Serpihan 21

Mulai dari awal
                                    

***

Mulut Xiumin terbuka lebar. Ia tercengang ketika mendapati salah satu rekannya kini terlihat tengah memuntahkan sesuatu di wastafel toilet hotel. Dibantu dengan Lay yang mengurut punggungnya, suara batuk dari mulut Luhan menggema di seluruh ruangan.

Xiumin berjalan mendekat. Rasa curiganya akan wajah Luhan yang terlihat pucat beberapa hari belakangan terbayar sudah. Ia mengernyit nyeri saat mendengar Luhan tengah berjuang di depan wastafel. Lelaki itu mulai terlihat melemah.

"Sejak kapan kalian menyembunyikan ini?" Xiumin langsung berkata dengan geram. Lay menoleh kaget mendapati anggota tertua mereka kini tengah berdiri tak jauh darinya. Luhan masih terbatuk. Berusaha memuntahkan entah apa yang ada di dalam perutnya meski perut itu sudah kosong sepenuhnya.

"Ada apa dengan Lulu?" Ia bertanya dengan marah. Lay sempat mengalihkan pandang agar manik matanya tak bertemu dengan Xiumin.

"Akhir-akhir ini dia insomnia. Tubuhnya semakin melemah dan dia sering memuntahkan makanan yang ia makan."

Pandangan Xiumin meradang. "Dia sakit separah itu dan kau menyembunyikan semuanya? Apa kau gila, Lay?" Ia tak menyangka Luhan sakit. Dan yang lebih parahnya, mereka berdua menyembunyikan fakta tersebut.

"Kau anggap aku apa?"

Lay terdiam. Ia tak tahu harus menjawab apa. Meski kesalahan sepenuhnya bukan ada pada dirinya. Karena Luhan memaksa untuk tidak memberitahukan siapapun. Ia juga ikut andil dalam kebohongan ini. Itu sebabnya Lay juga salah.

"Kau seharusnya bilang padaku. Pada manager. Supaya perusahaan bisa mengambil langkah cepat untuk menanganinya." Xiumin tak dapat lagi membendung kemarahan mendapati Lay dan Luhan berbuat seenaknya. "Kalian yang berasal dari China adalah aset berharga bagi perusahaan."

"Luhan hanya ingin menjaga perasaan penggemar." Jawab Lay lirih. Meski itu tidak dapat dihitung sebagai kata pembelaan. Setidaknya ia sudah berusaha.

Luhan masih terus berjuang melawan rasa mualnya yang kian mendesak seluruh cairan dalam perutnya untuk keluar. Ia tak sanggup lagi, karena semua isi yang ada di perutnya sudah ia keluarkan. Pening hebat tiba-tiba menyerang. Samar-samar ia dapat mendengar suara marah Xiumin. Matanya berkunang, dan ia jatuh ke tanah setelahnya.

"Apa perasaan fans le-" perkataan Xiumin terpotong ketika ia merasa ada sesuatu yang menyentuh kakinya. Ia langsung melotot kaget ketika mendapati Luhan tergeletak lemah di dekat kakinya.

Buru-buru Lay dan Xiumin berjongkok di sebelah Luhan yang tak sadarkan diri. Mereka berdua menggoyangkan tubuh Luhan pelan. Berharap dengan cara tersebut dapat membuatnya bangun.

"Lulu... Jebal... jangan seperti ini." Teriak Xiumin frustasi mendapati Luhan tak bergeming.

***

Seoul - 17.07 KST

Via diam-diam mengambil coat tebal milik kakaknya yang tergantung di almari. Setelah itu, ia berjalan keluar secara mengendap-endap. Tak ingin sampai ketahuan kakaknya yang tengah mandi. Ia tersenyum senang ketika tinggal beberapa langkah lagi sampai di depan pintu utama.

"Kau mau kemana?"

Senyum bahagia itu luntur ketika Via mendengar suara lantang milik Yoora dari balik punggungnya. Ia pun secara lamban berbalik arah. Tersenyum canggung kepada kakaknya.

"Emmm..." Otaknya dengan cepat berpikir untuk mendapatkan alasan yang cocok agar diijinkan keluar. Dan satu ide cemerlang muncul. "Aku mau les bahasa korea sama Ricky Kim. Dia ngajak ketemuan di taman sekarang juga."

Yoora sempat memandang tak percaya pada Via. Hingga akhirnya gadis itu mengangguk pelan memperbolehkan. Via menahan teriakan girangnya agar tak meledak tatkala melihat Yoora mengangguk. Dengan senang hati, Via pamit pada Yoora. Ia sempat mendengar nasihat Yoora agar berhati-hati di jalan dan jangan pulang terlalu larut saat ia menutup pintu utama. Sepertinya Yoora masih trauma perihal kecelakaan kecil waktu itu.

Sasaeng Fans [EXO]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang