinya buatku. Salahkan pada emosi ku karena dia aku harus menyatakan cinta duluan.

Erhan bahkan tak menjawabku dan mengejarku kan? Dia hanya duduk terdiam disana.

Kesel kalau inget, jelas.
Lebih kesel ke.. Diriku yang gak bisa nahan nih mulut. Padahal jelas-jelas dia masih suka sama Claudia dan aku malah menyatakan cintaku.

Sedih. Jelas sedih.
Mau dibawa kemana hubungan kami?
Apa aku sanggup bertahan dengan orang yang hatinya berada ditempat lain?
Atau aku harus pergi dari hidupnya?

Aku tak tahu.

"Van, air matanya gak habis-habis kok? Banyak stock ya emang?" Kak Divo menempelkan kedua tangannya dengan terbuka ke daguku. Seperti seolah-olah sedang menadah air mataku.

Aku menarik kepalaku kaget, aku tidak tahu kapan Kak Divo sudah ada disebelahku. Tadi pagi dia memang kesini untuk melihatku

"Kak Div apa-apaansih!" Aku mengelap air mataku cepat. Jujur saja aku juga tak tahu kapan air mata ini keluar

"Baru pertama kali loh Kak Devo liat kamu nangis karena pria" ternyata ada Kak Devo juga sedang berjalan ke arahku dengan memakai sweater hitamnya

Dengan cepat aku menghapus air mataku, aish bikin malu aja diliatin lagi nangis!

"Kapan kalian ada disini sih? Bikin kaget aja!" Kataku sewot menatap kedua Kakak kembarku

"Div, masa Vanya gak nyadar kita dari tadi sini. Wah, Erhan udah mengalihkan dunia Vanya nih"

"Wah iya Dev, bisa bikin Vanya nangis lagi. Liat nih tangan gue basah karena air mata Vanya"

"Ish ngeselin! Adeknya lagi sedih juga bukannya hibur aku"

"Loh dari tadi kita hibur kan. sampai Kak Divo bantu tadahin loh air mata kamu"

"Iya nih kamu gimana sih Van, masih untung gak Kak Devo videoin kamu lagi nangis"

Kak Divo dan Kak Devo ber high five ria sambil ketawa gak jelas. Aku mendelik kesal ke arah mereka

"Tau ah, kalian kok masih disini? bukannya kerja udah jam 11 juga. Sana pergi deh, nanti jadi pengangguran baru tau rasa!" Katakan saja aku jahat, tapi aku memang bete. Udah tau aku lagi sedih malah dibercandain!

"Wah Vanya marah loh Div" Kak Devo mengalungkan tangannya ke pundakku yang segera kutepis.

"Yah kok ditepis sih, jangan marah dong Van kita mau hibur kamu juga"

"Iya Van kita berdua udah bela-belain hari ini sengaja gak kerja demi kamu"

Aku menatap Kakak kembarku bergantian, "really?"

"Iyaaaa, ayo cepat kamu mandi dulu"

"Yeay! Makasih Kakak kembarku sayang! Aku mandi dulu kalau gitu" aku mencium pipi Kak Devo dan Kak Divo lalu langsung menuju kamar mandi

___________

Pergi keluar rumah saat kau sedang jadi bahan hot gossip bukanlah pilihan yang tepat, lebih baik dirumah. Jadi disini lah kita bertiga dirumah orang tua kami, melakukan aktifitas kami seperti dulu sebelum aku menikah. Maraton movie, karaoke, delivery pizza.

"Jadi, kalian yakin gak ada yang mau ditanyain sama aku?" Aku menolehkan kepalaku pada Kakak kembarku bergantian.

Aku tahu, mereka berdua pasti menahan diri untuk bertanya padaku tentang apa yang terjadi denganku dan Erhan

"Yah sebenernya--"

"Div, jangan" Kak Devo menatap tajam ke arah Kak Divo

Aku tersenyum, menyenderkan kepalaku dibahu Kak Devo dan menarik tangan Kak Divo ke pangkuanku.

"Gak apa Kak, aku tau kalian cuman gak pengen bikin aku jadi keinget Erhan kan? Lagian tanpa perlu gitu aku pasti bakal keingetan terus kok"

"Kalau kamu gak siap untuk cerita, gak usah cerita Van"

Aku menusuk perut Kak Devo dengan sikuku

"Aw!"

"Gak usah kaku-kaku amat Kak Dev. Tanya aja ke aku, lagian aku pasti juga bakal cerita kok ke kalian"

Kak Divo menoyor kepala Kak Devo pelan, "Tuhkan Dev gue bilang apa tanya aja! Lo sih kaku amat jadi orang"

Kak Devo mendengus, "yauda ceritain Van" pintanya

Aku mulai bercerita pada kedua Kakak kembarku. Tentu saja tidak semua aku ceritakan, aku hanya bercerita tentang dia yang bertemu Claudia untuk membantunya bercerai tapi tak bilang padaku lalu aku meminta untuk menjauh darinya

"Kamu yakin gak mau Kak Divo bantu?" Aku mengerti maksud Kak Divo 'bantu' tuh apa.

"Tak perlu Kak, jangan bikin masalah tambah runyam deh. Akukan sudah bilang biar aku saja yang urus"

"Mungkin Erhan itu benar Van. Kamu harusnya jangan langsung pergi gitu aja" berbeda dengan Kak Divo, Kak Devo selalu bijak

"Yah aku kesel Kak. Pokoknya bantu aku dulu, aku belum mau ketemu Erhan."

"Yakin? Seharusnya kamu jangan menghindar Van, bikin makin lama loh kalian bertengkarnya"

aku menggeleng cepat, "biar saja Kak Dev aku kesal"

"Yauda tenang aja Van, kamu disini aja dulu"

"Thank you Kak! Tapi Kak Div janji ya Erhan jangan diapa-apain?"

"Masih aja dibela..." Suara Kak Divo mengejekku

"Kak Div!"

"Iya, iya tenang aja Vanya"

"Thank you! Aku sayang kalian berdua" aku mencium pipi mereka berdua yang dibalas dengan ciuman dipipiku juga.

Beruntung, ada mereka disini. Setidaknya dengan kehadiran mereka disini membuatku melupakan masalahku dengan Erhan.

TRUSTWhere stories live. Discover now