24 ~ Nakal!

20.8K 934 89
                                    

"Love."

"Apa, kakak?"

"Mau ngisi baterai."

Hilma tersenyum mendengar itu. Ia mengusap lembut wajah yang tertidur di pangkuannya ini. Daren sudah mulai bekerja di perusahaan dan ini hari pertamanya bekerja. Lelaki itu menjemputnya setelah pulang dari kantor dan kini ia dan Daren berada di apartemen Daren.

Hilma menunduk, ia mengecup bibir Daren. Melumatnya sedikit lalu melepaskannya. "Udah?"

"Kurang deh," jawab Daren sambil bangun dari pangkuan Hilma. Ia menarik kaki Hilma hingga suara pekikan kaget itu terdengar dari bibir gadisnya. Gadisnya sudah telentang di atas sofa dan saatnya ia yang berbaring telungkup di atas gadisnya.

"Buat kaget aja!" Hilma memukul punggung Daren saat lelaki itu sedang berusaha mencari posisi. Kepala Daren yang berada di tengah-tengah dadanya membuat Hilma menarik rambut belakang Daren. "Sumpah, modusnya gak banget."

"Hehe."

Hilma mengelus-elus rambut Daren, tatapannya tidak lepas dari televisi yang menampilkan drakor romantis. Sejujurnya tubuh Daren berat, tapi ia tahan agar lelakinya merasa nyaman.

Daren membenamkan wajahnya di tengah-tengah dada Hilma. "Mau bobok."

"Hah?"

Daren berdecak, ia mengangkat wajahnya sebentar untuk mengatakan, "Mau bobok," lalu kembali membenamkan wajahnya di sana.

"Gak bisa nafas nanti kalau gini. Bobok yang bener."

"Ini udah bener."

"Terserah kakak deh."

Dan benar, tidak lama Daren menghadap ke kiri. Hilma terkekeh, ia menjewer kecil telinga Daren. "Gak percayaan amat kalau dibilangin. Walaupun niatnya kakak mencuri kesempatan, tapi hidung kakak juga butuh nafas."

Daren menarik turun kerah kaos Hilma, tidak ia pedulikan ucapan gadisnya itu. Bagian atas dada dan belahan dada Hilma terlihat membuatnya langsung merebahkan kepalanya di sana. Kulit wajahnya yang bertemu dengan bagian dada Hilma membuatnya tersenyum. "Enak."

"Sumpah ni om-om semakin melancarkan aksinya," gumam Hilma pelan, entahlah Daren dengar atau tidak, kalau dengar juga biarkan saja.

Hilma memeluk kepala Daren, ia jadi ikut mengantuk juga. Tapi, baru saja ia akan ikut memejamkan mata, dering telponnya membuat Hilma menghela nafas kasar. "Tolong ambilin kakak."

Tangan Daren dengan malas mengambil ponsel Hilma. "Mana sih, ih!" ucap Daren kesal karena tangannya tidak menemukan ponsel gadisnya.

"Kanan lagi. Makanya ini kepala di angkat dulu, modus aja!"

Daren tidak peduli, ia malah menggesek-gesekkan dahinya di kulit dada Hilma dan tangannya memberikan ponsel yang sudah ada di genggamannya ke gadisnya. Ia mengecupi kulit itu.

Hilma menarik rambut belakang Daren saat melihat siapa yang menelpon. "Diem, jangan buat suara!"

"Hmm."

"Halo, By?"

"Mama di mana?"

Hilma menahan kepala Daren yang semakin menyusup ke bawah. "Lagi di luar, nyari parfum."

"Yahh ... Baby di depan rumah Mama mau ngajak main."

"Sama siapa? Tumben banget padahal ini dah malam."

"Males sama om Agam, jelek banget tuh om-om itu! Baby sendiri naik mobil."

Hilma memukul punggung Daren saat lelaki itu sedang membuat kissmark di bagian atas dadanya. Ia memelototi lelaki itu yang malah dibalas senyum tanpa dosa. "Gue pulang sebentar lagi. Lo mau nunggu atau gimana?"

My DarenWhere stories live. Discover now