06

5K 300 15
                                    

Arya tak terlalu menghiraukan sikap Dea pada saat itu. Ia masih sibuk menikmati alunan lagu di cafe itu. Kemudian, toko buku terbesit dipikiran Arya untuk dijadikan tempat tujuan berikutnya.

"Kau suka ke toko buku tidak?" Tanya Arya. Dea hanya mengangguk. "Bagaimana setelah ini kita pergi ke toko buku saja? Setelah dari toko buku, saya akan mengajakmu ke tempat es krim yang paling enak menurutku. Bagaimana?" Lanjutnya.

"Hm, dengan senang hati." Jawab Dea ramah.

Kemudian, Arya kembali menggandeng tangan Dea, lagi. Iya untuk ketiga kalinya, Arya menggandeng tangan Dea. Dea makin merasa aneh, tetapi ia berusaha untuk tidak merasakkannya. Arya mengajak Dea ke sebuah toko buku yang letaknya tak jauh dari pusat kota.

Dea dan Arya memasukki toko buku tersebut. Dea langsung saja seperti biasa datang ke tempat rak nonfiksi. Matanya langsung tertuju pada buku Koala Kumal karya Raditya Dika yang terbaru. Arya yang daritadi hanya mengikuti Dea dari belakang kemudian ikut mengambil salah satu buku karya Raditya Dika itu.

"Kamu suka Raditya Dika juga?" Tanya Dea yang nampak bingung melihat Arya juga ikut mengambil buku yang berjudul Kambing Jantan.

"Hm, menurutmu?" Arya bertanya balik.

"Aku tidak tau, hanya menebak... apalagi kamu juga termasuk orang yang cukup serius menurutku, jadi sedikit mustahil untuk membaca buku humor." Jawab Dea.

"Tidak selamanya orang yang terlihat serius juga tidak bisa menyukai hal - hal yang humoris." Jelas Arya singkat. Dea hanya mengangguk pelan.

Setelah itu, mereka kembali mencari - cari buku yang menurut mereka bagus.

Sebelum membayar, terlihat Arya mengambil dua buku notebook berukuran kecil dengan sampul berwarna hitam yang terletak dirak kasir tersebut.

"Jumlah buku yang aku beli berapa? Biar aku bisa mengganti uangmu setelah ini biar lebih cepat." Kata Dea.

Arya tersenyum tipis dan diam sejenak sembari mengambil uang kembaliannya tersebut. Lalu, Arya berkata. "Tidak usah, saya dengan senang hati bisa membelikanmu buku yang kamu sukai. Oh iya, ini bukunya."

"Hm... terimakasih banyak." ucap Dea berterima kasih.

Kemudian, mereka beranjak pergi dari toko buku itu. Sinar matahari makin menyengat kala itu. Dea yang berulang kali mengelap keringatnya itu kemudian melihat ke arah jam tangannya yang telah menunjukkan pukul dua siang. Motor vespa Arya akhirnya berhenti di sebuah kedai kecil, terlihat tulisan "De Ice" di papan hijau berbentuk persegi yang berukuran tak terlalu kecil dan tak terlalu besar.

Dea lalu turun dari motor dan mencari tempat duduk yang nyaman. Suasana di lingkungan kedai itu tak terlalu ramai karena berada di lingkungan taman. Kemudian, Arya ikut duduk dihadapan Dea dan membuka menu.

"Hm, kamu mau apa?" tanya Arya yang masih sibuk memperhatikkan menu tersebut.

"Terserah kamu saja, asal dingin ya jangan panas. Makin berkeringat saja nanti aku jika cuaca sudah pans ditambah dengan minuman panas." Jawab Dea sambil mengikat kemejanya di pinggulnya.

"Kalau begitu, oreo milkshake dua ya, mbak." pesan Arya kepada salah satu pegawai tersebut. Terlihat pegawai kedai itu mengangguk dan berbicara kepada kokinya.

Sembari menunggu pesanan, Dea sibuk memainkan permainan Clash of Clans di handphone nya. Arya yang sibuk mendengarkan lagu dan membaca buku itu sesekali melirik ke arah Dea dengan tatapan jutek nya itu.

"Kamu hobi bermain game seperti itu? Itu yang sedang kamu mainkan permainan COC bukan?" Tanya Arya.

"Iyap, betul sekali. Kamu juga memainkan permainan itu kah?" Jawab Dea, kemudian ia berbalik tanya.

"Tidak. Saya lebih memilih menciptakkan lagu dan puisi didalam gudang, daripada memainkan permainan seperti itu." Jawab Arya dengan dingin.

Dea yang merasa tersinggung kemudian menatap Arya sinis. Arya hanya menanggapi tatapan Dea itu dengan kembali menatapi Dea dengan tatapan yang sinis pula.

"Apa sih, gitu amat melihatnya." Kata Dea yang mulai risih. Arya hanya diam seolah - olah tidak mendengarkan perkataan Dea.

Tiba - tiba seorang pelayan datang meletakkan dua oreo milkshake di atas meja mereka. Dea hanya tersenyum melihat pelayan itu.

Mereka menikmati oreo milkshake itu dengan nikmat. Dea yang tampak sudah kehausan sejak tadi tidak membutuhkan waktu lama untuk menghabiskan minuman tersebut. Arya menatap Dea dengan tatapan aneh dan sedikit tertawa kecil.

"Dea." Panggil Arya.

Dea yang sedang memegang handphone langsung memasukkan barang nya itu kedalam saku celana nya. "Iya, ada apa?" Tanya Dea.

"Kamu suka bermain kan? Jadi, saya punya permainan. Mau ikut dalam permainan saya? Baru terbesit dipikiran saya beberapa menit yang lalu, sih." Jawab Arya.

"Memang apa?" Tanya Dea sedikit penasaran.

Kemudian, Arya terdiam sejenak seperti sedang memikirkan sesuatu. []

EdelweissWhere stories live. Discover now