Bab 3

466 55 0
                                    

SELAMAT MEMBACA~



Keesokan paginya, (name) bangun cepat, dengan tujuan agar bisa pergi dengan cepat karena malas bertemu dengan ibunya apalagi duduk satu meja untuk sarapan. Karena setiap pagi mereka selalu sarapan sebelum melaksanakan aktivitas masing-masing. Walaupun kelasnya baru mulai jam 9 pagi dan sekarang dia sudah jalan menuju kampusnya jam 6 pagi.

Sampai di kampus jam 7 pagi, (name) segera menuju kantin kampus untuk membeli sarapan. Dan kebetulan ada penjual bubur, jadi (name) membelinya saja dan langsung makan di tempat. Setelah selesai makan, (name) menuju ke perpustakaan. Untuk apa? Untuk tidur sampai waktu kelasnya tiba. Setelah itu, (name) kuliah sampai sore, dan akhirnya dia memutuskan pergi ke cafe untuk bertemu maki dan nobara, yang dimana mereka sudah janjian dari kemarin untuk bertemu.

Sesampainya di cafe, (name) memesan makanan dan minuman karena sekalian saja makan malam. Dan tidak lama pesanannya datang, dan mereka makan sambil mengobrol ringan mengenai kelas, dsb.

Setelah selesai makan, (name) mulai menceritakan apa yang terjadi semalam mengenai ibunya yang ingin menikah lagi.

"Menurut kalian gue harus gimana?" Kata (name).

"Hmmm kalo menurut gue, alasan lu masuk akal, dan alasan ibu lu juga masuk akal, jadi biarin aja lah, ngalah aja, santai." Kata maki.

"Iya, toh juga kalo emang, mungkin ya ini mungkin loh kak (name), ibu lu gak mau hidup sendiri sampe tua, ya wajar. Siapa juga yang mau hidup sendiri ampe tua." Kata nobara.

"Ada. Gue contohnya, gue pengen hidup sendiri. Gue yang bakalan jagain ibu gue ampe tua." Kata (name).

"Yeee, itu kan karena saat ini elu lagi gak suka sama orang, tapi beda lagi besok dan seterusnya. Orang bisa berubah, (name). Kalo kata gue sih, ngalah aja demi kebahagiaan ibu lu. Gak, mungkin kebahagiaan lu juga. Mungkin orang itu bakal jadi sosok bapak yang baik buat lu juga. Ah, bukan maksud gue menggantikan ayah lu ya. Di dunia ini gak ada yang bisa menggantikan sosok orang tua asli kalo menurut gue. Dan mungkin aja selama 10 tahun ini, jauuuuuh banget di dalam lubuk hati lu walaupun lu bilang enggak, tapi lu pengen punya bapak dan pengen ngerasain lagi perasaan kasih sayang dari seorang ayah itu." Kata maki panjang lebar. Emang ya, selalu bijak si maki ini.

"Gak tuh, biasa aja gue selama ini, perasaan lu aja kali." Kata (name).

"Emang gak ada yang bisa ngalahin sikap cuek dan dingin lu kak (name) wkwkw." Kata nobara sambil tertawa.

"Iya emang nih si eeq kuda. Gue aja kalah kalo soal per-cuek-an ini. Padahal orang-orang bilang gue lebih jutek dan cuek sama orang di banding si (name), padahal mah dia lebih jauh levelnya di atas gue kalo orang-orang pada tau sebenarnya." Kata maki.

"Iye iye, udahlah jangan bahas gue. Ini lu pada mau kasih solusi gak? Kalo gak ya gue balik." Kata (name) malas.

"Ya itu solusi dari kita. Gak lu simak dari tadi omongan kita berdua apa? Capek-capek gue ngomong ampe berbusa gak di hayatin." Kata maki kesal.

"Dan lagi kak (name), kita gak ada yang tau umur orang, kalo tiba-tiba elu duluan yang di panggil dibanding ibu lu, masa lu tega bener biarin ibu lu sendiri di dunia ini, sedangkan elu berdua bareng ayah lu di atas sana. Kan kasian ibu lu, kak." Kata nobara.

"Elu ye, emang bener-bener itu mulut gak bisa di saring banget." Kata maki.

"Ah elah, masa gue ngalah dah, males bener deh. Ya udah deh, gue pikirin lagi." Kata (name) malas.

"Dan satu lagi (name), jangan lama-lama lu diemin ibu lu, gak baik. Inget, kita gak tau perasaan dan pikiran orang. Lu emang menderita karena kehilangan ayah lu, tapi mungkin, ibu lu lebih menderita. Karena sebelum ada elu, dia yang lebih menghabiskan banyak waktunya dengan ayah lu. Dan mungkin hatinya gak akan pernah sembuh walaupun orang itu datang. Inget, ayah lu itu separuh hidupnya ibu lu, begitupun sebaliknya. Kita, termasuk lu, belum ada di tahap itu. Tahap dimana adanya separuh hidup atau separuh jiwa di dalam hidup kita. Orang itu datang, mungkin cuman jadi plester, penutup luka ibu lu. Bukan penyembuh. Karena yang bisa jadi penyembuh luka itu cuman Tuhan. 10 tahun mungkin waktu yang cukup yang di berikan Tuhan untuk ibu lu sendirian tanpa pendamping. Jadi, please, jangan egois, (name)." Kata maki dengan serius.

Ah, (name) lupa, maki itu gak sesuai dengan umurnya dan selalu saja di setiap perkataannya seperti menampar wajahnya dengan keras untuk sadar.

"Huft, okelah, gue bakal pikirin mateng-mateng ntar. Udah ah, dari pada gue di sini mumet di nasehatin terus, gue mending balik, lu berdua gimana? Mau nebeng gue?"

"Gak, gue balik ama mai, soalnya kita masih mau ke tempatnya naoya, karena ada kumpul keluarga sekalian nginep di sana. Jadi gue nungguin dia balik, bentar lagi palingan dia sampe." Kata maki.

"Gue juga gak kak, gue kebetulan bawa mobil juga." Kata nobara.

"Oke, ya udah gue balik sekarang deh, takut macet banget udah malem juga, gak kerasa." Kata (name)

"Bareng kak gue ke tempat parkirnya." Kata nobara.

"Oke, bye maki / kak maki." Kata (name) dan nobara berbarengan.

"Bye, hati-hati." Kata maki sambil melambaikan tangannya.



TERIMA KASIH SUDAH MEMBACA~

In The CageWhere stories live. Discover now