14: Bad day, bad luck

147 32 13
                                    

⚠️Warning⚠️
Chapter terdeteksi panjang

———————————————————

Aroma petrichor tercium jelas begitu pintu lobi apartemen terbuka. Jae berdiri di teras lobi dengan membawa segelas cup kopi hangat di tangan kanan sementara tangan kirinya masuk ke dalam saku mantel untuk menghalau dinginnya udara. Kemarin malam, kota Seoul diguyur hujan sehingga membuat udara musim gugur terasa jauh lebih dingin.

Jae menatap sebentar langit tidak berawan di atasnya sebelum menegak habis kopi. Setelahnya ia berjalan ke mobil yang terpakir di halaman depan gedung apartemen.

Jae bisa merasakan hembusan angin musim gugur yang dingin menyentuh kulitnya. Sangat sejuk, ditambah aroma petrichor membuat suasananya seperti tinggal di pegunungan padahal tempatnya berdiri sekarang adalah perkotaan yang padat.

Meskipun angin musim gugur itu sejuk, Jae sebenarnya tidak menyukai musim ini. Jalanan yang tertutupi oleh dedauan gugur adalah hal yang paling menjengkelkan, dan satu lagi, bau daun gugur yang menumpuk di pinggir jalan membuat hidung bangirnya sakit.

Selain dua alasan di atas, masih ada satu alasan lagi kenapa pria berkacamata ini tidak suka dengan musim gugur, yaitu keadaan mobilnya sekarang.

Bibir Jae mendecak malas. Mood-nya turun drastis melihat penampilan mobilnya.

Bagian kaca depan mobilnya tertutupi oleh dedaunan basah yang gugur dari pohon di sampingnya, benar-benar mengotori dan menghalangi kaca depan.

Musim gugur, hujan, parkir di bawah pohon, what a good day for him!

Mulai sekarang tolong ingatkan Jae agar tidak memarkirkan mobilnya di bawah pohon, musim apa pun itu.

Setelah berhasil menyingkirkan dedauan basah sambil menggerutu, Jae masuk ke dalam mobil, menyalakan mesin dan terakhir, menyambungkan ponselnya ke headunit mobil menggunakan bluetooth. Tadinya ia ingin berkendara dengan tenang tanpa gangguan apapun, tapi karena mood-nya sedang tidak baik, Jae putuskan untuk mendengarkan musik saja.

Perjalanan menuju rumah sakit dihabiskan Jae dengan mendengarkan lagu. Tangannya mengetuk-ngetuk stir mobil dan mulutnya bersenandung mengikuti irama lagu yang terputar dari radio sambil menunggu lampu di depan sana berubah warna.

"Cause you had a bad day. You're taking one down. You sing a sad so–"

Nyanyian Jae terhenti. Musik tiba-tiba saja digantikan oleh suara panggilan telepon yang berasal dari headunit. Jae mengalihkan pandangannya ke layar kecil yang berada di tengah dan layar itu menampilkan nama 'chief Hwang Daeho'.

"Dokter sedang di mana?"

Begitu ia memencet tombol hijau, suara bernada cemas dari kepala residennya langsung terdengar.

"Di jalan. Kenapa?" tanya Jae santai. Bibirnya masih menggumam kecil.

"Pasien ECMO tanda vitalnya menurun. Lung sound-nya juga kurang bagus."

Jae berubah serius begitu mendengar perkataan Daeho. Ia memajukan kepalanya untuk melihat lampu lalu lintas yang ternyata masih belum berubah warna.

"Sudah panggil dokter lain?"

"Sudah, tapi Dokter Kim Jinyoung sedang ada operasi dan dokter lain belum datang."

Jae melihat jam tangannya. "Kalau begitu kau  pantau terus pasien. Aku bisa sampai ke rumah sakit dalam sampai sepuluh menit lagi." Kemudian panggilan terputus.

Days Gone ByWo Geschichten leben. Entdecke jetzt