14. Cemburu

3K 36 0
                                    


Karen menggendong Lisa saat kembali ke ruang tamu. Anak kecil itu tidak mau diam. Terus berceloteh dan sesekali menyenandungkan irama lagu yang pernah di pelajarinya di TK.

Langkah Karen terhenti saat berpapasan dengan Aruni di ambang pintu dapur.

"Run, mau kemana?"

Aruni menoleh dan tampak kaget. Padahal seharusnya Aruni bisa melihat kedatangan Karen dari tadi. Wajahnya juga terlihat pucat.

"Eh, Ren. Gue pulang dulu. Ada urusan." Jawab Aruni cepat sambil menggoreskan senyum tipis.

Karen mengangkat kedua alisnya heran sambil memandang Aruni yang berjalan cepat ke arah pintu dan bahkan tidak memberikan kesempatan bagi Karen untuk menyahut, lalu pandangannya beralih pada Devan yang baru saja duduk di meja makan.

"Aruni kayaknya sakit, ya?" Tanya Karen. Lebih seperti gumaman untuk bertanya pada dirinya sendiri.

Devan hanya mengedikkan kedua bahu.

Karen memilih untuk tidak memikirkannya lebih lanjut, menurunkan Lisa ke salah satu kursi lalu menyelesaikan pekerjaan yang Aruni tidak sempat selesaikan.

*

Sialan Devan!

Aruni sedikit membanting pintu rumahnya begitu masuk ke dalam.

Bagaimana kalau tadi Karen melihatnya?

Tapi, untung saja Devan berhasil menghentikannya tepat waktu.

Namun, pria itu meninggalkan sesuatu di dalam sana sambil membisikkan sesuatu. "Jangan dikeluarkan. Tunggu aku."

Entah kapan Devan memegang benda itu di tangannya. Benda berbentuk lonjong dengan ekor. Aruni tahu benda macam apa itu walaupun lupa namanya. Yang jelas mainan orang dewasa.

Bodo amat lah. Aruni akan mengeluarkan benda itu yang membuat rasa tidak nyaman di antara kedua pahanya.

Aruni buru-buru mengunci pintu depan. Lalu menuju pintu belakang. Saat jarinya menyentuh kunci pintu, tiba-tiba Aruni mengingat bisikkan Devan terakhir kali sebelum melepaskannya.

"Pintu belakang jangan di kunci."

Ah! Apakah dia harus menuruti semua perkataan Devan? Tidak. Aruni menggelengkan kepalanya. Dia tidak mau.

Baru saja hendak memutar kunci pintu, tiba-tiba benda di bawah sana bergetar dengan intensitas tinggi. Aruni tersentak kaget sampai menjatuhkan tas di tangannya.

Pasti ulah Devan! Pekiknya dalam hati. Devan pasti mengendalikan benda itu lewat ponselnya.

Aruni menyibak roknya, ingin mengeluarkan benda menggelikan itu tapi bel pintu depan tiba-tiba saja berbunyi. Lagi-lagi, menghentikan apa yang ingin dilakukan Aruni.

Aruni mengintip dari jendela sebelum membuka pintu. Ada seorang pria berdiri di depan. Aruni mengenalnya namun sudah lama mereka tidak berjumpa.

"Mas Dion!"

"Halo Mba Aruni. Apa kabar?"

Dion, anak pertama Pak RT. Terakhir kali mendengar, kabarnya dia bertugas di luar kota sebagai tentara. Waktu itu Aruni juga baru pindah ke lingkungaan ini dan baru mengenal Dion.

Penampilan Dion sedikit berubah. Model rambutnya berbeda dari terakhir kali Aruni lihat, sekarang lebih rapih membingkai wajahnya. Tubuhnya sedikit lebih gemuk namun gagah.

Dion masih muda. Lebih tua beberapa tahun dari Aruni tapi belum menikah.

Aruni mempersilahkan Dion masuk.

Milik Tetangga [SELESAI]Where stories live. Discover now