22

2.7K 158 5
                                    

"Dit, gue pulang ya? Sudah sore, tugas gue juga banyak nih." Ujar Dea berpamitan.

"Oke, tapi gue antar ya?" Tawar Adit.

"Gak usahlah, rumah kita kan juga deket jalan lima menit aja bisa sampai, atau bahkan gak sampai lima menit malah." Jawab Dea.

"Yaudah, gue anter lo jalan kaki juga gak apa." Adit sedikit memaksa.

"Ah, terserah lo aja deh... ya udah yuk," Ajak Dea.

Dea terlebih dahulu berjalan meninggalkan Adit sambil membawa se-bucket bunga dari Adit. Adit menyusul Dea dari belakang.

"Pak, jangan digembok ya, gue cuma bentaran doang mau nganter temen." Kata Adit kepada satpam rumahnya.

"Oke, den." Jawab laki - laki tua berkumis tebal itu.

Adit meraih tangan Dea dan menggandengnya.

Mereka berjalan menyusuri jalan komplek yang tidak terlalu besar itu.

Jalanan sore itu tampak sepi, hanya ada Adit dan Dea yang berada di jalanan itu.

Tak lama, Adit dan Dea terhenti di depan rumah sederhana berwarna putih itu.

Terlihat, ada motor vespa yang bagi Dea sudah tidak asing lagi. Motor vespa milik Arya.

"Dit, gue masuk ya... lo pulang aja duluan, makasih udah anterin gue." Kata Dea.

"Oke, sampai ketemu besok ya, De." Jawab Adit sambil melambaikan tangannya, kemudian ia pun pergi kembali ke rumahnya.

Dea membalas lambaian itu, lalu membuka pagar rumahnya.

Dea melihat ada seseorang yang keluar dari rumahnya itu, rupanya itu Arya.

"Hai, kamu udah lama?" Tanya Dea tersenyum.

"Belum, ada sesuatu yang ingin saya bicarakan sama kamu, boleh?" Jawab Arya sambil bertanya.

"Aku juga mau bicara sama kamu, karena aku lagi senang sekali." Ujar Dea dengan ekspresi bahagia. "Oh iya, duduk dulu, sebentar ya."

Arya tersenyum menatap Dea.

Dea masuk ke dalam rumah sebentar untuk meletakkan bucket bunganya yang berwarna merah itu. Kemudian, kembali keluar untuk menemui Arya.

"Duduklah, Arya... kamu pasti lelah kalau berdiri terus." Kata Dea.

"Tidak usah, oh iya kamu katanya mau bicara, bicara apa? silahkan kalau mau bicara."

Dea menarik napas, kemudian menghembuskan napasnya. "Kamu tau gak, mulai hari ini aku resmi jadian sama Adit... ah, senang sekali rasanya. Akhirnya, perasaan aku gak bertepuk sebelah tangan lagi." Ujar Dea bercerita.

Arya hanya diam mendengar perkataan Dea barusan. Arya diam, dan tidak menjawab.

"Arya? Hai?" Dea melambai - lambaikan tangannya dihadapan Arya.

"Iya? Ada apa?" Tanya Arya.

"Kamu dengar gak sih aku ngomong?" Dea berbalik tanya.

"Iya, dengar... kalau begitu, selamat ya, semoga langgeng sama kekasih barunya." Jawab Arya, kemudian menjabat tangan Dea dan tersenyum. "Semoga dia adalah pria baik - baik ya." lanjutnya.

"Terima kasih, tentu saja dia pria baik - baik, orang dari keluarga yang baik. Oh ya kamu tadi mau bicara apa?" Dea berharap Arya cemburu mendengar itu, tetapi nyatanya Arya justru terlihat senang dan mendoakan hubungan Dea serta Adit menjadi langgeng.

EdelweissWhere stories live. Discover now