5

2.3K 105 1
                                    

Assalamualaikum para reader ku yang cantik manis bohay dan rajin menabung 😘😘

Kalau ada Typo langsung kasih tau ya beb, jangan diem aja lu kek dia yang gak pernah bales perasaan gue, hiks!/plak

Vote dan komentar nya ditunggu loh beb, kalau gak kasih....

Gue santet online lu pade!/plak

So, selamat membaca😘

.....

Sudah beberapa kali seorang gadis mendesah kesal dan menggera marah pada pemuda tampan yang menatapnya sedari tadi dengan lekat sambil bertopang dagu.

Entah apa yang sedang pemuda ini pikirkan setelah 2 minggu lebih menghilang, semenjak terakhir mereka bertemu. Kini kedua pasangan yang selalu menjadi bentengnya menghalangi pemuda ini sedang pergi. Membuat pemuda ini dengan santainya kembali datang mengganggunya dengan duduk di hadapannya diam, hanya menatapnya lekat.

"Hari ini pulang bareng aku ya." ucap Henry tersenyum manis memamerkan langsung pipitnya.

"Kayaknya kamu punya banyak stok nyawa sampai berani datang ke sini ganggu saya lagi." jawab Evara sinis tanpa mendongak, membuat pemuda itu semakin tertarik dengan gadis ini.

"Kalau untuk kamu, nyawa pun bakal aku taruhin biar bisa ketemu setiap hari kayak gini." bukannya tersinggung pemuda itu malah semakin menggoda gadis itu membuat geraman marah kembali keluar dari mulut mungil Evara.

"Apa kamu tidak punya harga diri sampai melakukan hal menjijikkan seperti ini!" ucapnya mulai kesal, tanpa sadar berkata kasar.

Dia yang sedang menghitung uang penghasilan hari ini harus berhenti karena fokusnya hancur seketika mendengar suara pemuda ini menyapanya.

"Menurut kamu memperjuangkan seseorang yang dicintai itu menjijikan, hmm!" Henry menatap Evara tajam, merasa tersinggung dengan ucapannya barusan.

Evara menghela nafas, sedikit merasa bersalah berkata kasar, "Apa kamu tidak mengerti juga bahwa saya sama sekali tidak menyukai kamu."

"Bukan tidak tapi belum menyukai."

Evara mendengus kesal, "Bisakah kita menjadi teman saja seperti kamu menganggap Kak Naya teman." tawarnya putus asa, ia sungguh sudah lelah plus kesal menghadapi Henry.

"Naya itu pendamping David dan kamu~" Henry mencondongkan badannya mendekat melihat jelas wajah manis Evara yang membuatnya tidak akan pernah puas melihatnya, "Belum punya seseorang yang mendampingi kamu dan aku dengan senang hati menjadi seseorang itu!" sambungnya dengan ada bangga sebelum kembali duduk seperti semula.

Evara memutar matanya malas, pemuda ini mempunyai tingkat kepedean yang sangat tinggi melebihi menara Eiffel.

"Sayang sekali, saya tidak mau menjadikan kamu seseorang itu."

"Dan sayang sekali kalau aku nggak bakal berhenti sampai seseorang itu menjadi nama aku."

Evara kembali mengendus kesal, kembali menghitung uang kasir yang sempat tertunda tadi tanpa menghiraukan tatapan lekat Henry.

Semenjak David pemilik Cafe ini pergi, Evara lah yang menggantikan tugas David menjadi manajer di cafe sederhana yang sudah ia bangun sejak SMA dulu, tapi bukan berarti ia dibebas tugas kan tanggungjawab nya sebagai waiters.

Evara tetap bekerja sebagai waiter seperti biasa namun sebelum pulang ia akan menghitung Jumlah penghasilan hari ini, makanya ia pulang selalu dengan pak Anton karena ia bakal pulang terlalu larut.

My Busy StoryWhere stories live. Discover now