15

1.7K 80 0
                                    

Assalamualaikum wahai para reader ku Ter cinta Ter cantik Ter manis Ter bohay Ter ..... Ter.... Ter luar biasa lah pokoknya!

Pening pula pala aing mikir Nye!
Padahal masih opening😤

Ekhem...

Ok guys, ini ada info sedikit tentang cerita ku ini, kalau kalian penggemar aplikasi novel fizzo, mungkin kalian pernah membaca cerita yang persis kek gini.

Yup! Karena keduanya memang akun resmi aku!

Jadi jangan terkejut ya, bagi kalian yang pernah baca cerita ini di sana...

Ok! Sekian dulu bacotan opening aku kali ini.

Vote dan komentar nya aku tungguin sampai maut memisahkan kita!/plak

Kalau ketemu Typo langsung kasih tau, jangan diem aja kek lamaran kerja aku yang tak juga dipanggil./plak

Hehehe...

Ketahuan aku sekarang jadi PENGACARA ( Pengangguran Banyak Acara)/plak

Ok guys, selamat membaca 😘

......

Seorang gadis sedang menatap tak percaya pada apa yang ada di hadapannya, kembali mengedipkan matanya seakan menyakinkannya bahwa ini bukan halusinasi sesaat.

Tangan rampingnya meraba sesuatu yang di atas meja, memastikan bahwa apa yang dia pegang bukan barang mainan yang terlihat persis seperti barang aslinya. Dirinya punya sedikit trauma akan hal itu.

Kini, gadis yang tak lain adalah Evara, tenggelam dalam lamunannya membayangkan semua yang ada di hadapannya, bakal masuk ke dalam mulutnya. Air liurnya bahkan nampak seakan terjatuh saat kembali seseorang yang dinantikan kedatangannya menambahkan kembali sesuatu di meja hadapannya.

Evara jadi ingin langsung mengambil peralatan perangnya, bersiap ingin bertempur.

"Ini, bibi bawaain sendoknya, jangan sampai ke pipi lagi makanannya." ujar Nina menyadarkan Evara.

Evara terperanjat, tersenyum saat peralatan berperang nya sudah ada di kedua genggamannya. Kini siap berperang menghabiskan semua makanan yang dibawa mamanya.

Alana kembali meletakkan kotak makan di atas meja, tersenyum bangga melihat hasil begadangnya semalam. Hatinya menghangat saat melihat putrinya memakan masakannya dengan lahap. Kenangan indah masa lalu saat mereka masih tinggal berdua, menyapa ingatannya kembali.

Momen paling membahagiakan nya dulu adalah saat putrinya ini pulang dari sekolah, langsung datang ke dapur dan memeluknya dari belakang, bertanya dengan mata berbinar, masakan apa yang dirinya buat hari ini.

Alana mengusap pelan matanya, menghapus air matanya yang kembali mengalir, dirinya tidak mau merusak momen yang ia harapkan dari semalam dengan mengingat kembali masa lalu nya yang bodoh. Kini dirinya harus fokus membahagiakan putrinya yang sudah dewasa.

"Nyonya gak ikut makan?" ujar Nina segan, dengan makanan sebanyak ini, dirinya tidak yakin bahwa dia dan Evara bisa menghabiskan nya.

Alana menggeleng pelan, "Bibi sama Thalia aja, saya sudah sarapan duluan di rumah. kalau gak habis bisa di simpan di kulkas, untuk besoknya " jawabnya tersenyum, tahu akan maksud wanita itu, "dan ini saya sisihkan untuk Zayan, mana tahu dia mau dengan masakan saya."

My Busy StoryWhere stories live. Discover now