10. Jarang Ada Sentuhan Wanita

4.7K 55 2
                                    

Dulu ada Zio yang menjamin hidupnya. Ya walaupun di belakang Zio seperti itu, tapi dia suami yang bertanggung jawab kalau masalah ekonomi. Kini sang suami sudah tidak ada. Aruni berjuang sendiri.

Besok, Aruni memutuskan untuk kembali aktif berjualan. Sambil mencoba melamar pekerjaan di beberapa tempat.

Walaupun masalah yang ada belum selesai, namun hidup harus tetap berjalan bukan?

Biasanya, Aruni berbelanja bahan-bahan kue di pasar rakyat karena harganya lebih terjangkau namun kali ini, Aruni melangkahkan kakinya masuk ke sebuah supermarket besar. Dia hanya ingin kesana, sekalian membuat dirinya terhibur saat berbelanja di tempat yang lebih nyaman dan rapih.

Aruni meletakkan kembali bungkusan tepung terigu di tangannya setelah melihatnya sebentar dengan ragu. Tadinya ia ingin memilih merk tersebut tapi ia takut akan mempengaruhi adonannya nanti jadi Aruni kembali mengambil merk tepung yang biasanya ia gunakan.

"Run!" Ada seseorang yang memanggilnya pelan.

Aruni menoleh ke asal suara. Karen? Berdiri tidak jauh di belakangnya. Di depan rak-rak sayur segar.

Senyuman lebar yang terukir di mulut Aruni sedikit memudar saat melihat seorang laki-laki yang bersama Karen. Aruni tahu siapa itu. Rendi.

Karen mendekat, bersama Rendi juga.

"Beb, Lo masih inget dia? Runi, temen SMA." Jelas Karen.

"Masih inget, kok." Sahut Rendi canggung. "Halo, Run."

Aruni hanya membalasnya dengan senyuman. Rendi tampak sangat tidak nyaman. Hingga dia melepaskan tangannya dari Karen, berusaha menjaga jarak. Namun Aruni dan Karen menyadari hal itu.

"Beb, nggak apa-apa kok. Runi tahu semua." Jelas Karen pelan.

Rendi tampak sedikit terkejut dan menatap Karen dengan tidak yakin. Namun Karen kembali mengangguk pelan. Memastikan kalau hubungan mereka bisa terbuka di depan Aruni. Rendi berdeham pelan.

"Aruni, juga kenal sama suami dan anak gue, Beb."

Setelah Karen menjelaskan sedikit kepada Rendi sejauh mana Aruni tahu tentang rumah tangganya, Rendi lama kelamaan terlihat lebih santai.

Mereka bertiga akhirnya melanjutkan langkah berkeliling supermarket bersama. Sampai akhirnya mereka menyudahi setelah memastikan sudah mendapatkan semua apa yang mereka perlukan.

"Oh ya, Runi. Gue bisa minta tolong. Titip ini buat Lisa. Bilangin juga ke Devan mungkin gue pulangnya besok siang."

Aruni tidak keberatan menerima bungkusan plastik itu. Dia juga tidak terkejut mendengar Karen tidak pulang, wanita itu memang terlihat jarang ada di rumah. Aruni juga tidak ingin ikut campur tentang apa yang dilakukan Karen di luar sana. Dia bahkan tidak berhak mengomentari kehidupan wanita dewasa yang merupakan sahabatnya itu, namun Aruni hanya berharap Karen tidak melupakan ada seorang anak di rumah yang masih membutuhkan Ibunya. Kadang, Aruni merasa kasihan saat melihat Lisa sendirian di rumahnya.

"Ren, Lisa kadang-kadang cuma sendirian di rumah. Kasihan." Ucap Aruni.

"Ya...." Karen menundukkan pandangannya. Wajahnya tiba-tiba sedikit murung, namun saat pandangannya kembali ke arah Aruni, Karen sudah terlihat seperti biasa lagi. "Sebenernya Gue lagi nyari babysitter buat Lisa, tapi susah banget. Belum ada yang cocok."

"Kalau gitu, kalau lo sama Devan lagi sibuk, Lisa titipin ke gue aja, Ren." Sebenarnya Aruni hanya ingin membantu memberikan solusi dengan melakukan apa yang dia bisa. Namun Karen malah menawarkan sesuatu yang tidak terduga.

"Kalau begitu, gimana kalau Lo yang jadi babysitter sementara buat Lisa, sampai gue dapet babysitter yang cocok? Lo tadi cerita lagi nyari kerjaan juga 'kan? Lagian gue juga kayaknnya lebih tenang nitipin Lisa ke Lo."

Milik Tetangga [SELESAI]Where stories live. Discover now