27: You'll get hurt too

47 5 6
                                    

Jae melepaskan masker yang menyesakkannya selama beberapa jam.

Panggilan dari ER ternyata berujung pada operasi. Pasien yang dilarikan ke ER setelah diperiksa ternyata mengalami masalah paru-paru yang serius. Saking seriusnya hingga membuat Jae harus berdiri kurang lebih  selama lima jam.

"Terima kasih semua."

Jae menundukkan badan sembari menarik bagian belakang jubah birunya hingga membuat baju scrub-nya kembali terlihat. Setelah membuang semua hal yang melekat di tubuhnya pada kantung sampah medis, Jae berjalan keluar. Ia mencuci tangannya di scrub station.

"Dokter Park."

Jae menoleh sedikit mendengar namanya dipanggil. Itu residen 'favorit'nya, Hwang Daeho. Jae sedikit terkejut melihat dokter residen satu itu. Lalu ia ingat bahwa salah satu orang yang membantu operasi berjalan adalah Daeho.

"Ada yang ingin kutanyakan," katanya sambil mengambil tempat mencuci tangan juga.

"Kalau ini soal pasien, aku tak akan jawab. Nanti saja. Aku ingin istirahat."

Jae mengibaskan tangannya ke bak cuci untuk menghilangkan sisa air lalu berjalan menjauh.

Daeho bolak-balik menengok ke arah Jae dan tangannya yang masih bergerak mencuci.

"Bukan soal pasien. Aku ingin bertanya hal lain," katanya sambil berlari kecil menyusul.

"Kenapa Dokter menghindari anak pasien vip tadi?" tanya Daeho.

Jae berhenti berjalan. Ia menoleh pria di sebelahnya. Menatap Daeho dengan mata menyipit tajam. Sementara yang ditatap mulai merasakan hawa tak enak.

"Mak—maksudku bukannya bagus didekati orang kaya? Dokter bisa saja berhenti dari pekerjaan ini lalu minta jaba—"

"Kau gila?" seru Jae. Suaranya lumayan menggema di tengah lorong yang berjejer ruang operasi. Rasanya suara seruan tadi bisa sampai terdengar masuk ke ruang operasi.

Jae menunjuk matanya. "Ini, kau lihat 'kan? Kantung mataku ini adalah hasil belajar kedokteran. Aku tidak mungkin meninggalkan hal yang membuat mataku gelap."

"Kalau begitu kenapa dokter tidak pergi kencan atau bertemu dengan wanita di luar? Jujur saja, dokter tampak sangat canggung dengan wanita. Malah terkesan kasar dan tidak sopan. Kapan terakhir kali Dokter pergi kencan?" tanya Daeho lagi. Ia benar-benar tak sadar dengan mata Jae yang kian mengecil saking kesalnya dengan pertanyaan yang dilontarkan.

"Kau ini banyak tanya. Kencan terakhirku saat kuliah. Puas?" balas Jae akhirnya.

"Belum. Kenapa Dokter tidak mencoba kencan buta? Mau aku kenalkan seseorang? Kurasa kekasihku punya teman yang single. Sepertinya Dokter akan cocok dengannya."

Tanpa disadari, Jae kaget mendengar kata kekasih keluar dari mulut Daeho. Ia sungguh tak tahu kalau residennya yang ceroboh nan pelupa ini sanggup untuk menjalin hubungan. Bukan, salah. Kita balik pernyataannya. Ada saja yang mau bersama residennya yang ceroboh dan pelupa satu ini.

"Tidak, terima kasih. Aku lebih suka pertemuan alami," sahut Jae. "Jika aku sudah punya kekasih kau orang pertama yang kutraktir, jadi berhentilah menjodohkanku. Lama-lama kau terdengar seperti ibuku," sambungnya.

Days Gone ByWhere stories live. Discover now