03

9.1K 436 17
                                    

Sepulang sekolah, Dea tak langsung pulang karena ia masih ingin mengelilingi sekolah barunya itu.

Tanpa sadar, Arya telah berada disamping Dea untuk menemani Dea.

"Anda sedang apa disini? Bukankah sekolah telah sepi?" Tanya Arya masih dengan gayanya, yaitu kedua tangan berada didalam saku jaket dan headset di salah satu kupingnya.

"Masih ingin berkeliling saja, males pulang kerumah. Kakakku pada pergi kuliah semua." Jawab Dea yang masih memeluk binder serta buku Aku nya.

"Oh." Gumam Arya.

"Lalu, kau sendiri ngapain disini? Fans ya?" Ejek Dea.

"Saya hanya tidak bisa meninggalkan perempuan yang saya kenal sedang sendiri dimanapun itu." Jawab Arya datar.

"Oh, baiklah." Kata Dea.

Mereka mengelilingi sekolah berdua. Hingga tak terasa waktu mulai menunjukkan pukul setengah empat sore.

"Sudah sore. Anda tidak pulang?" Tanya Arya.

"Mau jalan ke suatu tempat dulu. Menurutmu, di jakarta tempat yang bagus atau nyaman untuk dikunjungi apa?" Jawab Dea sambil berbalik tanya.

"Hm, saya tidak tau. Tetapi saya tau cafe yang bagus dengan alunan musik indie yang bagus disini. Mau kesana?" Ajak Arya.

"Oh, boleh." Ucap Dea menyetujui ajakkan Arya.

"Tetapi, apa tidak dimarahi oleh orang tuamu?" Tanya Arya sedikit ragu - ragu.

"Oh iya. Tunggu sebentar, aku akan menelpon orang tuaku dulu ya." Jawab Dea. Kemudian, Dea menghubungi ibu nya, dan jawaban dari ibu nya adalah iya asal jangan pulang terlalu larut malam.

Dea dan Arya menaikki motor vespa milik Arya untuk sampai ke tempat tujuan.

***

Sesampainya, mereka segera beranjak turun dari motor. Dea menatapi papan banner bertuliskan "Soul Café". Suasana cafe itu tak terlalu remang - remang, seperti cafe biasanya. Bedanya, disini tidak menyediakkan bir atau sejenisnya karena dapat dilihat dari papan berisi menu - nya hanya menyediakan nasi goreng, mi goreng, roti pisang cokelat, dan sebagainya.

"Ayo, masuk." Ucap Arya lalu menggandeng tangan Dea. Dea hanya terdiam melihat Arya yang terlihat cuek itu seketika menggandeng tangannya.

Mereka memasukki cafe tersebut, suasana nya tak terlalu ramai dikunjungi mungkin karena masih sore. Mereka memilih untuk duduk dimeja bundar kecil yang berada tepat didepan panggung live musik.

"Mereka siapa?" Tanya Dea yang sudah daritadi menikmati musik tersebut.

"Mereka adalah Serenade, salah satu dari mereka merupakkan sepupu saya. Nanti saya perkenalkan, oh iya mau pesan apa?" Jawab Arya yang sedang menatapi dan membaca menu cafe tersebut.

"Hm, nasi goreng saja dengan es teh manis." Kata Dea, sesekali Dea memotret Serenade.

"Baiklah." Ucap Arya kemudian menuliskan pesanan Dea.

Setelah itu mereka kembali menikmati musik. Arya memandangi raut wajah Dea yang tampak tersenyum dan sedang mengikuti alunan nada lagu tersebut.

"Anda suka genre lagu seperti ini kah?" Tanya Arya.

"Iya, lagunya enak didengar. Kamu juga suka?" Jawab Dea lalu berbalik tanya pada Arya.

"Iya." Kata Arya singkat.

"Biasanya cowok kan suka dengan genre musik seperti Maroon 5, The Script, Imagine Dragons. Kok kamu bisa menyukai genre musik indie seperti ini?" Tanya Dea penasaran.

"Tidak apa. Ada yang salah?" Kata Arya. Dea hanya menggelengkan kepalanya.

Musik telah terhenti, tampak gitaris dari Serenade menghampiri Arya.

"Hei, bro! Apa kabarlo? Perasaan gue nih ya, lo gak pernah kesini bareng temen lo deh. Cewek baru ceritanya?" Gitaris tersebut nampak menjabat tangan Arya. Dea hanya tersenyum.

"Ah tidak. Dia hanya teman saya. Oh iya, Dea ini sepupuku namanya Alvin dia pintar sekali bermain gitar. Lalu, Alvin ini Dea murid baru disekolah saya dan juga teman saya." Kata Arya memperkenalkan. Alvin dan Dea hanya berjabat tangan sambil menyebutkan nama mereka masing - masing.

"Jadi ceritanya udah bisa gebet anak baru nih? Jangan sok jual mahal deh lo, jangan sok jutek... masih untung lo dapat temen juga akhirnya." bisik Alvin.

Arya hanya menatap sinis Alvin. Kemudian mereka bertiga mengobrol dan saling bercerita satu sama lain.

Tak terasa waktu telah hampir jam setengah enam. Dua jam telah dilewatinya di dalam cafe tersebut.

"Eh sudah hampir malam. Saya dan Dea pamit pulang dulu." Pamit Arya.

"Sip, bro!" Jawab Alvin.

Kemudian, Dea dan Arya keluar dari cafe tersebut.

"Rumahmu dimana?" Tanya Arya yang tampak sedang memasang helm nya.

"Di Kenanga tak jauh dari sekolah kok. Hanya lima belas menit, mungkin kalau dari cafe ini jadinya dua puluh lima menit." Jawab Dea.

"Mau saya antar? Tak baik perempuan pergi atau pulang sendirian ketika hampir larut malam. Rumah kita searah kok, anda di Kenanga, saya di Anggrek." Kata Arya menawarkan.

"Boleh, terimakasih banyak." Kata Dea.

Kemudian, mereka berjalan mengarah rumah Dea dan Arya. Rumah mereka searah mungkin hanya dipisahkan dua jalan di komplek itu saja.

"Ini rumahku." Kata Dea sambil menunjukkan rumah yang minimalis dengan nuansa putih, dan halaman samping yang cukup luas. "Masuk sebentar yuk, ibuku nitip pesan tadi katanya yang mengajakku pergi harus bertemu dengan ibuku dulu." Lanjutnya. Arya hanya menyerutkan dahinya dan mengiyakan ajakkan Dea.

Dea membuka pagarnya, dan mengetuk pintu rumahnya. "Assalamualaikum!"

"Waalaikumsalam," terdengar suara dari dalam rumah. Rupanya itu adalah ibu Dea. "Dea akhirnya pulang juga, ini temanmu?" Tanya Ibu.

"Iya, bu. Perkenalkan bu, ini Arya." Jawab Dea.

"Assalamualaikum, bu. Saya Arya Airlangga, panggil saja Arya." Kata Arya sambil menjabat tangan Ibu dan meletakkannya dihidung sebentar.

"Oh, Arya. Panggil saja saya tante Rosita." Kata Tante Rosita sambil tersenyum. "Oh iya, masuk yuk. Nanti akan saya buatkan sirup." Ajaknya.

"Tidak usah, tante. Maaf, bukannya tidak mau tetapi saya tidak bisa meninggalkan kedua orang tua saya sendiri." Tolak Arya dengan baik - baik.

"Oke, baiklah. Hati - hati di jalan ya, nak." Ucap tante Rosita. Arya hanya tersenyum, kemudian ia pamit untuk pulang.

Dea hanya tersenyum, dan segera masuk ke kamarnya. []

------

Hai!
Setelah sekian lama, akhirnya bisa nulis lagi.
Doakkan saja semoga tidak menggantung seperti cerita - cerita sebelumnya.
Ini ceritanya non-fiksi, jadi Soul cafe, dan Serenade juga hanya imajinasi author saja.

Sangat diperkenankan untuk memberi kritik dan saran.

Selamat membaca^^

EdelweissWhere stories live. Discover now