Bagaimana?

655 82 6
                                    

Adel sudah terlalu hanyut dengan semua percakapannya antara dokter kemarin, sampai dirinya kehilangan semangat untuk melakukan apapun.

"Adel."

Flora memanggil Adel ditengah lamunannya, "Gue perhatiin, udah 2 hari ini lo lebih banyak ngelamunnya," ujar Flora kepadanya, "Ada masalah?"

"Nggak ada kok, cuman capek aja..."

"Yaudah istirahat, gue ntar bisa minta tolong Nabi buat disini."

"ENGGAK!" spontan Adel menolak dengan tegas, sampai mengagetkan Flora.

"Del?"

Flora benar-benar terkejut dengan respon yang diberikan Adel kepada dirinya, "Lo kenapa, sih?" tanya Flora.

"Y-yaaa... Ngapain lo minta tolong dia?"

"Terus gue harus minta tolong siapa?" tanya Flora kembali.

"GUE!" ketusnya, "Enggak perlu Nabi."

"Lo capek, kan?! Yaudah, gue cuman ngasih solusi."

"Nabi juga bukan solusi! Masih banyak perawat disini yang bisa jagain lo."

"Lo tiba-tiba ngebenci Nabi lagi, Del?"

Membenci, seandainya keberadaan Nabi memang ada mungkin Adel tidak akan membencinya. Mungkin Adel, Flora, dan Nabi akan menjadi teman baik.

"Enggak."

"Lo terlalu nunjukin semuanya!" tegas Flora, "Setiap kali gue nyeb——"

Adel terlihat menjadi gelisah, "G-gue mau pergi latihan."

Adel belum sanggup kalau harus mengatakan semuanya kepada Flora. Dibandingkan harus mengungkapkan semuanya sekarang, Adel memilih meninggalkan Flora.

"D-deeel!" teriakan Flora memanggil Adel yang langsung bergegas keluar meninggalkan kamar.

👭👭👭

Adel berdiam cukup lama didalam mobilnya, mengepal setir mobil dengan kedua tangannya, "HARUSNYA TADI KESEMPATAN LO, ADEEEEEL!" gerutunya penuh emosi.

Sampai akhirnya dia memulai latihan hari inipun terasa sangat berbeda, Adel yang biasa dikenal mereka mengilang. Sejak datang sampai latihan usai, Adel lebih banyak diam.

"Maaaaeng..." rengekan Adel, tiba-tiba menyandarkan kepalanya pada bahu Marsha.

"Kenapa, Del?"

Lalu Adel menceritakan semua rasa gelisahnya kepada Marsha, "Jadi, sampai sekarang Flora belum tau?" tanya Flora, dijawab dengan gelengan kepala Adel.

"Mau kapan?" tanya Marsha.

"Nggak tau, aku takut..." jawabnya lesuh.

"Kamu nggak peduli lagi sama Flora?"

"Peduli, lah! Makanya aku takut banget untuk kasih tau sama Flora!" jawabnya menjelaskan, "Gimana, kalau Flora nggak bisa terima dan semua keadaan semakin memburuk?"

"Lebih buruk mana? Kamu diemin Flora sama dunianya, sampai akhirnya Nabi menang."

Adel terdiam, "Nabi yang sosoknya nggak pernah ada, tapi dia bisa bawa Flora pergi dari kita."

"Sedangkan kamu, nyata! Tapi ngebiarin Flora larut sama dunianya," Jelas Marsha untuk mendorong Adel lebih berani.

Nasehat Marsha serupa dengan mamanya, tetapi bagi Adel semuanya tidak mudah. Walaupun hanya sekedar mengatakan kepada Flora kalau sosok Nabi tidak pernah ada.

diantara 'ADA' dan 'TIDAK'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang