Part 32 - The Truth

19.9K 932 11
                                    

Hal yang pertama Devanya lakukan ketika sampai dirumah adalah melangkahkah kaki masuk ke dalam bath up.

Berendam di air hangat adalah pilihan yang tepat baginya. Membuat tubuh Devanya rileks, tapi sayang otak nya tetap tidak dapat rileks. Rasa-rasanya Devanya ingin sekali membelah kepalanya itu, mengeluarkan otaknya, ditaruh disebelahnya agar otaknya itu ikut berendam bersamanya lalu ia akan mencuci otaknya, digosok dengan sikat hingga bersih mengkilap

Horror memang. Tapi dia butuh.

Kini, pikirannya kembali melayang ke beberapa jam yang lalu..

Devanya masih terpaku terdiam memandangi kertas berisi hasil DNA itu. Otak nya memerintahkan dia untuk merobek-robek kertas itu lalu memaki Claudia yang berani-beraninya membohonginya. Tapi, tubuhnya tidak sejalan dengan otaknya. Tubuhnya kaku, Devanya merasa seperti ia dihempaskan begitu saja dari atas tebing. Jantungnya terasa jatuh ke perutnya, hatinya seperti diremas-remas

"Van." Suara Claudia membuat Devanya mengalihkan pandangannya pada Claudia dari kertas yang ia remas itu. Sekarang pandangannya beralih ke arah anak laki-laki disebelahnya. Samuel. Anak Claudia

.....dan

Dan... suaminya. Benarkah?

Devanya bingung. Disaat ia dan Erhan ingin mempunyai anak tapi kenapa harus seperti ini? Apa ini cara tuhan memberikan anak pada mereka?

Berusaha sekuat tenaga bertanya dengan suara yang tidak begetar, Devanya bertanya, "ya?"

"Sam, bisa kamu keluar dulu? Bermain sama Bi indah dulu? Tunggu dibangku yang tadi Mamah bilang. Mamah mau berbicara dengan tante ini. Hanya sebentar" Sam mengangguk lalu keluar dari ruangan Devanya

"Aku hanya ingin Erhan kembali padaku" Selanjutnya yang keluar dari mulut Claudia seperti pisau, "tolong bercerailah."

Speechless.
Itulah yang dirasakan Devanya. Dia menatap Claudia dengan pandangan kaget, kesal, bingung semua menjadi menjadi satu

"Aku tahu, kalian belum punya anak. Aku pun tahu Erhan pasti ingin mempunyai anak. Karena itu, tolong lepas Erhan buat anak kami. Tolong berikanlah apa yang seharusnya menjadi milik anak kami. Anak kami butuh Ayahnya"

Beberapa detik Devanya hanya bisa terdiam seakan-akan mencerna dengan baik permintaan atau lebih tepatnya paksaan Claudia yang terdengar sangat sangat sangat triple gila baginya.

Dia tahu bagaimana Erhan dulu. Dia tahu Erhan seorang playboy. Oke, mungkin Devanya pernah berfikir ke arah sana. Tapi dia tak menyangka Erhan akan benar-benar seperti itu dan parahnya; sampai wanita ini mengandung anaknya

Lagi, Devanya tidak dapat berkata-kata. Yang bisa dilakukan Devanya adalah memandang Claudia seakan-akan perempuan itu memintanya untuk terjun kedalam lahar panas lalu berenang didalamnya. Tidak masuk akal.

"Bercerailah" Claudia meminta lagi masih dengan ekspresi datarnya

Okay, that's enough.

Refleks, Devanya menghembuskan nafasnya yang dia tahan sejak tadi. Melempar kertas yang lecek karena dia genggam erat lalu menggebrak meja dengan keras

"What a stupid request! Dan lo kira gue akan percaya? Bisa aja kan test ini lo palsuin? Who knows?" dengan suara tercekat Devanya berkata

"Kita tanya Erhan. Aku sudah menelfonnya untuk datang kemari. Mungkin sebentar lagi dia akan datang" Claudia tersenyum manis

TRUSTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang