Hari pertama

748 79 11
                                    

Membuka mata hari ini terasa sangat berbeda dari biasanya, sudah ada 1 koper besar penuh yang berisikan bajunya. Klakson mobil Adel juga sudah terdengar sampai ke kamarnya.

"Flora! Semangat..." ujar Nabi, sebelum akhirnya Flora berpamitan.

"Jaga diri, ya..." Flora merasa khawatir karena meninggalkan Nabi, takut kalau Nabi akan pergi kerumah orang tuanya dan akhirnya dia bertengkar kembali.

"Siaaaaap! Aku bakalan disini aja."

"Kunci pintu," pinta Flora, sebelum akhirnya dia meninggalkan kamar.

Flora menghampiri Adel yang sudah menunggunya di gerbang, "Sini gue bantu," ujar Adel, mendekat ke Flora untuk membantunya mengangkat koper.

"Mau ketemu Nabi, nggak? Anaknya lagi di kamar."

Adel terdiam, setelah meletakkan tas Flora di bagasi mobilnya, "Nanti aja, deh!" ucap Adel, menutup pintu bagasi mobilnya.

Diperjalanan menuju klinik, Flora terus diam dan hanya menatap ke jalanan. Adel mencoba untuk memanggilnya dengan menepuk pelan lengan Flora.

"Kok diem aja, sih?"

"Gue takut banget," ujar Flora didalam mobil.

"Pengobatan lo nggak akan seseram itu, Flo..."

"Bukan itu. Gue takut, takut kalau Nabi bakal kerumah orang tuanya. Terus mereka berantem lagi."

Lagi dan lagi Flora membuat Adel harus menjawab pertanyaan yang sebenarnya tidak perlu dijawab.

"Yaa... Nabi juga bisa jaga dirinya," jawab Adel. Terdengar ragu, tetapi mencoba untuk menyakinkan Flora.

"Gue ragu banget, kemarin aja dia tetap nekat pulang walaupun udah gue bilang jangan!"

Adel mencoba untuk tidak meresponnya, karena dia sudah muak mendengar nama Nabi yang ternyata selama ini hanyalah halusinasi Flora.

Maaf..., batin Adel.

Adel merasa bersalah karena tidak meresponnya, Flora juga memilih diam dan kembali memandangi jalanan dibalik kaca mobil.

"Jangan biarkan Flora melamun."

Ucapan dokter Frans seketika terlintas dipikirannya. Adel mengingat ada coklat di dalam tasnya, ketika sedang berhenti lampu merah Adel mencoba untuk menawarinya.

"Flo." panggil Adel. Flora menoleh kearahnya, "Coklat?" katanya, memberikan coklat.

"MAAAAAU!" seru Flora. Membuka dan langsung memakan coklat tersebut.

👭👭👭

Mereka sudah tiba di klinik, dokter Frans juga sudah menyambut kedatangan mereka berdua diruang tunggu.

"Sus, tolong bantu Flora ke kamar, ya..." ucap dokter, "Bisa kita berbicara, Adel?" lanjutnya kepada Adel.

"Adel juga perlu bicara sama dokter."

Flora menatap Adel karena takut harus pergi sendirian, "Nanti gue susul," bisiknya.

Adel meninggalkan Flora untuk masuk ke kamarnya dan masuk keruangan dokter Frans, "Terima kasih sudah mempercayai saya, Adel." ucap dokter Frans menyambutnya.

Padahal Adel berharap semua ini hanyalah mimpinya, dia masih sangat ingin bangun dari kenyataan yang tidak pernah dia terima sampai saat ini.

"Adel punya pertanyaan, dok..." ucap Adel ingin bertanya, "Apa setiap pertemuan mereka, itu hanya cerita yang dirangkai Flora?"

"Kalau menurut saya, semuanya hanya sebuah cerita yang berulang."

"Maksudnya?" tanya Adel tidak mengerti.

"Ingatan bersama orang lain yang mulai memudar diingatan Flora, tergabung menjadi satu dan Flora mengira itu semua adalah Nabi."

Adel mulai menyadari satu per satu ucapan Flora kepadanya. Ada beberapa hal yang ceritanya terus diulang oleh Flora, bahkan ada satu cerita yang Adel merasa orang tersebut adalah dirinya, tetapi Flora mengatakannya kalau itu adalah Nabi.

"Saya akan berusaha semaksimal mungkin untuk kesembuhan Flora," jelas sang dokter, "Untuk saat ini. Saya akan melaporkan hasil laporan saya, setiap hari."

"Biarin Adel yang ngelakuin itu..." Adel ingin dirinya mendapatkan kepercayaan dokter Frans untuk setiap laporan harian Flora.

"Setiap hari loh, Del..." jelasnya menyakinkan, "Kamu harus bisa membangun sebuah obrolan untuk Flora menceritakan semuanya."

"Gimana Adel bisa tau sejauh ini, kalau Flora nggak pernah cerita ke Adel?"

Melihat Adel begitu yakin demi kesembuhan Flora, "Baiklah, kalau kamu memang mau." kata dokternya menyetujuinya.

Dokter Frans mulai menceritakam setiap perkerjaan yang akan dihadapi Adel nantinya, dan harus tetap memberikan laporan ke dokter sebagai bahannya.

"Adel, tapi... Kamu benar-benar yakin?" tanya dokter untuk memastikan.

"Apa Adel keliatan ragu, dok?"

"Tidaaak. Tapi, titik tersulitnya bukan tentang kamu menggali sebuah informasi dan melaporkan ke saya setiap harinya," jawab dokter Frans untuk lebih menyakinkan, "Apakah kamu siap, kalau seandainya waktu tidak menyembuhkan traumanya dan kamu harus memberitahukan kepada Flora kalau Nabi itu tidak ada?"

Jika pengobatan yang dilakukan untuk menghilangkan rasa cemasnya berhasil, tetapi Nabi masih tetap menghantui kehidupannya, Adel terpaksa harus memberitahukan langsung kepada Flora kalau Nabi tidak nyata.

"Adel nggak akan ragu," jawabnya, "Adel mau bawa pulang Flora kedunianya, dia nggak boleh ninggalin Adel."

Dokter tersenyum dan mulai mengurus berkas yang akan dipegang oleh Adel untuk kedepannya, didalamnya sudah ada beberapa pertanyaan yang harus dibangun Adel menjadi sebuah percakapan.

-Follow untuk dapat notif ceritanya dan jangan lupa like yaah🤍-
Boleh banget kalau mau minta feedback kok, boleh langsung komen disini atau di dm yah ntar aku mampir🤝🤍

diantara 'ADA' dan 'TIDAK'Where stories live. Discover now