Sekitar jam 9 pagi, geto suguru sampai dirumahnya sehabis lari pagi dan langsung menuju kamarnya untuk mandi. Entah kenapa ia ingin merilekskan pikirannya yang rumit dengan berlari pagi. Setelah itu, ia turun ke bawah untuk sarapan karena tadi pagi dia tidak sarapan. Ketika sedang menikmati sarapannya, tiba-tiba hpnya berdering dan ternyata mamanya meneleponnya.

"Halo mah, ada apa?" Tanya geto suguru.

"Halo suguru. Kamu sekarang ada dimana?" Tanya mama.

"Aku di rumah mah. Lagi sarapan." Kata geto suguru.

"Ooh gitu. Mama boleh minta tolong?" Tanya mamanya kembali.

"Iya boleh. Ada apa mah?" Tanya geto suguru sambil memakan rotinya.

"Itu, kamu bisa tolong cek (name) di kamarnya? Mama cuman mau tau dia udah bangun atau belum. Tadi mama telepon gak diangkat. Soalnya mau nanya dia masih sakit gak perutnya. Tadi pagi dia bilang, dia sakit perut. Kalau misalnya dia masih tidur, ya udah gak apa-apa, gak usah dibangunin." Kata mama.

"Ooh gitu. Ya udah aku cek sekarang ya mah." Kata geto suguru.

"Makasih ya, nak. Nanti kabarin mama ya. Kalo gitu, mama tutup teleponnya. Dah." Kata mama.

"Iya sama-sama mah. Hati-hati ya mah. Dah." Kata geto suguru sambil mematikan hpnya dan memasukkan hpnya ke dalam kantong celana.

Setelah itu, tanpa menyelesaikan sarapannya, dia menuju ke kamar (name). Setelah tiba di depan pintu kamar (name), dia mengetuk pintunya dan tidak ada jawaban. Lalu, dia memegang ganggang pintu kamar (name) dan mencoba mendorong pintu tersebut untuk membukanya dan ternyata terbuka karena pintunya tidak terkunci. Kemudian dia masuk dan terdengar suara erangan dan kaget melihat (name) yang sedang meringkuk sambil memegang perutnya di pinggir kasur.

"(Name), (name) kamu kenapa?" Tanya geto suguru panik sambil berlutut di lantai menyadarkan (name).

"Eunghhh.... ughhh.... sakit bangettt.... aarghh." Erang (name) kesakitan sambil memeluk perutnya.

Tanpa pikir panjang, geto suguru keluar dari kamar (name) lalu memberitahu maidnya yang kebetulan keluar dari kamarnya karena sehabis membereskan kamarnya untuk memberitahukan supirnya agar menyiapkan mobil untuk membawa (name) ke rumah sakit dan menyuruh menghubungi rumah sakit keluarga mereka agar bersiap dengan kedatangan mereka. Lalu dia kembali ke kamar (name), kemudian menggendong (name) menuju mobilnya.

Di luar rumah, supirnya sudah siap dan membuka pintu belakang mobil. Setelah itu, geto suguru masuk dengan tetap menggendong (name) di depannya. Dia duduk sambil memangku (name).

Selama di perjalanan, (name) terus mengerang kesakitan di pangkuannya sambil tetap memegang perutnya dan geto suguru hanya bisa menenangkan (name) dengan mengelus-elus punggung dan kepala (name) sambil membisikkan kata-kata penenang untuk (name) dan sesekali menyeka keringat di dahi (name). Geto suguru tetap tenang walaupun dia terlihat sangat khawatir dan bingung harus berbuat apalagi untuk menenangkan (name).

Sekitar 10 menit perjalanan, mereka sampai di depan rumah sakit yang sudah di tunggu oleh dokter dan suster. Geto suguru segera turun dengan hati-hati karena sembari menggendong (name) lalu meletakkannya di brankar yang dibawa oleh dokter dan suster, kemudian ikut mendorong brankar tersebut sampai ke igd.

Sesampainya di igd, dokter dan suster segera memeriksa (name) dengan cepat. Setelah beberapa menit kemudian, dokter dan suster di sana bergegas membawa (name) dengan diikuti oleh geto suguru dan ternyata mereka membawanya ke ruang operasi. Dan disitu geto suguru panik melihat itu.

"Dok, dok, dia kenapa? Kenapa dia ke ruang operasi?" Tanya geto suguru panik.

"Setelah melakukan pemeriksaan tadi, sepertinya dia terkena radang usus buntu akut. Jadi memang harus langsung dilakukan prosedur operasi. Karena jika tidak, akan berakibat hal yang serius seperti komplikasi. Itulah yang menjadi penyebab sakit luar biasa di bagian perutnya. Operasinya akan berlangsung sekitar 1 sampai 2 jam saja. Jadi, tidak usah khawatir. Kalau begitu, saya masuk dulu." Kata dokter yang menangani (name) tadi.

Setelah mendengar penjelasan tersebut, geto suguru dapat bernapas lega, walaupun di dalam hatinya juga masih ada rasa khawatir. Kemudian dia menelepon kedua orang tuanya dan menjelaskan apa yang terjadi. Setelah itu, dia duduk sambil menunggu. Sekitar setengah jam kemudian, kedua orang tuanya sampai di rumah sakit dengan mamanya yang sudah menangis.

"Ini salah mama. Tadi pagi, dia sempet ngeluh sakit perutnya. Udah beberapa hari katanya. Terus mama udah ajak ke dokter, tapi dia bilang gak usah. Harusnya, mama paksa aja dia buat ke dokter tadi." Kata mama sambil menangis menjelaskan.

"Ini bukan salah mama. Bukan salah siapa-siapa." Kata papa sambil menenangkan mama.

Setelah hampir satu jam lebih operasi berlangsung, dokter datang menghampiri keluarga (name).

"Gimana keadaan anak saya, dok?" Tanya mama sambil menghampiri dokter tersebut.

"Jadi begini, seperti tadi yang sudah di jelaskan. Pasien menderita radang usus buntu akut. Oleh karena itu, harus di operasi dengan segera. Untung saja, pasien dapat cepat di tangani. Karena kalau tidak, akan menjadi serius seperti komplikasi. Dan operasi yang berlangsung tadi juga berjalan dengan lancar." Kata dokter tersebut menjelaskan.

"Jadi, kapan kami bisa menemuinya, dok?" Kata papa.

"Untuk sekarang belum bisa. Karena kami harus memantau pasca operasinya di ruang pemulihan. Kira-kira harus menunggu kurang lebih satu jam lagi baru pasien bisa di kunjungi dan di pindahkan ke kamar rawat inap. Nanti perawat yang akan memberitahukan kepada bapak sekeluarga perihal kepindahannya ke kamar rawat inapnya ya, pak." Kata dokter.

"Baik dokter. Terima kasih." Kata papa.

"Baik, kalau tidak ada pertanyaan lagi, saya permisi." Kata dokter.

"Terima kasih, dokter." Kata mama.

Mendengar penjelasan dokter tadi, kedua orang tuanya termasuk geto suguru dapat bernapas lega. Walaupun mereka belum bisa menemui (name) secara langsung, tetapi mereka bersyukur bahwa (name) tidak apa-apa.

"Kalau begitu, sepertinya mama mau pulang dulu. Mama mau bawa barang-barang (name) untuk beberapa hari ke depan. Suguru, kamu bisa tinggal dulu di sini?" Tanya mama yang sudah tidak menangis.

"Iya bisa mah. Aku gak apa-apa di sini dulu. Atau gak, papa dan mama sambil istirahat aja dulu di rumah. Karena (name) juga belum bisa diliat. Nanti kalo (name) udah di pindah ke kamar biasa, aku kabarin." Kata geto suguru.

"Ya sudah. Nanti kamu jangan lupa makan siang ya di bawah. Atau mau mama bawain makanan dari rumah?" Tanya mama lembut sambil membelai kepala geto suguru.

"Enggak usah mah. Nanti aku ke bawah aja. Aku titip baju sama celana aku aja mah." Kata geto suguru.

"Okelah, kalau begitu papa dan mama pulang dulu. Kalau ada apa-apa, langsung kabarin." Kata papa.

"Iya pah. Hati-hati pah, mah." Kata geto suguru.

Setelah itu, kedua orang tuanya kembali ke rumahnya. Geto suguru kembali duduk untuk menenangkan sedikit pikirannya. Karena dia merasa hari ini seperti panjang sekali padahal masih jam 11.30 dari yang dia lihat di monitor dekat ruang operasi. Tak berselang lama, hpnya berbunyi. Tanpa melihat siapa yang menelepon, ia langsung menjawab teleponnya.

"Halo, sug. Ntar malem jadi pergi gak?" Tanya sukuna.

"Enggak." Kata suguru singkat.

"Hah? Kenapa?" Tanya sukuna.

"(Name) sakit. Masuk rumah sakit dia, gara-gara usus buntu." Kata suguru sambil memijit dahinya.

"Ya ampun. Terus gimana keadaannya? Dia di operasi dong?" Tanya sukuna.

"Iya, ini baru selesai operasi." Kata suguru.

"Lu mau kita samperin gak? Sekalian kita jenguk (name)." Kata sukuna.

"Gak usah. Nanti aja gue kabarin waktunya kalo lu pada mau jenguk." Kata suguru.

"Ya udah. Kabarin aja." Kata sukuna.

"Gue minta tolong ke lo ya buat bilang ke toji atau naoya supaya mereka bilang ke sepupu mereka yang temennya (name), kalo dia sakit. Soalnya gue gak tau nomor temennya (name)." Kata suguru.

"Oke nanti gue bilangin. Ya udah ntar kalo ada apa-apa kabarin gue." Kata sukuna.

"Oke." Kata suguru singkat sambil mematikan teleponnya.



TERIMA KASIH SUDAH MEMBACA~

In The CageWhere stories live. Discover now