14 ~ About Stories

11.3K 784 143
                                    

Jangan bilang kurang panjang lagi ya, kalau masih ada yang komen kayak gitu awas aja 😾

Part udah panjang, komennya juga harus banyak yoo 😽

Oh iya, yang nanya My Daren up hari apa aja, aku juga gak tau. Aku up tergantung part nya udah selesai aku tulis atau perbaiki, dan aku nulis kalau lagi waktu senggang aja. Jadi aku gak bisa janjiin kapan aja update nyaa.

***

Hilma menatap ponselnya yang hanya ada notifikasi dari Baby. Tapi, kemudian Hilma tertawa miris, dirinya mau mencari notif apa? Kedua orang tuanya? Bahkan kedua orang tuanya tidak tau dirinya sedang berada di negara orang. Hilma sering iri kepada kehidupan teman-temannya, terlebih Baby. Jujur, ia dahulu berteman dengan Baby karena ia ingin merasakan kehangatan di dalam rumah.

Saat masuk SMA hari pertama, Baby, gadis yang saat ini menjadi sahabatnya itu di antar oleh kedua orang tuanya. Mungkin bagi sebagian orang itu bukanlah apa-apa dan malah terkesan Baby adalah anak manja, tetapi kejadian itu malah mengiris hati Hilma. Dirinya yang bahkan sejak TK tidak pernah merasakan apa yang namanya di antar kedua orang tuanya, setelah itu malah melihat Baby yang seperti itu membuat dirinya iri dan ingin merasakan itu. Walaupun bukan mendapatkan kasih sayang kedua orang tua Baby, tapi setidaknya yang Hilma inginkan saat itu adalah suasana hangat karena Hilma yakini keluarga Baby merupakan keluarga cemara.

Dan niat awalnya terlaksana saat ia ternyata satu kelas dengan Baby dan gadis itu duluan yang mengajaknya mengobrol. Gadis riang, murah senyum, dan terkesan anak polos karena saat berbicara menggunakan namanya itu membuat Hilma menjadi tersenyum. Dengan gampangnya juga, Baby di saat pulang hari pertama itu mengajaknya untuk langsung berkunjung ke rumah gadis itu.

Flashback on ....

"Hilma mau main ke rumah Baby? Mama Baby gak galak kok, papa juga enggak. Mau?"

Gadis dengan rambut cokelat alami yang terurai itu langsung mengangguk semangat. "Boleh! Tapi ... emang mama kamu gak marah?"

"Kenapa marah? Mama Baby malah pasti langsung seneng karena Baby ngenalin temen di hari pertama sekolah. Mau kan?"

Hilma mengangguk lagi. "Mau!"

"Yeyy! Tunggu ya, sebentar lagi mama udah sampai kok."

Hilma hanya tersenyum mendengar itu. Matanya menatap mobil yang lalu lalang untuk menjemput murid lainnya. Dirinya? Ah jangan di tanya, kalau ia belum menelpon supir, supirnya tidak akan datang menjemputnya.

"Hilma ... iss kepanjangan."

Hilma menoleh dan keningnya mengerut. "Hmm?"

"Manggil Hilma panjang banget, manggil Mama aja boleh?"

"Mama?" tanya Hilma memastikan.

"Iya, tapi kalau gak boleh gak papa, Baby bakalan tetep manggil Hilma."

Hilma menggeleng, ia tersenyum gemas. Ekspresi yang sangat kentara takutnya dari wajah gadis di depannya membuat Hilma mengembangkan senyumnya. "Boleh, apa aja yang kamu suka."

"Baby beneran boleh manggil itu? Boleh? Aaaaa! Makasih!"

"Emm, aku boleh pakai lo-gue? Sebenarnya gak biasa pakai aku-kamu, tapi gak enak aja karena kamu ngomong pakai nama."

"Aaa it's okay, it's okay. Kayak kata Mama, apa aja yang Mama suka."

Hilma tersenyum mendengar itu. Pandangannya kemudian beralih pada mobil yang berhenti di depan mereka. Kaca mobil yang terbuka dan menampilkan senyum hangat seorang ibu yang selalu Hilma dambakan terlihat.

My DarenWhere stories live. Discover now