"Semuanya masih utuh."

Sebuah cincin perak dengan berlian kecil di tengahnya, terpampang megah di dalam kotak tersebut. Luhan tersenyum miris.

***

Januari, 2014

Luhan kembali meneguk latte-nya. Kemudian ia melirik jam yang melingkar di tangannya -lagi-. Berulang kali sudah ia melakukan hal yang sama selama setengah jam di kafe itu.

Kakinya bergerak gelisah. Ada hal besar yang ingin ia lakukan. Dan itu yang membuat lelaki tersebut bergerak gelisah sejak tadi.

Tangan kanannya perlahan merogoh kantong celananya. Meyakinkan bahwa kotak kecil itu masih ada di sana. Dan utuh.

"Oh, Luhan. Mianhae..." Seorang gadis berlari ke arahnya. Nafasnya terengah. Rambutnya basah karena keringat. Sepertinya ia berlari kemari.

"Maaf aku terlambat." Dia mengambil duduk di depanku. Lalu menengguk latte milikku. Menandasnya habis.

"Gwaenchanha..."

Ya. Tidak apa-apa. Selama gadis itu yang terlambat, itu tidak apa-apa.

Gadis itu meletakkan kembali gelas yang sudah kosong. Ia mengambil nafas dalam sebelum menghembuskannya cepat. Rautnya berubah sumringah. "Aku ada kabar mengejutkan untukmu."

"Aku juga." Balas Luhan cepat. Tangan kanannya yang masih bersarang di kantongnya, kembali menggenggam kotak itu erat.

"Apa itu?" tanyanya penasaran.

"Kau dulu saja."

Ia hanya tersenyum. Mengiyakan permintaan Luhan. Wajahnya kembali sumringah. Sepertinya kabar yang sangat gembira. Melihat wajahnya yang begitu bersinar malam ini.

"Kau tahu Luhan-" ia menghentikan perkataannya sejenak. Seakan ingin membuat Luhan penasaran. Sayangnya, lelaki itu tengah terfokus tentang hal apa yang ingin dilakukannya. Perlahan, jemari Luhan membawa keluar kotak dalam kantong celananya.

"-Seunghwan melamar aku."

"Lelaki itu akhirnya mengajakku bertunangan." Gadis itu berseru girang. Ditunjukkannya sebuah cincin sederhana yang kini bertengger manis di jari manis kirinya.

Luhan seketika mematung. Kotak kecil warna merah beludru yang hendak keluar dari persembunyiannya, masuk kembali.

"Benar-benar mengejutkan kan?" Senyum gadis itu semakin lebar. Dirinya begitu tenggelam ke dalam genangan kebahagiaan. Sampai-sampai tak sadar akan raut Luhan yang berubah drastis.

Luhan buru-buru mengubah ekspresinya. Ia tersenyum tipis pada gadis di depannya. "Selamat, Han Yoora." Ucapnya lemah.

***

So maybe it's true that I can't live without you
And maybe two is better than one
But there's so much time to figure out the rest of my life
And you've already got me coming undone
And I'm thinking two is better than one

Suara stereo yang masih melantunkan lagu berjudul 'Two is better than one' itu menggema. Seakan menyahuti dan memberitahu bahwa masih ada kehidupan dalam kamar tersebut. Meski sang pemilik kini tengah terpaku.

Tubuhnya kaku mematung. Matanya berkaca, menahan kesedihan.

"Betapa malangnya nasibmu." Ucap lelaki itu pelan. Pada benda mati dalam genggamannya. "Bahkan yang seharusnya menjadi pemilikmu, tak pernah tahu jika kau ada."

Sasaeng Fans [EXO]Where stories live. Discover now