44: Them (4)

25 3 2
                                    


I want you to know but,
I don't want to tell you

———

Sungjin sudah menguap tiga kali selama menunggu lift. Kemarin, sehabis pulang dari rumah sakit ia langsung menyalakan televisi dan menonton siaran ulang pertandingan bisbol tim favoritnya yang ia lewatkan. Akibatnya tubuhnya menjadi selemas rumput laut kering terendam air.

Tubuh lemasnya tiba-tiba disenggol. Ia menoleh dan menemukan Dowoon dengan cup kopi di tangannya.

"Jadwal pagi?"

Sungjin mengangguk. "Kau sendiri?"

Dowoon tidak memakai mantel atau pun baju kasual oleh karena itu jelas pria ini bukan baru tiba. Ia sudah memakai jas putih dan baju scrub di dalamnya.

"Ada pasien darurat. Baru selesai operasi."

Sungjin hendak mengambil kopi di tangan Dowoon sebelum si pemilik menjauhkannya dari jangkauan.

"Beli sendiri," kata Dowoon tegas.

Sungjin mendecak. Ia kembali menguap.

"Hyung belum tidur berapa hari?"

Dowoon melihat betapa ringkih tubuh pria di sebelahnya sekarang. Bahkan mungkin angin yang berhembus pelan bisa merobohkannya.

Satu jari telunjuk Sungjin naik, mengisyaratkan berapa hari ia belum menutup matanya dengan layak. Dowoon berdecak kasihan. Dia tahu betul rasanya makanya ia menaruh empati.

"Pasien?"

"Bisbol."

Dowoon berdecak lagi, bukan kasihan tapi kesal. Ia tidak jadi berempati.

Mereka masuk bersama ke dalam lift. Perjalanan naik terasa lama karena lift berhenti di setiap lantai dan mengangkut orang lain. Lift semakin penuh, dan frekuensi Sungjin menguap semakin sering. Barangkali mungkin ada setiap 10 detik ia menguap.

"Hyung bisa memasukkan satu sapi ke dalam sana," katanya ketika melihat betapa besar bukaan mulut Sungjin.

"Aku butuh tidur," katanya lemas khas orang mengantuk.

Dowoon menatap ke arah papan info lantai di atas pintu lift. "Sekedar informasi, kantong mata Hyung semakin menghitam."

"Hm. Terima kasih informasinya."

Dowoon keluar lebih dulu. Tak lama setelahnya Sungjin sampai di lantai ruangannya. Ia berjalan dengan langkah malas, saking lemas akibat kantuk yang tak tertahan.

Sampai di ruangan, Sungjin menggantung mantelnya kemudian melempar tubuhnya ke atas sofa. Dia mengeluarkan ponsel dan membuka kamera. Dowoon benar. Bawah matanya memang terlihat sedikit lebih menghitam dibanding kemarin. Sungjin hendak menutup mata ketika getaran ponsel membuatnya mengurungkan niat untuk tidur.

Dokter Park, aku ingin mengembalikan jaket yang waktu itu dipinjam

Won Yeonju, nama kontak yang mengiriminya pesan. Tanpa babibu Sungjin langsung menjawabnya.

Aku di ruangan
Datang saja ke sini

Setelahnya Sungjin menutup mata. Tadinya ia hanya ingin mengistirahatkan sebentar matanya, tapi lama-lama kantuk menyerang. Matanya mulai memberat. Tidur sebentar tak ada salahnya, katanya kemudian terlelap ke alam mimpi.

Days Gone ByWhere stories live. Discover now