35: The reason

36 5 1
                                    

Yeoreum menyapa para staf medis di perjalanannya menuju kamar jaga. Hari ini semua orang-orang yang ia sapa tampak melapisi diri dengan jaket, beberapa juga memakai sweater. Musim dingin tahun ini sepertinya lebih dingin dari pada tahun lalu.

Yeoreum berdiri di depan sebuah pintu kemudian mengetuknya pelan sebelum membuka pintu. Ruangan yang tak terlalu luas di depannya ini dihuni oleh residen yang kelelahan atau mendapat shift malam. Salah satu yang kelelahan dan bertugas shift malam adalah si dokter penggemar vending machine.

"Kang Siwoo. Kau di sini?"

Yeoreum memasukkan kepalanya pada ruangan yang super gelap. Layaknya gua, tak ada satu pun yang menjawab. Cahaya yang masuk hanya berasal dari pintu yang ia buka membuat ruangan seperti kamar angker. Yeoreum meraba dinding dekat pintu kemudian menemukan saklar lampu. Lampu menyala dan terlihatlah betapa kacaunya ruangan ini. Sangat berantakan. Tidak layak disebut kamar tidur. Bahkan di salah satu ranjang, selimut saling menumpuk satu sama lain. Kalau saja ada mayat disembunyikan di sana pasti tak akan ada yang tahu.

Perempuan dengan rambut sebahu ini mendecak kesal.

"Dasar Siwoo. Kau bilang mau bertemu di sini."

Yeoreum hendak menelepon temannya itu ketika sebuah tangan tiba-tiba terangkat. Lima jari bergerak-gerak di antara tumpukkan selimut ranjang atas bunk bed.

"Siapa di sana?!"

Yeoreum menjerit. Ia otomatis mundur ketika melihat seseorang tiba-tiba terbangun di antara tumpukkan selimut. Apa orang itu tidak sesak napas?

"Aku masih hidup."

"Siwoo!"

Yeoreum hendak melempar apa saja yang ada di depan matanya, sementara pria di atas kasur malah menggaruk kepalanya sambil mencoba membuka matanya. Siwoo turun dari ranjang atas. Ia tidur dengan baju scrub yang sudah kusut. Rambutnya mengembang sempurna.

"Kau belum mandi? Tampilanmu sangat kacau."

Yeoreum mengernyit melihat wajah kusam Siwoo. Tidak percaya pria yang seringnya ia lihat rapih kini berantakkan sempurna.

"Memangnya kau pernah tidak kacau kalau shift?"

Siwoo sibuk menyusun tumpukkan selimut. Bukan menyusun, melainkan memindahkannya ke ranjang bawah. Yeoreum menggeleng melihatnya. Selesai memindahkan selimut Siwoo kemudian melambai, menyuruh Yeoreum mendekat.

"Untukmu."

Siwoo menyodorkan minuman kaleng yang entah muncul dari mana.

Bagi Yeoreum tentu saja ini aneh, sangat aneh. Ia curiga minuman di tangannya ini sudah kedaluwarsa makanya dengan mudah diberikan padanya.

"Cepat minum susunya. Aku sudah menjaganya agar tidak diminum orang lain."

"Aku yakin orang lain itu adalah kau. Lagi pula untuk apa kau memberikannya padaku dan bukannya ini dari vending putih? Aku lihat mesin itu sedang diperbaiki," tanyanya sambil membuka minuman kaleng di tangan. Setahunya susu karamel merek ini hanya dijual di mesin langganan Siwoo, vending machine berwarna putih gading yang terletak di depan pintu masuk ER, dan tadi saat ia lewat mesin itu sedang diperbaiki.

"Kemarin seseorang memaksaku memberikannya padamu."

Siwoo melihat sejenak Yeoreum yang sedang menegak minuman.

"Itu dari Dokter Yoon."

Pft!

"Jorok! Kau membuat lantainya lengket!"

"Dok—dokter Yoon? Yoon Dowoon?"

"Kau kira Dokter Yoon mana lagi, hah?"

Siwoo mendelik kesal. Tangannya mengambil baju entah milik residen mana dan mengelap lantai yang basah akibat susu karamel.

Days Gone ByWhere stories live. Discover now