***

Perut Alana terasa mual sepagi ini. Setelah mandi, ia mengenakan celana olahraganya yang cukup ketat. Dengan topi putih bertengger manis diatas kepalanya. Alana mengenakan baju jaket supaya ia tidak kepanasan ketika ia jala diluar. Hal itu malah membuat perut Alana yang buncit malah tidak terlihat karena bersembunyi di balik jaket besar miliknya. Perempuan itu juga mengoleskan sedikit lipt tint untuk memerahkan bibir ranumnya. Dengan sepatu putihnya, Alana bergegas keluar dari kamarnya.

Ruangan pertama kali yang ia lihat adalah ruangan tengah yang cukup sepi. Tiba-tiba saja Alana teringat semasa dulu, semasa ia masih duduk di bangku SMA. Peristiwa saat ini sama persis dengan masa itu. Ruangan yang sepi. Ayahnya saat itu sedang dinas keluar kota. Ayah Alana adalah salah satu kepala sekolah Menengah Atas disalah satu sekolah swasta yang ada di kota Jogja. Sehingga mengharuskan beliau jarang dirumah dan berkumpul seperti biasanya. Ibunya, ah mungkin ibu Alana sudah berada didalam kamar menonton salah satu serial drama korea. Alana adalah anak satu-satunya. Namun, ibu Alana banyak mengangkat anak dari anak didik suami beliau sendiri.

Tanpa berpamitan, Alana keluar dari rumahnya. Bukan tanpa alasan Alana memilih tinggal bersama dengan ibunya. Gilang juga menyuruhnya seperti itu.

Sebenarnya, ada adik angkat Alana yang bisa menemaninya dirumahnya sendiri. Namun, karena ini juga musim liburan anak-anak perkuliahan, jadi adik angkatnya lebih memilih untuk pulang ke kampungnya.

Ah, sudahlah!

Alana berjalan menuju taman dekat rumahnya, ponselnya berdenting lagi. Menandakan sebuah pesan masuk di WhatsApp. Sekali lagi, Alana berharap jika pesan tersebut dari Gilang. Namun, Alana salah. Pesan itu datang dari teman kerjanya di sekolah.

Pesan itu berisi foto Alana yang sedang berjalan menuju taman dekat rumahnya. Spontan saja, Alana langsung mencari sumber pemantau dirinya saat ini.

Dan Alana menemukan seseorang dengan tubuh tinggi atletisnya yang saat ini sedang tersenyum manis dengan Alana. Dibawah pohon mangga besar, pria itu duduk sembari tersenyum pada Alana. Senyumannya semringah. Alana menghampiri pria itu sembari tersenyum.

"Pak Albert disiini, juga?" tanya Alana setelah ikut duduk disebelah pria itu yang bernama Albert.

Albert tersenyum manis sebelum menjawab, "iya, Bu. Kebetulan, perumahan saya juga berada di sini," kata Albert sembari menyodorkan kebab untuk Alana, "ini dimakan. Tadi saya sengaja beli lebih untuk keponakan saya yang bakalan datang hari ini. Tapi, tidak jadi. Jadi, saya kasihkan ke Bu Alana," lanjut Albert.

"Manggilnya biasa aja kali, Pak Albert. Saya berasa tua sekali di panggil dengan sebutan Bu," Alana memprotes.

Albert tertawa karena Alana.

"Ah boleh, kah?" tanya Albert memastikan.

"Boleh, Pak," kata Alana langsung. Alana juga menerima uluran kebab dari Albert dan mengucapkan kata terima kasih pada Albert.

Keduanya saling berbincang asik dibawah pohon mangga itu.

Semenjak mengenal Gilang, Alana menjadi perempuan yang memiliki jiwa bersosialisasi baik dengan orang-orang terdekatnya. Sebelumnya, Alana memang malas hanya untuk sekedar bersosialisasi dengan orang sekitarnya.

Hingga mereka juga berjalan untuk menuju kedai-kedai kulineran yang disediakan di taman itu. Karena jika hari minggu, memang sangat ramai pengunjung yang sedang berolahraga. Maupun, hanya sekedar berjalan santai seperti Alana.

Albert banyak membelikan kulineran untuk Alana. Sepertinya, hampir semua kedai disitu mereka singgahi. Ah! Lumayan lah untuk mengurangi sedikit porsi rindu Alana pada Gilang.

Matahari kian naik keatas seiring berjalannya jarum pendek pada jam tangan yang dipakai oleh Alana. Mereka lebih memilih untuk beristirahat sejenak disalah satu kedai sembari meminum kopi racikan dari salah satu kedai tersebut.

"Lain kali kayak gini lagi ya, Pak. Kan saya jadi seneng," kata Alana lalu menyeruput kopinya.

Albert tertawa. Seperti mendapatkan teman bercerita satu frekuensi, pria itu telah melepaskan tawanya.

"Ah gampang. Doain saya aja rejekinya lancar terus," kata Albert sembari tertawa lebar.

"Tenang soal itu, Pak,"

Ponsel Alana berdenting, menandakan sebuah pesan masuk. Namun, perempuan itu enggan untuk membukanya. Karena sudah bisa ditebak jika pesan itu pasti dari orang yang ia harapkan.

Alana dan Albert banyak tertawa untuk minggu pagi ini. Albert adalah teman mengajar di sekolah tempat Alana mengajar. Albert juga sebenarnya pribadi yang lucu dan mampu mencairkam suasana. Sebut saja jika Albert adalah orang yang humoris dan cukup royal.

CINTA PALING RUMIT ( Update setiap Hari)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang