11. Menjadi Kasus Tidak Terpecahkan

4.7K 55 2
                                    

Perkataan Devan seperti menyulut sesuatu dalam dirinya. Membuatnya berani untuk menghancurkan dinding yang ia bangun. Mendorongnya untuk memilih sebuah keputusan berdosa. Mengesampingkan kewarasannya. Membiarkan egonya mengambil alih.

Apalagi setelah Devan menghentikan apa yang dilakukannya, Ia merasa kehilangan untuk kesekian kalinya akan sentuhan yang pria itu buat di tubuhnya. Aruni ingin merasakan sesuatu seperti itu lagi.  Ia sedang mendamba.

Tapi sayangnya ia tidak tahu bagaimana mengutarakan keinginannya. Ia tidak tahu bagaimana mengucapkannya dengan kata-kata agar Devan mengerti apa yang sebenarnya ia inginkan.

Jadi dirinya hanya bisa mematung di tempat. Terdiam.

*

Wanita di depannya hanya membulatkan mata setelah merasakan apa yang baru saja dilakukannya.

Devan menunggu reaksi apa yang akan ia dapatkan. Apakah wanita itu akan menghentikannya lagi seperti kejadian jatuh dari tangga waktu lalu atau tidak.

Walau Devan tahu kalau Aruni sendiri... tampak menikmatinya.

Ya, Devan tahu itu. Devan tahu kalau sebenarnya Aruni juga menginginkannya, dari wajah Aruni yang tampak bergairah sesaat. Hanya saja Aruni menahan diri.

Namun kali ini, Devan tidak melihat adanya penolakan. Wanita berambut panjang itu tidak berusaha mendorongnya menjauh, atau berusaha menghentikannya.

Apakah ini tanda kalau Aruni benar-benar akan melewati batas itu?

Kedua kalinya. Devan berusaha menyentuh kembali bibir yang cerah dan menggoda itu. Dan Aruni... benar-benar tidak berusaha untuk menghentikannya. Ini adalah sinyal hijau untuknya.

Seperti baru mencicipi makanan asing, yang ternyata rasanya enak. Devan merasakannya secara perlahan, sebelum melahapnya dengan rakus dan membuatnya ketagihan.

Intensitas cumbuan mereka semakin cepat dan kasar. Devan tidak menyangka Aruni juga akan mengimbangi apa yang sedang dilakukannya.

Devan mendorong tubuh kecil di depannya ke arah dinding saat kedua lengan Aruni mengalungi lehernya. Semakin menekan apa yang sedang mereka lakukan. Rasa soda yang tadi di minum Aruni masih bisa Devan rasakan.

"Pi!"

"Papi!"

Teriakan dari lantai atas seperti air yang menyiram mereka. Memadamkan gejolak api gairah yang sedang membakar mereka berdua.

Dengan cekatan Devan dan Aruni menjauhkan napas mereka yang bertaut di udara. Devan membebaskan tubuh Aruni dari himpitannya.

Setelah bertatapan dengan canggung selama sepersekian detik, Aruni pergi tanpa berkata apa-apa.

Bertepatan dengan pintu di belakangnya yang tertutup, Lisa muncul di ujung tangga.

"Papi, temenin tidurnya. Lisa takut." Rengek Lisa.

Devan berdeham. Berusaha tersenyum. Jika itu bukan Lisa, Devan pasti sudah mengeluarkan umpatan-umpatan kasar dari mulutnya.

*

Aruni membanting pintu di belakangnya setelah berjalan dengan terburu-buru kembali ke rumahnya dari rumah Devan.

Sialan!

Aruni mengumpat untuk dirinya sendiri.

Jika bukan karena Lisa yang terbangun, dirinya mungkin sudah benar-benar meruntuhkan batas yang selama ini ia jaga.

Lalu... bagaimana ia akan menghadapi Karen nantinya, jika dia benar-benar menyeleweng dengan Devan?

Harusnya Aruni memikirkan hal itu. Tidak. Dia sudah memikirkannya makanya dia menjaga batas. Hanya saja, berada di dekat Devan, hanya membuat Aruni ingin berakhir dalam dekapan pria itu dan membuatnya lupa segalanya.

Milik Tetangga [SELESAI]Where stories live. Discover now