45: Them (5)

22 4 2
                                    


I looked at you as a friend
until I realized one thing
you're more than that

———

Suara keras menggelegar di tengah lebatnya badai salju. Mobil hitam yang melaju dengan kencang itu menabrak pohon dengan keras. Bagian depan mobil rusak parah sedangkan bagian dalam tampak kacau balau. Pecahan kaca depan mobil tersebar di jalanan.

Seorang pria, yang terlihat mengeluarkan darah dari dahinya, mencoba untuk membuka seatbelt yang melilit pinggangnya. Setelah kesusahan dengan seatbelt, pria itu akhirnya berhasil meloloskan tubuhnya. Sebelum keluar ia menoleh ke samping ke arah kursi pengemudi. Temannya tidak ada di sana.

Pria itu mendobrak pintu mobil dengan sekuat tenaga menahan rasa sakit di lengannya. Ia berusaha keras untuk keluar dari mobil yang bagian belakangnya mulai mengeluarkan percikan api.

Beberapa menit kemudian tubuh penuh lukanya berhasil keluar dari mobil yang ringsek. Tidak lama mobil itu meledak. Kobaran api langsung melahap habis mobil hitam itu. Lama-lama apinya mulai membesar, tingginya hampir setara dengan pohon di sampingnya.

Pria dengan kemeja penuh darah itu duduk bersender di salah satu pohon yang ada di pinggir jalan. Nafasnya memburu. Ia kesulitan bernafas karena bagian rusuknya sangat sakit. Rasanya seperti tulang-tulangnya sedang menusuk jantung.

Pria itu memejamkan matanya, berusaha meredakan sakit di dada. Kemudian ia merogoh kantong celana dan syukurnya ponselnya ada di sana. Walaupun retak tapi benda itu masih bisa menyala. Ia langsung mendial nomor panggilan darurat.

"Anda sedang terhubung dengan panggilan darurat."

Suara operator di seberang sana adalah penyelamatnya.

"Tolong. Aku mengalami kecelakaan."

Nafasnya tercekat. Ia berusaha meraup sebanyak udara di tengah rasa sesak di dadanya.

"Boleh sebutkan posisi Anda sekarang?"

"Aku di perempatan sebelah Taman Daemyeong."

"Baik kami segera mengirim bantuan ke sana. Sementara itu boleh sebutkan jumlah korban?"

"Dua. Aku dan temanku. Tapi aku tidak tahu temanku di mana. Sepertinya dia terlempar dari mobil."

Ia berusaha untuk menjelaskan kondisinya di tengah kesulitan bernapas.

"Bisakah Anda mencari korban satunya? Jika tak bisa jangan paksakan untuk bergerak."

"Tidak. Aku bisa bergerak. Aku akan mencarinya."

Tubuhnya yang bersandar di pohon langsung berdiri. Tubuhnya sedikit sempoyongan tapi ia masih menguatkan dirinya untuk mencari temannya.

Sambil berbicara dengan operator, dia mencari temannya. Operator terus mengajaknya mengobrol, seperti memastikan dia tidak kehilangan kesadaran mendadak. Beberapa menit kemudian pencariannya membuahkan hasil. Ia berhasil menemukan temannya.

Mayat temannya.

———

Suara alarm membangunkan Brian.

Days Gone ByWhere stories live. Discover now