Serpihan 17

7.5K 517 23
                                    

Serpihan 17

Hingga saat ini, denyut waktu masih mengusikku. Membawa memori dahulu ketika detikku habis bersamamu. -Youngmin-

21.55 KST

Mukkyotdon undonghwa kkeuni pullideut (Seperti membuka ikatan tali sepatu)
Jomjom morojinda (Perlahan-lahan kita menjauh)
Sarang-eui bandemareun (Lawan kata dari cinta)
Ibyori anida (Bukanlah perpisahan)
Mugwansim ida (Melainkan pengabaian)

Baekhyun langsung membuka pintu depan mobil yang terparkir di pinggiran sungai Han itu dan langsung masuk ke dalam. Nafasnya terengah akibat berlari. Meski ia sudah berlari secepat mungkin, tetap saja ia telat pada jam janjiannya dengan Taeyeon.

"Maaf. Aku latihan terlalu serius sampai lupa menjemputmu di bandara." Kata Baekhyun cepat setelah menempatan dirinya di kursi pengemudi. Taeyeon yang duduk di sebelahnya hanya diam tak merespon.

"Jaewon hyung menginginkan tarian yang bagus dariku untuk album barru, jadi aku berlatih terlalu keras." Ia coba menjelaskan kembali, mencoba membujuk Taeyeon agar tak marah dengannya. "Aku tahu aku salah. Dan aku lebih salah karena telat lagi di jam janjian kita."

Taeyeon tetap diam, tak merespon. Pandangannya bahkan tak sedikitpun melihat padanya. Baekhyun yang tak putus asa, mencoba mengeluarkan aegyo yang biasanya terbilang ampuh untuk membuat Taeyeon tak jadi marah padanya.

"Taeyeon-aaaaa...." Panggilnya dengan suara lucu. Tapi sayangnya Taeyeon tetap diam tak bergeming.

"Taenggu-yaaaa... Ayo makan... Aku sangat sangat lapar..." Baekhyun mulai melancarkan aksinya dengan bertingkah manja pada Taeyeon. Namun...

Taeyeon langsung menepis tangan Baekhyun yang tengah bergelayut manja padanya. Baekhyun terkesiap saat menyadari mata Taeyeon yang sembab. "Taeyeonaaa... Wae geura?"

Mata Taeyeon berkilat marah saat Baekhyun menanyainya 'ada apa'. Harusnya lelaki ini sudah tahu tanpa bertanya apa yang tengah terjadi sekarang.

"Apa kau selingkuh..." suara Taeyeon teredengar bergetar. Setetes cairan bening meluncur melewati pipinya.

"Apa yang sedang kau tanyakan ini?"

"Mwo? Apa kau tak pernah meng-update berita mengenai dirimu?" Taeyeon langsung menarik tangan Baekhyun dimana sebuah jam tangan super mahal terlingkar manis dimana. "Apa ini?"

Baekhyun langsung menarik tangannya. Ia coba tutupi kegugupannya. "Ini... hanya hadiah. Dari salah seorang penggemar."

"Apa dia Polar Light?" Baekhyun langsung menatap ke arah lain saat Taeyeon mengucapkan kata itu. Baekhyun terdiam lama, mencoba mencari kata-kata untuk menjawab pertanyaan yang terbilang mudah itu.

"Dia hanya penggemar." Baekhyun menjawab lirih setelah keheningan yang tercipta cukup lama.
"Dan kau makan malam berdua dengannya." Taeyeon melanjutkan dengan nada tajam. "Dan itu juga... tepat di malam hari jadi kita yang ke seratus."

Baekhyun mendongakkan wajahnya untuk menatap Taeyeon. Mulutnya benar-benar terkunci untuk sekedar mengeluarkan suara kecil. Ia tak dapat mengeluarkan kata untuk menyanggahnya. Bukan, ia bukannya tak bisa. Tapi memang tak ada yang bisa ia sanggah.

"Kurasa dia bukan hanya seorang penggemar bagimu." Ucap Taeyeon. "Dia satu-satunya gadis yang mendapat perhatian lebih dari seorang Baekhyun, bahkan di awal tahun kau baru saja debut."

Baekhyun membisu. Segala penyesalan yang entah atas dasar apa, mulai memaksa keluar. Menghimpit dadanya, membuahkan sesak nafas yang amat sangat. Dapat didengarnya Taeyeon yang menghela nafas lelah.

Sasaeng Fans [EXO]Where stories live. Discover now