46: Green Light

21 3 3
                                    

Awal tahun disambut oleh butiran salju yang turun tipis. Beberapa hari yang lalu usia dunia bertambah satu tahun. Meskipun sudah lewat beberapa hari, jalanan masih dihiasi oleh hiasan khas tahun baru. Namun tidak di sebuah rumah sakit. Hiasan yang bertengger di setiap sudut untuk memeriahkan suasana tahun baru mulai diturunkan satu per satu.

Dowoon mengetatkan mantelnya. Dia berjalan menuju lift dengan sangat pelan karena ada beberapa pekerja yang sedang menurunkan hiasan. Pagi ini dia berangkat ke rumah sakit dalam keadaan masih mengantuk, dan efeknya masih terasa sampai sekarang. Tidak lucu kalau dia menabrak tangga para pekerja yang sedang menurunkan hiasan dan membuat seseorang cedera hanya karena ia masih mengantuk.

Beberapa kali Dowoon menguap lebar. Dia menggeleng untuk menghempaskan rasa kantuk. Dowoon tiba-tiba kehilangan keseimbangan ketika seseorang menyenggol tubuhnya.

Dowoon mengadu kesal pada sosok pria yang sedang memakan roti di sebelahnya.

"Hyung ..."

"Lemah sekali. Baru bangun?"

Sungjin mengunyah rotinya sembari menatap angka di atas pintu lift.

"Lihat mataku."

Dowoon dengan sengaja memajukan tubuhnya dan melototi Sungjin. Ia ingin menunjukkan betapa lelahnya matanya sekarang sampai tak bisa dibuka dengan benar.

Sungjin berdecak kemudian mendorong tubuh Dowoon menjauh. "Ada apa dengan matamu? Kau terlihat seperti tidak tidur."

"Kurang lebih begitu."

"Sejak kapan?"

"Beberapa hari ini."

Sungjin menoleh cepat mendengar jawaban Dowoon.

"Kenapa? Pasienmu ada yang memburuk?"

Kebiasan Dowoon saat kondisi pasiennya tidak sesuai harapan adalah tidak makan atau tidak tidur, hanya dua itu. Sekarang Dowoon mengaku tidak tidur. Pasti ada sesuatu yang terjadi dengan pasiennya.

"Tidak."

"Lalu apa?"

Sungjin tampak tak begitu peduli tapi juga penasaran dan tetap bertanya.

"Aku membuat langkah yang cukup ... gila."

"Apa? Kau melamar seseorang?" kata Sungjin asal sembari menggigit rotinya. Ia menoleh dan menemukan pria di sebelahnya sedang menatapnya serius.

Melihat reaksi Dowoon yang tak terduga membuat Sungjin tertawa.

"Itu gila, Yoon Dowoon. Sangat gila."

"Aku tidak melamarnya."

"Tapi memberitahu bahwa kau menyukainya 'kan?"

Dowoon diam. Bagaimana bisa Sungjin menebaknya semudah ini? Apa wajahnya sejelas itu untuk dibaca?

"Tenang saja. Bukan hanya kau yang melakukan hal gila. Baru-baru ini aku juga melakukannya, hal gila itu."

Dowoon mengangkat alisnya bingung. "Hyung juga?"

Percakapan sembari menunggu lift datang yang diharapkan hanya sekedar basa-basi kini menjadi seru karena ternyata mereka berdua melakukan hal yang sama.

"Mengatakan bahwa aku ingin bertemu ayahnya adalah hal yang gila 'kan?"

Sungjin berkata santai. Tidak, maksudnya sangat santai hingga Dowoon tak bisa menemukan celah untuk melihat kepanikan di wajahnya.

"Itu bukan gila lagi. Itu sangat gila! Perempuan mana yang hyung ajak untuk bertemu ayahnya?"

Berbeda dengan Sungjin yang kelewat santai, Dowoon justru kaget. Ia tidak pernah menyangka Sungjin adalah sosok yang gamblang seperti itu.

Days Gone ByOnde as histórias ganham vida. Descobre agora