Serpihan 24

7.3K 484 17
                                    

Serpihan 24

Di sebuah malam yang sunyi, aku selalu terdiam di pinggir jendela. Merindukan bayangmu agar muncul dalam mimpi indahku. -Meimei-

EXO's Dorm - 18.30

"Kau terlalu kasar padanya, Sehunnaa..." Baekhyun datang dari arah dapur langsung menegur Sehun. "Dia ke sini bukan untuk mengorek informasi tentangmu. Dia hanya mengirim pudding buatan Yoora noona pada kita."

Sehun membulatkan matanya. Kata-kata Baekhyun serasa menamparnya keras. Selelah apapun ia, tak seharusnya ia berteriak kasar di depan gadis itu. Dan dengan gerakan lambat, Sehun melangkahkan kakinya untuk menyusul Via. Dia harus meminta maaf.

Larinya terhenti ketika ia mendapati sosok yang tengah dicarinya tengah berjongkok di depan pintu utama dorm miliknya. Wajahnya ia tenggelamkan di sela kedua kakinya. Dan Sehun merasa bagai orang terjahat di dunia saat mendengar isakan tertahan darinya.

Dengan hati-hati, Sehun ikut berjongkok di depan gadis itu. Dan tanpa disangka, gadis itu mendongak, menatap Sehun dalam diam. Sehun yang belum menyiapkan kata-kata hanya bisa mengusap air matanya sambil bergumam "Uljima..."

"Oppa, mianhae... Aku... Aku telah menahan diriku... untuk tak bertanya apapun. Aku... berusaha jadi... penggemar yang baik... dengan hanya diam. Tapi... aku tak tahu... jika... itu sulitttt...." Kata Via tersendat akibat tangisannya.

"Ani... Oppa yang seharusnya minta maaf." Sehun masih sibuk mengusap air matanya, "Aku minta maaf karena telah membentakmu..." katanya lembut dan lirih. Via tersenyum mendengarnya.

"Sekarang... apa yang ingin kau ketahui? Oppa akan memberitahukannya padamu..." Dan kalimat terakhir Sehun, mampu membuat Via membeku. Benarkah ia akan memberitahukan semua?

***

Seoul - 18.44 KST

D.O mengikuti gadis tersebut dalam diam. Senyumannya seringkali muncul melihat tingkah polah gadis di depannya itu. Gadis yang belum sadar sama sekali jika seorang D.O tengah mengikutinya semenjak tadi.

Lelaki bermata bulat itu menghirup udara malam yang terasa segar. Tangannya bergerak mengeratkan coat tebalnya untuk melindunginya dari dinginnya malam ini. Langkah D.O terhenti ketika gadis itu juga berhenti.

Tangan gadis itu merogoh tas kecilnya untuk mengambil ponselnya yang bordering. Setelah itu, dia sibuk berkutat dengan seseorang di seberang sana. Awalnya D.O mengamatinya dengan sebuah senyuman, melihat bagaimana lucunya gadis itu menerima telepon. Hingga rautnya berubah khawatir ketika gadis itu menaikkan nada suaranya untuk menjawab si penelepon.

"Andwae eomma... Aku bahkan belum melunasi hutangku tahun lalu..." Gadis itu berteriak marah. "Gaji? Seberapa banyak yang bisa kudapatkan dari hanya bekerja paruh waktu di kedai kecil seperti itu?"

Setelah berkata dengan marah, gadis itu terdiam lama. Mencoba mendengarkan segala perkataan yang si penelepon lontarkan. "Arasseo...." Akhirnya, gadis itu mengalah dalam perseteruan yang tidak diketahui D.O dengan jelas.

Gadis itu berbalik dan langsung diam mematung melihat D.O tengah berdiri tak jauh darinya. D.O yang juga terkejut hanya bisa tersenyum tipis. "Anneyong..." sapanya pelan sambil mengangkat tangan kanannya.

Gadis itu sempat terdiam lama, hingga akhirnya ia tersadar. Untuk apa ia hanya berdiri diam? Dia pun dengan santainya berjalan melewati D.O. Lelaki bermata bulat itu pun mulai mengikuti langkahnya kembali. Mencoba mensejajarkan langkah.

"Apakah Ibumu yang menelepon tadi?" D.O mencoba membuka pembicaraan. Yang ditanya hanya diam, tanpa berniat memandang D.O di sebelahnya.

"Kita bertemu lagi... Tapi sampai sekarang aku belum juga tahu siapa namamu..." Ia berucap kembali namun hanya diam.

Sasaeng Fans [EXO]Where stories live. Discover now