31 ~ Apa lagi ini?

9.3K 843 85
                                    

"Mr. Hardyanto?"

Aksen yang terdengar aneh saat penyebutan namanya itu membuat Daren sedikit tersenyum. Ia menjawab sesuai apa yang menurutnya perlu ada sedikit perbaikan, tetapi ia lebih banyak setuju dengan ide-ide yang ada. Hampir 45 menit ia berada di ruang rapat ini dan gagasan terakhir ini sepertinya yang sangat cocok dengan perusahaannya dan perusahaan ini.

Jabatan tangan dan kontrak yang sudah ditandatangani menunjukkan awal kerja sama mereka berdua sudah terjadi. Tugas Daren berarti sudah selesai untuk awal, selanjutnya perlu satu atau dua hari lagi untuk mengurus semuanya agar berjalan lancar.

Daren tersenyum saat ia menghampiri Hilma yang sudah berdiri. Gadisnya begitu cantik dengan one seat putih yang baru dibelinya 2 jam yang lalu. Rambut yang dibiarkan bergelombang itu membuat Daren ingin selalu membisikkan kepada gadisnya bahwa ia suka dengan kecantikan natural itu. Saat ia akan menggenggam tangan Hilma, ia langsung mengurungkan niatnya karena melihat tatapan Hilma. Daren berdecak karena yang orang-orang ini tau Hilma hanyalah sekretarisnya. Daren padahal sudah akan memperkenalkan Hilma sebagai sekretaris dan calon istrinya, tetapi gadisnya merasa malu, ya sudah karena Daren sayang ya ... ia turuti saja.

Lift yang tertutup akhirnya membuat Daren langsung menggenggam jemari Hilma. Jemarinya mengusap punggung tangan Hilma yang ada di genggamannya. "Mau ke Disneyland?"

"Gak pengen, mau foto sama bunga sakura aja."

"Mau ke mana? Ke taman mana?"

Hilma menggeleng. "Gak usah, di jalan sekitar sini aja, nanti kalau udah capek baru kita langsung ke hotel."

"Mau di gendong?"

Hilma menepuk lengan Daren, ia lalu melepaskan genggaman tangan mereka saat pintu lift sudah terbuka. "Gak usah aneh-aneh deh."

"Biar romantis, love."

Hilma menggelengkan kepalanya dan memilih untuk berjalan duluan. Saat keluar dari gedung perusahaan, senyumnya muncul, bunga sakura sedang mekar-mekarnya dan terlihat sangat cantik.

Menatap punggung gadisnya dari belakang, Daren ikut tersenyum. Seketika ia sangat berterimakasih kepada papanya karena menugaskannya ke sini dan suasananya sedang bagus. Daren mengeluarkan ponselnya, ia paham fungsi kamera belakang semenjak bersama Hilma.

"Bunga yang paling cantik warnanya putih," gumam Daren sambil terkikik sendiri

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Bunga yang paling cantik warnanya putih," gumam Daren sambil terkikik sendiri.

Daren menurunkan ponselnya, ia berjalan dan akhirnya berdiri di belakang Hilma dan mengecup puncak kepala gadisnya. "Indahnya kamu buat aku gak bisa bedain mana bunga yang asli. Jangan sedih lagi, jangan khawatir selama kamu sama aku, kamu gak akan pernah lewatin masa sedih sendiri."

***

Hilma mengusap pipinya, air matanya kembali turun. Tubuh yang terbaring berjarak nakas yang ada di tengah-tengah antara dua ranjang itu masih tidur dengan pulasnya. Ia ingin sekali mendekap Daren yang masih di dalam mimpinya itu. Ia ingin sekali mendapat ciuman lembut dari Daren. Ia ingin sekali tidur dan bangun di pelukan Daren. Tetapi ... mengapa tubuhnya belum bisa bekerja sama dengan hatinya? Tubuhnya belum bisa menerima kontak fisik yang lebih intim dari Daren karena tubuhnya masih merasa bahwa dirinya kotor.

My DarenWhere stories live. Discover now