Dugaan

718 67 0
                                    

Flora masih memberikan tatapan ragu kepada Adel yang masih menunggunya, "Emang buat apaan, sih?!" tanyanya ketus kepada Adel.

Adel sudah memikirkan alasan yang tepat agar Flora memberikannya, "Kalau lo ilang, gue bisa langsung hubungin dia," katanya.

"Gue bakalan tetap ngabarin lo, Del!"

"Pakek surat?! Nggah, ah!" bantah Adel, mengingat kejadian yang telah lalu.

"Yakan ngabarin."

"Tinggal kasih ajaloh, Flo!"

Mendengar nada Adel yang sudah sangat ketus, dengan terpaksa Flora memberikan nomornya kepada Adel.

Sama..., batin Adel.

Adel hanyut dalam lamunannya, sampai Flora dengan sengaja memukulnya, "HEH!" sentak Flora menyadarkannya.

"Kenapa jadi melamun?" tanya Flora.

"Siapa yang melamun?," tanya balik Adel mencoba untuk mengalihkan.

"Dih! Nggak mau ngaku, kenapa?"

"Gapapa, nona Flora..." jawabnya mengalihkan, "Makasih, yaaa..."

Adel tidak langsung mengambil kesimpulan dari kejadian hari ini, pasti ada yang salah. Pikiran Adel tetap meyakini apa yang dipercaya oleh Flora.

👭👭👭

Merasa dengan mempertahankan nomor tersebut sama saja tidak mempercayai Flora. Adel memutuskan untuk menghapus nomornya dan tetap menganggap semuanya salah.

"Del," sahut Flora.

Adel tidak merespon, dia masih menopang dagunya sembari memandang Flora yang sedang berbicara kepadanya.

"Lo nggak dengerin gue, ya?!" kata Flora yang mulai kesal.

"Dengerin," jawabnya santai.

"Kalau dengerin pasti direspon, emang lo ngerespon?"

Adel hanya dapat tersenyum simpul, "Gue nungguin lo selesai cerita dulu, baru gue respon..." ucapnya.

"Omong kosoooong!"

Adel hanya dapat tertawa melihat Flora yang kesal karena dirinya, "Lo sering makan disini?" tanya Adel, mencoba untuk mencari pembahasan.

"Iya, sama Nabi..."

"Kenapa sekarang sama gue?" tanya kembali Adel.

"Emang nggak boleh?"

Perdebatan mereka terhenti karena seorang pelayan yang tiba dan menyapa mereka berdua dimeja makan.

"Selamat siang, kak..." sahut pelayan, memberikan mereka buku menu.

"Kak, Flora sering kemari sama orang lain, ya?" tanya Adel mencoba menggodanya.

Sebenarnya Adel menggoda hanya ingin memastikan rasa penasarannya, "Iya! Malahan kita sering duduk bertiga."

Pelayan tersebut belum sempat menjawab tetapi Flora sudah menjawabnya, "Benar, kak..." jawabnya dengan tawa kecil kepada Adel.

"Selingkuh," goda Adel, melirik sinis Flora yang ada dihadapannya..

"Del, jangan buat fitnah! Dia sahabat saya," ucap Flora meluruskan keadaan.

Pelayan terlihat memahami candaan diantara mereka berdua juga, selesai semuanya memilih menu dan pelayan meninggalkan meja. Tidak lama setelahnya Adel juga pergi meninggalkan meja.

"Gue toilet bentar, ya..." ucap Adel.

Adel perlahan mencari keberadaan sang pelayan dan menghampirinya hanya untuk sekedar bertanya teman yang dibicarakan mereka tadi.

"Kak!" panggil Adel, ketika sedang melihatnya sedang santai.

"Ada yang bisa saya bantu, kak?"

"Apa Flora datang kemari dengan teman wanitanya?" tanya Adel yang mulai penasaran.

Pelayan tersebut terlihat ragu untuk menjawab Adel, "Iyakan, kak?" Adel kembali bertanya dengan tatapan penuh harapan.

"Sesekali juga datang sendirian..."

Adel tersenyum lega, "Makasih, kak...",

Adel meninggalkan pelayan tersebut dengan senyum lebarnya. Merasa kembali yakin kalau Nabi memang ada.

Adel kembali datang ke meja dan langsung disambut oleh Flora yang terlihat panik, "Papa minta gue pulang."


Raut wajah yang terlihat datar, memandang Adel tanpa ekspresi dengan tangan yang masih menggenggam erat handphone-nya.

"Liat," kata Adel, mengambil handphone Flora.

Adel masih membacanya, tapi Flora tidak berhenti memainkan pinggiran kulit kukunya sendiri sampai melukai jarinya.

"Apasih!" sentak Adel, menggenggam tangan Flora agar berhenti.

"Apa? Kenapa?"

Flora menjadi terlihat kebingungan, "Gue pulang nggak, ya?" tanyanya pada Adel dengan nada cemas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Flora menjadi terlihat kebingungan, "Gue pulang nggak, ya?" tanyanya pada Adel dengan nada cemas.

"Lo mau?!"

Flora menggelengkan kepalanya, "Enggak." jawabnya dengan lugas.

"Yaudah. Kita disini aja!"

"T-tapi... Kalau papa sampai—" Flora mulai berbicara terbata-bata dihadapan Adel, "S-sampai ngelakuin... Gue t-tak—"

"Flora!" Sahutan Adel memanggilnya, karena ucapannya mulai tidak bisa dicerna oleh Adel.

"G-gue takut," katanya dengan nada suara bergetar ketakutan.

"Lo nggak sendirian," kata Adel mencoba untuk menenangkannya, "Kalau lo nggak mau pulang, yaudah kita nggak usah pulang..."

"Kalau lo mau pulang, gue bakalan temenin lo untuk pulang ke rumah."

Flora tetap menggelengkan kepalanya, "Del, gue nggak mau disini..."

Flora mulai merasakan adanya kehadiran sosok papanya disekitar restoran, matanya tidak berhenti melihat sekeliling dan merasa dipantau oleh papanya.

"Del! Gue nggak mau disiniii!!!" ucapan keduanya disertai dengan air matanya.

Adel langsung bergegas membawa Flora keluar dari restoran dan membatalkan semua pesanannya dengan meninggalkan sejumlah uang diatas meja makan mereka.

-Follow untuk dapat notif ceritanya dan jangan lupa like yaah🤍-
Boleh banget kalau mau minta feedback kok, boleh langsung komen disini atau di dm yah ntar aku mampir🤝🤍

diantara 'ADA' dan 'TIDAK'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang