"Langsung ke Probolinggo aja deh, udah pesan penginapannya untuk hari ini sampai besok."

"Widih, pasti mau ke Bromo ya? Yaudah, aku antar ya. Mana bawaannya yang mau dibantu bawa?"

"Nih." Dea memberikan kopernya.

Selama perjalanan Dea banyak berbicara dengan Rama mengenai apa saja yang bisa dikunjungi di Malang dan sekitarnya itu selama satu minggu.

***

Perjalanan dari Malang ke Probolinggo ditempuh sekitar tiga jam karena jalanan saat itu tidak terlalu ramai, dan Rama menggunakan mobilnya dengan kecepatan hingga seratus lima puluh kilometer perjam.

Sesampainya di penginapan di Probolinggo, Dea diantar oleh Rama sampai depan pintu hotel.

"Ram, nginep dimana?" Tanya Dea yang sedang menunggu kunci kamarnya.

"Bisa lah nginep di mobil, gak usah pikirin aku. Selamat bersenang - senang, aku ada urusan dulu, yang pasti besok aku jemput kamu disini jam berapa?"

"Ntar deh besok aku sms aja, kamu ntar nunggu dimana emangnya?"

"Aku ada urusan di Probolinggo, jadi mungkin nginep di Probolinggo, rumah kawan. Tenang ae, perjalanan sampai ke penginapan juga hanya satu jam, neng kene adem*, ora enak*." Logat jawa Rama mulai keluar.

"Oh, oke deh."

"Duluan yo, selamat berlibur."

Rama pun pergi dari hadapan Dea ketika Dea telah mendapatkan kunci kamarnya.

Dea langsung masuk ke dalam kamarnya, dan langsung merebahkan diri diatas kasur yang berukuran besar itu.

Jam dinding di kamar penginapan telah menunjukkan pukul setengah dua siang, Dea memilih untuk tidur sebentar, beristirahat sebelum akan pergi melihat pemandangan Bromo di sore hari.

***

Sorenya, Dea pergi keluar penginapan untuk melihat indahnya Bromo di sore hari. Ia memilih untuk menggunakkan jeep untuk turun ke pasir, lalu menggunakan kuda untuk pergi ke arah kawah Bromo.

Dea berulang kali mengambil gambar pemandangan Bromo itu dengan kameranya.

Hingga pukul setengah tujuh malam, Dea akhirnya kembali ke daerah penginapannya.

Sebelum kembali ke penginapan, Dea mencari amunisi untuk perutnya yang sudah beberapa kali menuai protes karena belum diberi makan sejak siang tadi.

Dea lebih memilih untuk makan mi goreng yang dijual di sebuah warung yang letaknyan persis disebelah penginapannya.

Seketika tatapan Dea tertuju pada seorang laki - laki bertubuh tinggi, yang sedang membayar. Dea merasa tidak asing dengan sosok laki - laki tersebut, ia berusaha untuk mengikuti laki - laki tersebut. Sayangnya, Dea kehilangan jejak laki - laki itu. Saat hendak mengikuti laki - laki itu, Dea dicegat oleh penjaga warung itu karena ia belum membayar makanannya, dan ia disuruh membayar terlebih dahulu baru boleh pergi.

Dea pun membayar makanannya, lalu kembali ke penginapannya. Dea memilih untuk beristirahat agar saat jam dua pagi ia tidak mengantuk lagi.

EdelweissWhere stories live. Discover now