22 ~ Happy Graduation Kak Dar

9.7K 788 116
                                    

Hilma menatap foto wisuda Daren, ia tersenyum. Keluarga hangat Daren lengkap di sana dengan senyuman lebarnya, bangga sepertinya dengan anak sulung keluarga Hardyanto itu. Ia berada di Belanda hanya 2 minggu, dan bersyukur saat pulang ia tidak menemukan mama atau papanya. Dan tidak ada yang terjadi di Belanda, ia dan Daren hanya berpelukan dan berciuman. Lelaki itu benar-benar seperti menjaganya dan Hilma sangat bersyukur akan itu.

Hilma mengusap layar ponselnya, Daren terlihat begitu tampan dengan busana wisudanya. Topi toga yang dikenakannya juga terasa membuat lelaki itu semakin gagah. "Sebentar lagi lo udah bisa di sini, kak," gumam Hilma sambil tersenyum.

Jujur ia ingin berada di Belanda sampai Daren wisuda, tetapi pendaftaran kuliahnya membuatnya harus kembali. Ia mantap dengan jurusan psikologi nya, tidak peduli dengan pikiran sang mama. Ucapan dari Daren kemarin juga memantapkan niatnya untuk memasuki bidang psikologi itu. Ia bersyukur memiliki Daren di masa-masa akhir masa sekolahnya karena ia merasa keputusannya untuk melanjutkan pendidikannya di dukung oleh lelaki kesayangannya itu.

Masalah dana? Tenang, ia sudah meminta duit kepada papanya untuk mendaftar kuliah. Dan jelas, papanya tanpa bertanya lebih lanjut langsung mengirimi dirinya uang yang bahkan bisa Hilma bayarkan sampai semester akhir perkuliahannya. Hilma bersyukur akan hal itu, setidaknya ia tidak dipersulit di masalah keuangan walaupun mentalnya serasa di tendang-tendang.

Video call dari Daren membuat Hilma tersenyum. Ia langsung mengangkatnya dan muncul wajah Daren di sana dengan rambut yang acak-acakan dan tetesan airnya masih terlihat, pasti baru mandi. Hilma meneguk ludahnya saat Daren entah sengaja atau tidak meletakkan ponsel di atas meja sehingga lelaki yang hanya memakai handuk sepinggang itu terlihat jelas. Dada dan perut yang terbentuk membuat Hilma menggelengkan kepalanya. "Pakai baju dulu, kakak."

"Males."

"Mata aku nanti nakal gimana?"

"Ya gak papa dong, malah bakalan aku bukain."

"Kampret!"

Terdengar tawa renyah dari Daren dan lelaki itu yang tengah mengusap-usap handuk ke rambutnya. "Mau dibukain? Tenang, dalemnya udah pakai kok."

"Gak! Nanti aja!"

"Bilang aja ya kalau mau, aku bukain kok."

Hilma merengek, "Kak Dar ...."

"Yes love?"

"Pakai baju dulu!"

"Kamu gak mau ngucapin graduation gitu sama aku?"

Hilma berdecak, ia juga meletakkan ponselnya di atas meja, ia mengikat rambutnya. "Siapa coba orang yang ngucapin graduation dengan keadaan kayak kakak? Pakai baju dulu!"

"Oke."

Hilma berdecak sambil menggelengkan kepalanya melihat Daren yang dengan santainya memakai celana pendeknya begitu saja tetapi dengan handuk yang masih menggantung di pinggangnya. Ini Daren memang sengaja membuatnya ingin khilaf atau bagaimana? Kan kalau Hilma khilaf bisa bahaya.

Daren yang sudah rapi di depan layar membuat Hilma mengeluarkan bunga dan kue yang ada di sampingnya, memang sudah ia persiapkan. Walaupun dirinya tau Daren tidak mungkin bisa memakan kue dan bunganya, setidaknya dirinya sudah memiliki niat baik untuk itu. "Happy graduation sayangnya aku! Bangga bener sama kakak ganteng aku."

"Finally denger kata itu dari kamu. Makasih, love."

Hilma mengangguk dan menepuk tangannya saat melihat senyum cerah Daren di seberang sana. "Semuanya berjalan lancar kan?"

My DarenWhere stories live. Discover now