17

2.9K 165 1
                                    

Terik sinar matahari menyilaukan mata Dea yang saat itu sedang terlelap. Dea terbangun, ia sudah berada di tempat tidurnya. Mungkin kak Aan yang memindahkannya ke kamarnya.

"Hoam..." Gumam Dea. Lalu, ia mengambil jam wekernya yang berada di sebelahnya. "Ah masih jam sebelas," Lanjutnya.

Tiba - tiba, Arya masuk ke dalam kamar Dea tanpa mengetuk pintu.

"Gimana tadi malam? Kalau boleh tau, sudah selesai belum jadi kerbaunya?" Tanya Arya sambil membawakan mangkuk berisi bubur ayam kesukaan Dea dan segelas air putih.

"Hah? Kamu ngapain disini?" Sontak Dea bertanya balik.

"Gak apa - apa, ini makan dulu... udah siang," Jawab Arya sambil memberikan mangkuk itu, dan membuka tirai kamar Dea.

Dea menikmati bubur ayam tersebut dengan nikmat.

"Dasar rakus! Jangan lupa minum air putih." Ejek Arya yang kemudian duduk di kursi meja belajar Dea sambil membuka notebook yang diberikannya kemarin.

"Ah jangan dibuka! Kan belum tanggal dua puluh dua." Dea langsung bangkit dari tempat tidurnya dan segera mengambil notebook itu dari tangan Arya sebelum Arya membacanya. "Udah nonton aja sana, atau kalau mau muter film juga boleh... Tempat kasetnya ada di dekat kotak musik itu." Lanjut Dea yang kemudian duduk kembali di sofanya sambil memberikan remot tv ke Arya.

Arya mengambil remot tv itu, kemudian mencari kaset yang ingin ditontonnya. Meja belajar Dea cukup berantakkan sehingga Arya perlu membereskannya terlebih dahulu baru melanjutkan pencariannya untuk mencari kaset yang ingin ditontonnya.

"Kamu punya kaset Sungha Jung?" Tanya Arya sambil mencari - cari.

"Iya, sebenarnya itu hasil download sih tapi aku minta tolong kak Aan buat di pindahkan ke dalam kaset itu. Kenapa? Mau nonton itu?" Jawab Dea.

"Boleh." Ujar Arya.

Arya langsung menyalakkan mesin dvd yang berada tepat di meja depan sofa merah di kamar Dea.

Tak lama kemudian, alunan melodi gitar lagu Depapepe - Start yang dimainkan oleh Sungha Jung terdengar.

Dea sembari menikmati bubur ayamnya itu, menggoyangkan kepalanya ke kiri dan ke kanan berulang kali sambil bersenandung lagu yang didengarnya itu. Arya hanya menatap Dea dengan menggeleng - gelengkan kepala.

Setelah itu, Dea membuka notebook tersebut dengan posisi menyamping ke arah berlawanan dari Arya dan menuliskan.

Terang masih saja milik malam
Bahkan malam yang terlalu terang
Sanggup menjadi terik
Dan matahari masih sedih
Bersandar dibelakang
Mungkin ia belum lelah menanti
Kedatangan cinta
Atau ia sudah bosan
Menanti kedatangan apapun
Atau teriknya
Sudah tidak membangunkan kita lagi
Bukankah kita sudah berjanji semua selesai
Ketika ada kita

April, 4th 2015

-----

I feel in heaven when i look in your eyes.
Bernafas disampingmu membuat hujan terasa hangat. Aku berdoa angin dingin tak akan pernah membawamu pergi.

April, 5th 2015.

Arya yang semulanya sibuk menonton televisi, kemudian menengok ke arah Dea.

"Hm, nulis apa?" Tanya Arya.

"Kepo." Jawab Dea singkat. Arya hanya menaikkan alis kanannya, lalu kembali melanjutkan kegiatan sebelumnya.

Setelah itu, Dea meletakkan notebook itu ke belakang bantal sofanya. Lalu, ia bangkit dari sofa itu dan mengambil pakaian ganti serta handuk.

EdelweissWhere stories live. Discover now