25: That feeling when ...

45 6 5
                                    

"Selamat pagi pendengar Seoul Power FM. Hari ini, KMA memastikan bahwa Korea Selatan sudah memasuki musim dingin. Diperkirakan suhu hari ini menyentuh angka 9°C. Untuk itu, pastikanlah memakai jaket atau mantel yang tebal dan jangan sampai terkena flu."

Suara tarikan cairan hidung terdengar saling bersautan dengan suara radio. Sungjin mengelap hidung berairnya. Kemarin malam, karena terlalu lama berada di rumah Wonpil, Sungjin yang kelelahan berakhir tidur direndaman air mandinya sendiri. Sekitar setengah jam terendam air di kamar mandi hingga membuat kondisi tubuhnya seperti sekarang.

"Ha ... Ini menyusahkan."

Sungjin mengelap hidungnya sekali lagi. Cairan yang keluar seperti tak ada habisnya. Sungjin meraih ponselnya dan mendial nomor tangan kanannya.

"Shinyoung, apa kau di rumah sakit? Sibuk? Kalau begitu bisa tolong belikan obat flu? Apa saja tidak masalah. Antarkan ke ruanganku. Oke. Terima kasih."

Panggilan ditutup oleh suara batuk kering. Semoga saja telinga di seberang sana baik-baik saja.

Saat ini mobil Sungjin sudah terpakir rapi di basement rumah sakit. Namun pria yang ada di dalam mobil tidak kunjung keluar. Sungjin masih sibuk mengeluarkan semua cairan hidungnya. Setelah selesai pria itu keluar sambil mengenakan masker.

Sungjin melihat pantulan wujud menyedihkannya di depan pintu besi lift yang sedang bergerak naik.

"Kemarin seharusnya tidak perlu mandi."

Suara batuk terdengar lagi. Sungjin menurunkan sedikit maskernya untuk mengelap cairan yang keluar dari hidung. Batuk dan hidung berair adalah kombinasi hebat, hebat yang menyusahkan. Sungjin cukup beruntung karena saat ini kondisi lift sepi dan hanya ada dirinya.

Ting

Pintu lift terbuka di lantai lobi. Di saat yang bersamaan dengan suara batuknya, satu orang masuk ke dalam lift.

"Hyung, sakit?" tanya Wonpil begitu mendengar suara batuk.

"Hm," gumam Sungjin.

Ia tidak menceritakan kronologi sakitnya. Alasannya terlalu konyol untuk didengar dan kemungkinan besar Wonpil akan menertawainya.

"Biasanya saat sakit kau minum apa?" Sungjin menggeram karena mencoba menahan suara batuknya agar tidak terlalu besar.

"Hanya air putih dan obat," jawab Wonpil singkat.

"Hanya itu? Tidak ada ramuan khusus?"

Wonpil menggeleng. "Tidak ada. Lagipula kalau sakit kenapa masuk kerja? Istirahat saja sana."

"Sudah terlanjur di sini."

Kemudian suara batuk terdengar kembali.

Wonpil mendecak kesal. "Keras kepala. Apa susahnya tinggal izin lalu pulang dan istirahat."

Sungjin mengerutkan badannya untuk mencari kehangatan dari mantelnya. "Aku malas menyetir pulang. Kalaupun pulang, tidak ada yang mengurusku juga di sana."

Ting

"Terserah hyung saja. Kalau tiba-tiba ER meneleponku karena ada yang pingsan, tidak akan kutemui," ujar Wonpil kemudian berjalan keluar dari lift tanpa melihat ke belakang.

"Tenang saja. Aku tidak akan pingsan dan tidak akan ada yang meneleponmu." kata Sungjin agak serak. Wonpil yang sudah berjalan jauh di depan sana hanya melambaikan tangannya tidak peduli.

Lift kembali bergerak. Naik satu lantai, Sungjin akhirnya menapak keluar. Baru satu langkah di depan lift, pria ini tiba-tiba terhenti.

"Sepertinya harus benar-benar minum obat."

Days Gone ByTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang