28 ~ It's Crazy!

12.3K 768 173
                                    

"Aku ngerasa tubuh aku udah gak pantes buat kakak. Aku hampir di perkosa, kak. Aku dilecehin sama orang yang gak pernah aku sangka bakalan buat hal keji dan menjijikkan kayak gitu sama tubuh aku. Aku dilecehin sama orang yang selama ini aku kira adalah orang bakalan lindungi aku suatu saat nanti, entah kapan sebenarnya, tapi aku berharap itu. Aku dilecehin sama orang yang memberi aku apapun yang aku minta. Aku dilecehin sama orang yang aku kira bakalan jadi wali nikah aku. Ak- aku- dilecehin sama bajingan tua yang biasa aku panggil papa itu, kak!"

Tangan Daren langsung mengepal mendengar itu, nafasnya memburu dan wajahnya sudah memerah padam. Daren hanya diam, ia bingung membalas apa. Tatapannya hanya beradu tatap dengan Hilma yang mata itu masih mengeluarkan air mata. Biasanya tatapan Hilma memang sedikit pilu, tapi kali ini terasa sangat menyakitkan bahkan rasanya hati Daren ikut teriris melihat tatapan itu.

"Can I hug you?"

"Enggak, aku kotor."

Daren menghela nafasnya panjang dan memejamkan mata. Ia membuka matanya saat emosinya sudah sedikit mereda. "Kamu berhasil sampai sini itu tanda bahwa kamu berhasil melawan, sayang. Kamu gak kotor, kamu bersih, kamu tetap Hilmanya aku. Setelah ini, aku bakalan benar-benar bawa kamu keluar dari rumah itu tanpa peduli apapun."

"Dia bukan papa kandung aku, kak."

Kembali lagi Daren bertanya, sebenarnya situasi apa yang sedang terjadi dengan hidup gadisnya? Plot twist apa lagi yang ada di hidup Hilma? Mengapa gadisnya merasakan banyak hal di usianya yang belum genap dua puluh tahun itu?

"Kakak."

"Iya, sayang?"

"Aku kotor."

"No. Jangan sebutin kata itu lagi, kamu bersih, love."

Daren menatap Hilma yang sekarang mengangkat kepalanya yang tadi menunduk. "Kakak masih mau sama aku?"

Tanpa bertanya Daren mendekat. Dapat Daren lihat tubuh Hilma bergetar pelan. Ia duduk di depan Hilma, mengambil jarak setengah meter dari gadisnya itu. "Kenapa nanyanya gitu? Boleh liat mata aku?"

Gelengan gadisnya membuat Daren mengusap puncak kepala itu yang membuat tubuh di depannya langsung menegang. "Ini aku sayang, Daren. Tatap mata aku dulu."

Dan kepala yang bergerak perlahan itu dan akhirnya membalas tatapannya itu membuat Daren tersenyum. "Kamu masih Hilmanya aku. Apapun keadaan kamu, aku bakalan ada." Daren melunturkan senyumnya saat mengingat kesalahannya. "Maaf, maaf di jam itu aku gak ngangkat telpon kamu, HP aku masih silent. Maaf, aku sempat hampir percaya sama omongan dia tadi. Maaf, aku tadi masih harus ketemu klien dulu baru bisa nyari kamu."

Tubuh yang sudah mulai santai di depannya membuat Daren mulai berani menjatuhkan tangannya di atas tangan Hilma. Daren kembali mengulas senyumnya. "Apa yang buat aku gak mau lagi sama kamu? Gak ada, sayang. Aku beneran cinta sama kamu. Waktu aku bilang kalau aku pengen nikah sama kamu, itu benar-benar ada di hati bukan ucapan semata. Beneran, apapun yang udah terjadi sama kamu, aku gak peduli."

Kembali air mata turun dari mata indah itu membuat Daren mengelus tangan Hilma. "Nangis aja, aku gak bakalan ngelarang kamu nangis karena aku tau pasti rasanya sakit. Aku bakalan selalu nemenin di sini, aku gak bakalan pergi."

"Ak- aku mau cerita sama kak- kakak."

Oke, sepertinya Hilma sudah mulai bisa menerimanya lagi. Daren duduk mendekat hingga lututnya dengan lutut Hilma berdempetan. Tapi, tangan Daren masih mengelus tangan Hilma saja, ia belum berani mengelus pipi itu. "Silahkan, love. Tapi kalau masih mau nangis, aku bakalan nunggu."

"Enggak, sekarang aja."

Daren mengerutkan keningnya saat Hilma malah berdiri. Tatapannya mengikuti gerakan gadisnya yang mengambil ponsel di laci nakas samping ranjang. Gadisnya langsung kembali duduk di hadapannya dan menyerahkan ponsel itu.

My DarenWhere stories live. Discover now