22. Permintaan Karen

1.9K 60 3
                                    

Entah dimana Devan memberhentikan mobilnya tapi yang jelas suasana di sekitar mereka begitu gelap dan sepi. Dan tentunya bukan daerah yang ada larangan parkir.

Selama ini, Aruni hanya bertanya-tanya bagaimana sensasinya kalau melakukannya di dalam mobil. Seperti yang pernah ia lihat di dalam film-film.

Tidak disangka, Devan memberikannya pengalaman itu. Ternyata tempat yang terbatas malah membuat mereka semakin intim. Pergerakannya tidak leluasa, hingga tidak ada jalan lain selain menempel pada Devan.

Aruni menggigit bibir. Menahan suaranya agar tidak berisik. Cengkeramannya di bahu Devan semakin kencang saat denyutan itu mulai terasa. Semakin intens saat Devan ikut memainkan payuda**nya.

"Mas Dev." Aruni memanggil lelaki di dekapannya.

"Keluarkan, sayang...." Suara Devan parau.

Milik Devan pun terasa semakin kencang. Mengisinya penuh. Desahan kecil lolos saat ledakan itu terjadi.

Devan meraih cepat pinggul Aruni. Tidak membiarkan Aruni menghentikan pergerakannya.  Sementara ia juga mulai ikut memacu. Devan menggeram saat dia meraihnya juga tidak lama kemudian.

Deru napas mereka terdengar beradu di dalam mobil yang hening. Suara hujan yang samar dari luar terdengar seperti musik yang mengiringi kegiatan panas dan singkat mereka.

Aruni memberi jarak di antara mereka saat napas mereka mulai stabil. Tapi saat itu juga Devan menarik leher Aruni dan menyatukan bibir mereka.

*

Sambil menyilangkan tangan di depan dada, Karen menyenderkan salah satu bahunya di kaca jendela balkon. Memandang keluar kaca yang sedikit berembun karena hawa dingin dari luar sana.

Dari tempatnya berdiri, perlahan bisa terlihat mobil hitam itu membelah hujan deras. Berhenti di depan rumah tetangganya. Menurunkan seorang wanita yang merupakan tetangga sekaligus temannya.

Sudah beberapa kali Karen merasa kalau hubungan Aruni dan Devan terlampau akrab. Dia yakin hubungan mereka berdua tidak sesederhana itu. Sebagaimana hanya seorang pengacara dan seorang klien.

Tadinya Karen tidak ingin tahu. Tapi setelah apa yang dilihatnya tadi... dia merasa harus menyelamatkan sahabatnya yang mungkin tidak tahu apa-apa.

Namun, bagaimana caranya?

Bagaimana ia memberitahu Aruni tentang semua itu?

Lalu, masalahnya tidak sesederhana itu. Tidak hanya meminta Aruni menjauh dari Devan lalu selesai.

Ada tindak kriminal yang tidak termaafkan. Dan Karen takut terlibat di dalamnya.

Sekarang, tahu akan menghadapi Devan saja lututnya gemetar. Dia takut pada pria itu.

Nanti, bagaimana dia akan menghadapi Devan kedepannya?

*

"Mas." Panggil Aruni saat mobil Devan mulai memasuki kawasan komplek.

"Ya?"

"Tentang masa lalu, Mas Dev...." Aruni memperhatikan wajah Devan. Takut menyinggung pria itu kalau Aruni mengungkitnya. namun Devan tetap terlihat santai. "Apa Karen, juga tahu itu?"

"Nggak." Devan menggeleng pelan. "Bahkan orang-orang di panti, orang tua angkatku, apalagi Karen, mereka nggak tahu. Aku nggak pernah cerita itu ke siapapun."

Aruni mengangguk-angguk. Devan sudah menjawab. Hal itu sudah cukup. Aruni tidak ingin mengungkit apapun lagi.

Walaupun ada pertanyaan lain yang baru saja muncul di benaknya, mengapa Devan hanya menceritakan masa lalunya pada Aruni seorang?

Milik Tetangga [SELESAI]Where stories live. Discover now