34 ~ Kejutan ganda

11.8K 943 100
                                    

Hilma berdecak saat beberapa pasang mata menatapnya aneh. Ya dirinya tau, siapa yang memasuki kantor besar ini dengan kemeja putih dan rok hitam seperti dirinya sekarang, mungkin hanya pelamar saja. Tapi kan sebelahnya sudah ada Daren, yang menggenggam tangannya! Daren loh ini, presiden direktur kantor ini, tetapi mata-mata yang menatapnya sinis itu tetap saja masih ada. Ingin Hilma mengatakan babi rasanya.

Daren menarik bibir Hilma yang sudah maju beberapa centi itu. Ia terkekeh. "Biasa aja dong."

Hilma bersandar di dinding lift. "Aku kayak alien, di liatinnya begitu banget."

Daren hanya bisa menggelengkan kepalanya saja mendengar itu. Ini kali pertama Hilma ke kantornya ditambah pakaian yang dikenakan gadisnya itu terlihat sangat mencolok di tengah-tengah orang yang berpakaian kantoran rapi itu.

Pintu lift terbuka, Daren kembali meraih tangan Hilma dan menggenggamnya. "Jangan cemberut lagi," ucapnya sambil membawa Hilma keluar dari lift.

"Bete."

Daren mengecup puncak kepala Hilma. "Kamu cantik, gak usah peduliin orang-orang tadi."

"Bohong kan?"

Daren memegang dagu Hilma dan mengangkatnya ke atas. Netra indah itu sekarang menatap matanya. Ia mengelus dagu itu. "Kamu cantik, love."

Hilma tersenyum lebar dengan pipi memerahnya. "Hihi, makasih!" ucapnya sambil kabur dari hadapan Daren.

"Tau ruangan aku?"

"Ehh-" Hilma menyadari kebodohannya. Ia jalan begitu saja karena salting tetapi ia tidak tau ke mana harusnya ia pergi. Ia berhenti dan menatap ke belakang. "Bener sini bukan?"

"No."

Hilma dengan terpaksa kembali berjalan menuju Daren. Tetapi saat ia sudah berada di samping lelaki itu, ia menghentakkan kakinya kesal karena perkataan Daren.

"Eh iya ruangan aku bener ke sana tadi."

"Kakak!"

Daren tertawa dengan Hilma yang mengejar langkahnya. Tubuhnya yang di tubruk dari belakang semakin membuat tawanya keras. Ia merangkul tubuh Hilma dan membawanya jalan bersama. "Gemes banget tunangan aku."

"Tunangan?" gumam Hilma bingung.

"Iya."

"Hah? Siapa? Kapan?"

Daren membuka pintu ruangannya. Menyalakan lampunya dan taburan bunga mawar yang membentuk bentuk love di pinggir jendela besar dan deretan huruf di jendela itu langsung terlihat. "Kamu. Sekarang."

Hilma mengamati ruangan itu. Huruf-huruf yang ditempel di jendela itu membuat rangkaian kalimat ....

TODAY LET'S GET ENGAGED, LOVE!

Hilma menatap Daren yang tersenyum lebar itu. Kalimat itu bukan mengajaknya tunangan, tetapi memaksanya tunangan!

Daren mengangguk dan terkekeh saat melihat ekspresi Hilma. Ia mendorong tubuh Hilma agar masuk ke tengah-tengah bentuk love itu. Ia mengambil cincin yang ada di saku jas nya. "Awalnya pengen buat will you marry me, but terlalu biasa aja dan terkesannya ngajak kamu langsung nikah sekarang. Agak maksa ya kalimatnya? Tapi, cuma itu yang ada di pikiran aku. Aku maksa kamu sih, gak ngajak karena aku tau kamu pasti nerima aku."

"Pede banget," gumam Hilma sambil mengusap air matanya yang rasanya sia-sia saat mendengar ucapan Daren yang itu.

Daren terkekeh dan mengangguk. "Memang. Love ... aku sayang sama kamu. Aduh, gimana ya kata-katanya?" Daren berdecak dan menunduk. Ia mengambil kertas yang ada di saku jasnya juga, menyerahkan kepada Hilma tanpa mengangkat kepalanya. "Itu, itu sebenarnya yang mau aku omongin. Aku udah catat semua yang mau aku ucapin untuk ngelamar kamu. Maaf, aku bukan lelaki romantis kayak yang kamu baca di cerita. Cerita yang kamu baca laki-lakinya pasti romantis, apalagi omongannya."

My DarenWhere stories live. Discover now