11 ~ Hampir Ketahuan

11.7K 735 93
                                    

"Mama."

Hilma mengangkat pandangannya dari ponsel, menatap gadis di sampingnya yang tengah menatapnya sambil memicing. "Apa, By?"

"Mama punya pacar, kan? Gak usah bohong sama Baby."

Hilma mengulum bibirnya sambil menggeleng. Ia memasang wajah yang meyakinkan. "Enggak."

"Bohong banget!"

"Beneran, Baby, kenapa sih? Kenapa tiba-tiba nanya gitu?"

Baby menghela nafas kasar. Ia menatap Hilma dari atas sampai bawah. "Nih, ya, nih. Satu," Baby mengambil sejumput rambut Hilma yang ujungnya di buat bergelombang. "Mama gak pernah kayak gini, bahkan sama mantan setannya Mama, Mama gak pernah kayak gini. Dua," Baby menunjuk pipi Hilma. "Mama jarang banget pakai bedak ke sekolah. Tiga," Baby menunjuk bibir Hilma. "Mama jarang juga pakai lipstik, tapi sekarang pakai. Hayoloh mau bohong apa sama Baby!"

Hilma mencubit pipi Baby dan tersenyum gemas mendengar penjelasan itu, Baby terlalu detail memperhatikannya. "Gue gak punya pacar, cuma lagi pengen dandan aja."

"Orang bohong hidungnya panjang!"

Hilma terkekeh. "Udah, gak usah mikirin gue. Kalau memang gue punya pacar, gue bilang sama lo." Sekarang gue punyanya kekasih soalnya.

Mata Baby masih memicing, tapi kemudian ia mengangguk. "Oke."

"Om-om lo?" Hilma berusaha mengalihkan topik pembicaraan mereka. Ia tau sebenarnya Baby pasti masih mencurigainya. Ekspresi gadis itu tidak bisa berbohong, terlalu kentara saat menatap orang apabila curiga.

"Kenapa sama om Agam?"

"Suka ngasih apa gitu?"

Baby mengangguk. "Heem."

"Ooh."

"Ken- MAMA LAGI JADI SUGAR BABY, YA?"

Hilma membulatkan matanya, ia menepuk lengan Baby. Bisa-bisanya bocah ini pikirannya malah ke situ. "Kurang ajar! Enak aja kalau ngomong!"

"Mama aneh ...."

"Dah lah lupain."

Gadis di samping Hilma malah terkekeh. Ia melirik ponsel Hilma yang berbunyi karena ponsel Hilma ada di tengah-tengah meja mereka. "Huumm?" Nada menggoda dan jahil jelas terdengar dari mulut Baby.

Hilma menyengir sambil menyenggol bahu Baby. "Temen SMP gue, gak usah mikir aneh-aneh lo."

"Tapi, Baby kayaknya pernah liat foto itu."

Hilma menggeleng, ia mematikan telpon itu dahulu. "Yang posenya sama filternya gini banyak."

"Bener juga. Angkat aja, Ma."

Hilma menunjukkan layar ponselnya yang sudah mati. "Dah mati." Tapi, cepat-cepat ia balikkan kembali layarnya berjaga-jaga apabila lelaki itu kembali menelpon nya.

"Tel- Nah kan, telpon lagi. Angkat aja."

Hilma meneguk ludahnya, saatnya ia acting. "Halo, Ren."

"Kok kamu kurang ajar?"

Hilma berusaha menahan cengirannya saat mendengar nada kesal dari lelakinya. "Hehe, biasa. Kenapa? Gue lagi di kelas nih, bentar lagi bel masuk."

"Agak kesel denger kamu manggil cuma Ren, tapi aku paham. Ya udah. Kenapa gak ngabarin kalau dah sampai sekolah?"

"Lupa, tadi langsung ada temen sebangku gue, Baby itu, jadi ya lupa."

"Aku gigit kalau ketemu. Ya udah."

"Oke."

"Hmm."

My DarenWhere stories live. Discover now