26

3K 165 1
                                    

Besok harinya, Dea berusaha untuk kembali seperti biasa.

Sejak hari itu, tidak ada lagi waktu dimana Adit datang ke kelas Dea untuk mengajaknya keliling sekolah atau makan bersama di kantin saat waktu istirahat, tidak ada lagi waktu dimana Adit akan membantu Dea piket membersihkan kelas saat sepulang sekolah, dan semuanya yang berhubungan dengan Adit.

Sejak hari itu juga, Adit mulai menjauh tapi ketika bertemu Dea, Adit masih menyapa dan tersenyum kepada Dea.

Dea pun merasa sedih.

Tidak, bukan karena Adit.

Dea hanya sedih, karena mengapa ketika seseorang yang semula pacaran, lalu putus harus saling menjauh? Padahal sebelum sejauh jarak bumi dan matahari, mereka pernah sedekat nadi. Mereka juga pernah sama - sama saling membuat hari - hari satu sama lain menjadi lebih berwarna.

Mulai hari ini, Dea lebih memilih untuk melupakan sejenak masalah percintaan, dan teman - temannya. Ia lebih memilih untuk lebih fokus belajar, karena saat itu ia sudah duduk dikelas 12. Dea harus lebih fokus untuk ujian kelulusan nanti, belum lagi ia harus mencari - cari segala tentang universitas yang ia tuju, untuk masa depannya.

***

-skip-

Hari pengumuman mengenai kelulusan pun tiba.

Pagi - pagi saat langit masih tampak berwarna biru tua gelap, Dea sudah terbangun dari tidurnya. Dea sudah tidak sabar untuk melihat hasil kelulusannya. Apakah ia lulus atau tidak.

Dea sudah siap dengan balutan pakaian putih abu - abu yang menempel di tubuhnya, rambutnya yang lumayan panjang itu dibiarkannya terurai dengan hiasan bandana cantik berwarna merah muda.

"Cie yang bentar lagi bakal jadi anak kuliahan." Ejek kak Aan.

"Doain aja, kak biar lulus."

"Aamiin, jam berapa sih pengumumannya?"

"Jam delapan."

Kak Aan melirik jam dinding yang terletak di ruang makan itu.

"Loh sekarang bukannya masih jam setengah tujuh?"

Dea mengangguk mantap.

"Kepagian."

"Iya, ntar jam setengah delapan aja baru on the way, anterin ya, kak."

"Sip dah, goodluck."

Kak Aan pun pergi dari hadapan Dea dan pergi mengarah ke kamarnya.

Sembari menunggu waktu, Dea memilih untuk menonton serial kartun favoritnya, Spongebob Squarepants di televisi ruang keluarga.

***

Satu jam berlalu, kak Aan keluar dari kamarnya dengan pakaian yang rapi, kaos merah serta celana jeans dipakaianya membuat ia menjadi tampak sedikit rapi.

"Ayo, berangkat, dek." ajak kak Aan.

Dea tidak menjawab, ia langsung mematikan televisinya dan pergi keluar rumah untuk masuk mobil, Kak Aan yang melihat Dea akan masuk ke dalam mobil segera membukakan kunci mobil.

EdelweissWhere stories live. Discover now