28: For the first time

46 4 2
                                    

Lampu merah menyala. Mobil berhenti tepat di depan zebra cross yang tak lama kemudian dilewati orang-orang. Dowoon memalingkan wajahnya ke kiri.

Deretan toko masih berjejer terbuka. Di antara beberapa toko—yang kebanyakan kafe dan restoran—Dowoon menemukan beberapa pasangan sedang makan malam bersama di waktu yang bersamaan pula. Dari toko ke toko ia menemukan sesuatu yang sangat menarik. Para pasangan itu memiliki beragam suasana. Ada yang romantis seperti saling menyuapi, ada yang makan dengan tenang, dan ada yang tampak sedang ribut besar

"Hyung, bagaimana rasanya jatuh cinta?" tanya Dowoon masih melihat pasangan yang terakhir. Keributan mereka bertambah besar hingga sang wanita menggebrak meja dan berlalu pergi, sedangkan sang pria tak lama juga berlari menyusul. Adegan drama gratis di malam.

Pria di sebelah, Jae, menoleh padanya. "I don't know," balasnya sambil mengangkat bahu. "Mungkin yang membuatmu berdebar."

"Berdebar ..."

Dowoon berdeham. "Misalkan, misalkan ya. Kalau kita berdebar karena perempuan yang terlihat keren itu bisa dibilang jatuh cinta bukan?" tanyanya.

"Kau ini polos atau bodoh? Aku tidak tahu. Itu tergantung dirimu. Tapi jika aku melihat perempuan yang menurutku keren, setiap gerak-geriknya pasti menangkap perhatianku, but i'm not considering that as fall in love."

Mobil kembali berjalan. Jalanan malam ini lumayan padat karena jam pulang kerja. Sekali lagi mobil Dowoon berhenti, bukan karena lampu merah tapi karena macet.

"Hyung pernah berdebar?"

Pertanyaan kritis. Jae harus membuka ingatannya. "Tidak," sahutnya.

"Bukannya hyung pernah berkencan?"

"Pernah berkencan bukan berarti pernah berdebar."

Keheningan menghampiri mobil yang ditumpangi dua pria ini. Mobil sudah memasuki pekarangan gedung apartemen. Tak lama mereka sampai di basement dan mobil Dowoon berhenti di salah satu spot parkir.

"Woon, kau masih lapar tidak?"

Dowoon mengerutkan alis. Pria yang setahunya jarang makan ini tiba-tiba bertanya di saat mereka sedang menunggu lift.

"Sedikit." Dowoon hampir menempelkan jari telunjuk dan jempolnya.

"Mau pajeon? Nanti aku beli bir juga."

Dowoon kali ini mengerutkan hidungnya terheran-heran. "Kalau hyung mau, aku juga mau," balasnya.

"Oke. Kau duluan yang naik. Aku mau ke toko dulu."

Tepat saat itu juga pintu lift terbuka.

"Memangnya ada mini market yang jual daun bawang?" tanyanya. Setahu Dowoon semua mini market dekat apartemen ini adalah mini market modern yang tidak menjual sayuran segar. Semua yang dijual hanya makanan instan.

Jae mengangguk kecil sambil berjalan masuk ke lift. Ia memencet tombol lantai lobi. "Ada toko kelontong model lama dekat sini. Mereka jual sayuran dan buah. Aku bisa beli di sana."

Dowoon mengangguk seraya melangkah masuk. Tak lama lift berhenti di lobi dan Jae segera keluar, kemudian lift langsung membawa Dowoon ke lantai lima.

Days Gone ByWhere stories live. Discover now