15. Tatapan Terluka

2.3K 41 3
                                    

Sejak Devan yang tiba-tiba memalingkan wajah darinya, Aruni jadi lebih banyak diam.

Kenapa Devan tiba-tiba seperti itu?

Apa dirinya berbuat salah?

Pikirannya kalut akan pertanyaan-pertanyaan yang bermunculan di kepalanya.

"Mba...."

Aruni melihat ke arah Dion yang memaksa untuk menemaninya berjalan pulang.

"Ya?"

"Aku..." Dion terdengar ragu, "mau jujur tentang sesuatu."

"Apa?"

"Perasaanku?"

Aruni terdiam sesaat. Melirik ke arah Dion. "Perasaan?"

Dion menghentikan langkah membuat Aruni mengikutinya.

"Sebenarnya," lanjut Dion, "aku ada rasa sama Mba Aruni."

Aruni menelan ludah. Tidak percaya akan mendapatkan pengakuan seperti itu dari Dion.

"Maaf. Aku tahu kepergian Pak Zio baru beberapa bulan lalu, dan sekarang Mba Aruni mungkin masih berduka. Kasus Pak Zio juga belum selesai...."

Dion melanjutkan. "Aku cuma pengen Mba Aruni tahu saja karena waktuku di sini cuma sebentar. Aku akan segera pergi dinas lagi lalu entah kapan bisa kembali. Tapi, kalau aku punya seseorang yang spesial di sini, mungkin aku akan sering pulang."

Ada sebuah batu yang seakan menekan dadanya. Aruni sesak memikirkan bagaimana ia akan menanggapi pengakuan Dion. Sosok Dion memang mengagumkan, tapi tidak pernah ada rasa itu. Dion pria yang enak di ajak bicara maupun bercanda. Aruni senang dekat dengannya karena menganggapnya bisa menjadi teman.

Aruni benci situasi yang membuatnya terhimpit seperti sekarang. Aruni benci mengatakan penolakan yang mungkin akan melukai hati pria itu. Namun, dia juga tidak mungkin menerima perasaan Dion.

"Maaf, Mas Dion. Tapi...."

"Aku tahu." Potong Dion cepat. Menghentikan Aruni melanjutkan ucapan yang akan mengiris perasaannya. Lebih baik dia menghentikannya sebelum penolakan benar-benar ia dengar dari mulut Aruni.

Aruni memberanikan diri menatap Dion. Segaris senyum terukir di bibirnya. Senyuman palsu. Aruni tahu itu. Dion hanya mencoba menyembunyikan kekecewaannya.

"Percakapan ini, nggak usah terlalu dipikirkan, Mba.  Aku tahu, ada pria itu sekarang."

Aruni mengernyit. Dion tahu apa?

"Tetangga sebelah itu 'kan? Siapa namanya tadi... Devan?"

Aruni membulatkan matanya. "Mas Dion... tahu?"

"Aku janji nggak akan cerita ke siapa-siapa. "

"Mas Dion gimana bisa tahu?"

Dion memasukkan kedua tangannya ke saku celana. "Saat bertamu ke rumah Mba Aruni malam itu, aku lihat semuanya."

Benar dugaan Aruni. Ah, memalukan.

"Kenapa... harus dengan seorang pria beristri, Mba? Bukannya istrinya juga teman Mba Aruni?"

Aruni tidak menjawab.

"Bisa aku pegang janji Mas Dion tadi?" Aruni balik bertanya.

Dion mengangguk. Meyakinkan kalau ucapannya tadi yang tidak akan bicara ke siapapun, tentu saja bisa Aruni pegang. Setidaknya demi Aruni. Demi menjaga nama baik wanita itu.

"Terima kasih. Lalu yang lainnya, biar menjadi urusanku."

Dion menarik napas dalam. Kecewa. "Meski bukan aku, masih banyak laki-laki di luar sana, Mba. Hubungan kalian salah."

Milik Tetangga [SELESAI]Where stories live. Discover now