18. Bungkam Sampai Akhir

1.7K 37 0
                                    

Dari hasil pemeriksaan pada ponsel Zio yang hilang, terungkap Mama Dian lah yang menghubungi Zio dengan pesan singkat agar Zio pergi ke jembatan itu. Dan benar, Zio juga telah melakukan pemerasan terhadap Merin. Semua bukti ada di ponsel tersebut.

Luka-luka saat melihat jasad Zio untuk terakhir kalinya kembali terbayang di depan mata.

Zio setidaknya seorang pria yang pernah membuatnya tertawa. Terlepas dari apa yang Zio lakukan, mereka pernah mengukir sedikit kenangan manis bersama.

Begitu keji bagaimana cara Zio meregang nyawa, apalagi ternyata yang melakukan  semua itu adalah Ibunya sendiri.

Aruni tidak bisa membayangkan bagaimana perasaan Zio terakhir kali saat tahu orang yang seharusnya menyayanginya tanpa batas, malah mengkhianatinya. Sang Ibu.

Mama Dian, dari dulu juga Aruni tahu kalau beliau suka berjudi dan minum alkohol. Tapi kalau sampai membunuh Zio....

Walau hubungan mereka tidak begitu baik tapi mereka juga tidak pernah terlihat bertengkar hebat sampai mungkin ada niatan untuk membunuh.

Mereka adalah Ibu dan Anak, bagaimana ada perasaan atau niatan seperti itu?

Sebenarnya, dirinya sudah terlibat dalam keluarga macam apa?

Satu hal lagi yang Aruni tidak mengerti. Atau mungkin ada hal yang tidak ia ketahui.

Sekarang, entah sudah menyesali perbuatannya atau bagaimana, datang sebuah kabar kalau Mama Dian meninggal karena overdosis obat terlarang di rumahnya saat polisi datang dan hendak menangkapnya.

Kalau menyesal, seharusnya dia menyerahkan diri dan melakukan hukumannya. Bukannya menyerah dan menghilang dari tanggung jawab.

Semuanya sudah berakhir. Namun, kejadian malam itu yang kini akan tetap menjadi misteri, malah memberikan tanda tanya besar bagi Aruni. Seperti ada yang belum selesai. Ada sesuatu yang belum terjawab di kepalanya.

Kenapa? Apa? Bagaimana?

Akankah dia bisa mendapatkan jawabannya saat orang-orang yang bisa ia tanyakan, sudah tidak bisa menjawab sampai kapanpun.

Karena sang pelaku memilih bungkam sampai akhir hayatnya.

Tepukkan di bahu membuyarkan lamunan Aruni. "Mba. Ayo pulang." Ajak seseorang yang Aruni langsung tahu siapa.

Mereka tidak berangkat bersama, tapi sepakat untuk pulang bersama. Seperti biasa, Aruni menebeng mobil Devan yang baru selesai diperbaiki.

"Mas Dev. Biaya mobil udah diganti belum?" Tanya Aruni begitu masuk ke dalam mobil. Memikirkan tanggung jawab lain Mama Dian yang ia tinggalkan di dunia. "Kalau belum, nanti biar aku aja yang ganti."

"Nggak usah dipikirin." Devan tidak menjawab pertanyaan Aruni. "Kan aku udah bilang. Bukan masalah nominal, tapi masalah tanggung jawabnya. Udah tahu mabuk, masih nyetir mobil."

"Tapi, aku jadi nggak enak. Apalagi sekarang beliau udah...."

"Makanya aku bilang jangan di pikirin. Dia, cuma bekas mama mertua. Udah nggak ada urusan lagi sama Mba Aruni."

Aruni diam dan untuk kesekian kalinya melihat Devan batuk-batuk.

"Mas Dev lagi sakit ya?"

Suara Devan juga terdengar sengau sedari tadi.

"Kayaknya... karena kehujanan kemarin."

*
Sejak mereka sampai dan masuk ke rumah masing-masing, Aruni tidak melihat Devan lagi setelah itu.

Apa Devan sudah baik-baik saja?

Bagaimana keadaannya sekarang?

Apa dia sudah makan dan minum obat?

Milik Tetangga [SELESAI]Where stories live. Discover now