11

1.8K 81 1
                                    

Assalamualaikum para reader ku yang cantik manis bohay dan rajin menabung 😘😘

Kalau ada Typo langsung kasih tau ya beb, jangan diem aja lu kek dia yang gak pernah bales perasaan gue, hiks!/plak

Vote dan komentar nya ditunggu loh beb, kalau gak kasih....

Gue santet online lu pade!/plak

So, selamat membaca😘

.....

Entah sudah berapa kali pria yang sedang duduk sambil tertunduk ini mengarang frustasi, pikirannya kini sedang kacau sejak 7 hari kemarin.

Dengan perasaan amarah yang semakin mendominasi pikiran pria itu yang tak lain adalah Zayan, ia menghempas gelas minumannya ke tembok. Seketika suara pecahan kaca membuat atmosfer di dalam Cafe adiknya mendadak suram.

Semua karyawan yang melihat kejadian itu hanya bisa diam, mereka tidak menyangka bahwa sang dokter yang terkenal akan kepribadian yang sabar dan berwibawa, ternyata bisa semarah ini jika itu menyangkut sang adik kecil.

Remi yang berdiri tak jauh dari Zayan menghela nafas Lelah, "Kalau lo ke sini cuman pengen hancurin semua barang, lebih baik lo keluar ke tempat sampah, di situ bebas Lo mau buang apa aja." ucapnya santai.

Zayan seketika menarik nafasnya dalam lalu kembali duduk, ia harus menenangkan emosinya, "Sorry, gue nggak tahu lagi harus mau cari dia di mana." ucap Zayan putus asa.

Karyawan yang mendengar hanya bisa tertunduk diam, mereka juga merasakan perasaan yang sama terutama Remi dan seorang pria yang duduk di pojokan sana.

Seminggu yang lalu, saat Remi menyuruh Evara mengantarkan makanan, pada sore harinya seorang pria datang dan mengantarkan sepeda Evara yang rusak parah lalu dia bercerita bahwa dia baru saja menabrak seorang gadis pemilik sepeda dan Gadis itu pergi begitu saja.

Remi yang mengetahui itu langsung menghubungi Zayan sedangkan Henry langsung mencari Evara, seketika sore itu Cafe ditutup dan seluruh karyawan yang di sana disuruh mencari Evara. Zayan bahkan melapor ke polisi namun sampai sekarang belum ada kabar terbaru dari Gadis itu.

Selama dua hari ini Cafe ditutup karena ingin fokus mencari Evara. Zayan juga datang ke tempat pengantaran makanan yang Evara antar, yang ternyata adalah rumah Bian, satpam disana mengatakan bahwa Evara sudah keluar dari rumah itu dengan sepedanya setelah mengantarkan makanan.

Henry yang duduk di pojokan, mengusap wajahnya frustasi, Sialan! Hendri terus mengutuk dirinya. Perasaan menyesal mulai menggerogoti pikirannya.

Seharusnya dia mengantar Gadis itu walaupun dengan paksa, seharusnya dia meretas HP Gadis itu dari dulu supaya dia tahu di mana lokasinya dan seharusnya-

Pikiran Henry pecah saat mendengar suara klakson mobil terparkir di belakang Cafe, begitu juga dengan yang lainnya yang menatap bingung, padahal sudah jelas ada tanda tutup di pintu kaca depan.

"Itu paling mobil numpang parkir." ucap cuek Puput.

"Biar gue cek dulu," ujar Sera ke belakang.

Kini ruangan depan Cafe kembali diam senyap, semuanya sedang berperang dengan pikirannya masing-masing, sampai suara teriakan Sera, wanita 24 tahun itu berteriak dari belakang.

"Evara datang!"

Zayan, Henry dan Remi serta yang lainnya langsung pergi ke parkiran belakang. Zayan dengan deguh jantung berdebar langsung berlari ke parkiran, merasa lega bahwa akhirnya Evara sudah ditemukan, namun perasaan lega yang tadi dirasakannya langsung lenyap saat melihat kondisi adiknya yang terduduk di kursi roda sambil melambaikan tangannya dan atasannya sekaligus teman akrabnya yang sedang mendorong kursi roda sambil meringis gelisah.

My Busy StoryWhere stories live. Discover now