Part 11 - Because my fault?

24.3K 1K 0
                                    

"Cie Vanyaaaa! Udah kayak keluarga beneran aja, bilangnya kalian berdua belum saling cinta tapi sekarang udah cinta ya?" aku melirik Gladys heran, maksudnya apa sih tiba-tiba ngomong gitu? Aku menutup jurnal lalu melihatnya.

"Apa apa sih Dys? Dateng-dateng udah ngomong yang aneh-aneh aja"

"Ish gak aneh-aneh kok, nih liat aja sendiri" Gladys memberikan HPnya, dilayar terdapat foto waktu kami ditaman bermain ketika Erhan tersenyum pada Adam yang berada dalam gendongannya lalu aku sedang menyuapi Adam ice cream. Dibawah foto itu terdapat artikel yang mengatakan "Kemesraan Erhan Adzkhan dan Devanya Abygail Williams". Aku memutar bola mataku membaca judul artikelnya, sekilas aku membaca artikel nya yang mengatakan "kami terlihat sangat saling mencintai" memang setelah aku dan Erhan menikah, berita tentang kami teruslah bermunculan. Biarlah aku tidak perduli toh bukan berita miring ini. Aku menyerahkan HP Gladys kembali padanya

"Oh itu foto sabtu lalu, kami berdua emang ngajak Adam main karna Adamnya ngerengek terus minta pergi"

"Disini kalian kayak keluarga bahagia Van"

"Kelurga bahagia apanya haha, lo kan tau gimana hubungan gue sama Erhan" memang hanya Gladys yang tau bagaimana hubunganku dengan Erhan. Keluarga kami taunya kami saling mencintai.

"Emang kalian gak ngerasa getar-getar cinta? Kalian kan tiap hari ketemu, tidur sekasur lagi" Aku tertawa mendengar omongan Gladys 'getar-getar cinta'

"Hubungan kita masih sama Dys jalan ditempat. Gimana gue bisa cinta sama dia? Setiap gue pengen maju selangkah nyoba bersikap baik sama dia, dia bakal mundur 2 langkah"

"Bukannya dia yang mau pernikahan ini?" Gladys duduk dihadapanku, menyilangkan tangan didadanya

"Iya, tapi gue gak ngerti juga sama jalan pikirannya. Sabtu lalu gue berantem sama dia, terus gue bilang 'gausah anter jemput gue lagi' dan lo tau? Dia bener-bener ngelakuin itu Dys! Seminggu ini jadwal kerjanya siang, tapi dia gak anter atau jemput gue lagi" aku mendengus kesal melihatnya

"Jadi lo kesel karena gak dianter sama dia?" Gladys tertawa mengejek

"Yah gak gitu.. Maksudnya kan kemaren gue lagi emosi doang"

"Padahal dulu sebelum kalian menikah Erhan gak kayak gini kan Van? Gue inget banget waktu dia nolongin lo, keliatan tulus"

Aku mengangkat bahu "ya, menurut gue beda. Gue juga ngerasa sih.. Terakhir dia senyum sama gue waktu pas hari pernikahan gue Dys, udah lama banget kan?"

Gladys mengangguk "apa ini ada hubungannya sama dia yang nyium lo? Dia beda semenjak itu kan?"

Aku berfikir sejenak, benar juga perkataan Gladys "mungkin.. Apa karena gue yang gak ngebalas ciumannya mangkanya dia jadi gini ya sama gue?"

"No idea, lo aja yang sekasur bingung gimana gue coba? Udah ah mending kita cari makan yuk keluar, udah makan siang nih" aku mengangguk setuju padanya.

________________

Ini sudah jam 2 malam, ketika aku mendapat telfon. Dengan mata yang masih terpejam aku mengangkatnya tanpa melihat caller id

"Halo?"

"Halo?"

"Siapa ini?! Jangan main-main!" Teriakku kesal.

1 detik..

2 detik..

3 detik..

Tidak ada yang jawab sama sekali. Benar-benar menyeramkan. Dengan cepat aku memutuskan telfonnya, memeriksa nomernya. Privat number. Well, ini memang bukan pertama kalinya aku mendapat panggilan seperti itu seminggu belakangan ini panggilan seperti itu selalu terjadi setiap malam walaupun berbeda jam. Tidak ada suara, kadang hanya suara seperti angin berhembus, entahlah. Tapi tololnya, aku akan selalu mengangkatnya berharap orang yang diujung sana akan menjawab.

TRUSTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang