23 (21+)

67 3 0
                                    

Kini yang dilakukan oleh Gilang adalah membantu Alana untuk menguncir rambut panjang milik istrinya itu. Laki-laki itu menjadi dua kali lebih perhatian daripada sebelum mendapatkan kabar Alana hamil. Beberapa hari lagi ya mungkin tidak bisa menemani Alana untuk setiap harinya, karena tuntutan pekerjaan. Jangan ditanya lagi seberapa merasa bersalahnya Gilang saat ini. Ketika Alana hamil anak pertamanya, Gilang malah membuat hubungan ini dibatasi oleh jarak.

Gilang sebenarnya juga tidak mau seperti ini, namun karena ia harus bertanggung jawab untuk menafkahi Alana, dia harus melakukannya.

Tidak dapat dipungkiri juga, jika laki-laki itu juga benar-benar bahagia ketika pertama kali mendapatkan kabar jika Alana hamil. Walaupun Alana sempat mengomel, karena mereka telah bersepakat jika akan mempunyai anak setelah Alana selesai kuliahnya.

Namun, Alana juga tidak bisa menolak pemberian dari Sang Pencipta. Bukan berarti Alana menolak keras hadirnya janin yang saat ini ia kandung.

"Udah sayang," celetuk Gilang sembari memegang kedua pundak Lana untuk membalikkan badan Alana agar menghadapnya. Laki-laki itu tersenyum manis pada Alana sembari melihat karya tangannya setelah mengucir rambut panjang milik Alana.

Walaupun terlihat berantakan hasil karya tangan Gilang, laki-laki itu tetap bangga.

"Coba make sisir," Alana yang sudah tahu pasti jika Gilang yang mengucir rambutnya sangat berantakan, membuat perempuan itu menatap hilang dengan sinis.

Namun bukannya terlihat jelek, Alana malah terlihat semakin manis dengan anak rambutnya yang berantakan di sela-sela sisi wajahnya.

"Rapi gini kok dibilang jelek," tukas Gilang membela.

"Ini nggak rapi sama sekali ahh!" Alana semakin menggerutu dan menatap hilang seolah-olah ingin menyemprot Gilang saat ini juga. Tangan Alana sudah bersiap untuk melepaskan kunciran di rambutnya, namun dengan cepat Gilang menghalangi hal itu.

"Bagus sayang ih!" tukas Gilang kembali meyakinkan Alana agar perempuan itu percaya pada perkataan Gilang. Namun bukan Alana namanya jika tidak memberontak.

Tentu saja Gilang langsung mengunci pergerakan Alana dengan memeluk perempuan itu dengan erat. Kemudian, dengan sikap Gilang langsung menggendong Alana seperti kuli yang memanggul sekarung beras di pundak. Jangan ditanya lagi seberapa merontanya Alana saat ini.

"Lepasin!! Cabul kamu mas!" Teriak Alana sembari tangannya memukul-mukul punggung Gilang.

"Cabul sama istri sendiri nggak ngaruh wir!" Perkataan Gilang terdengar santai sembari berjalan menggendong Alana masuk ke dalam kamar.

"Lepasin ih!" Alana terus meronta. Namun Gilang semakin mempererat gendongannya agar kaki perempuan itu juga tidak menendang-nendang perutnya.

Setelah Gilang berhasil mengunci pintu kamar, Gilang langsung membanting Alana pada ranjang tempat tidur besarnya. Sepertinya Alana sudah siap-siap ke untuk bangun dan berlari, namun dengan cepat Gilang langsung menindih perempuan itu.

"Kamu nggak bisa kemana-mana," tukas Gilang sembari menatap Alana dengan sendu. Kini Alana berada di bawah kungkungan besar tubuh Gilang. Terlihat mungil, hal itu yang disukai oleh Gilang.

Pandangan mata Gilang menjadi gelap seketika. Di luar sana hujan telah mengguyur bumi dengan deras. Entah kenapa suasana kali ini sangat mendukung Gilang untuk terus berada di dekat Alana. Pandangan mata Gilang tepat menatap ke arah bibir ranum milik Alana.

Gilang mengelus bibir tipis milik Alana dengan lembut sembari terus memperhatikan bibir tersebut. Entah kenapa Alana juga diam melihat Gilang melakukan hal itu.

Yang dirasa oleh Alana saat ini adalah ia merasa nyaman berada di pelukan Gilang. Dipeluk oleh dunianya, membuat Alana menjadi merasa terlindungi. Alana tidak bisa mendefinisikan rasa bahagianya saat ini ia memiliki Gilang.

Kedua mata mereka mulai menggelap. Dan kondisi saat ini memang sangat mendukung untuk mereka bercumbu. Gila yang sudah mulai mendekatkan bibirnya ke bibir milik Alana, dan langsung mengecup lembut bibir ranum milik Alana. Ciuman itu cukup lembut dan tidak menuntut. Gelenyar rasa bak kupu-kupu yang berterbangan di dalam perut, membuat alamat cukup bahagia.

Gilang semakin memperdalam ciuman itu. Alana juga membalas ciuman Gilang tak kalah lembutnya. Untuk memperdalam ciuman mereka, Alana sudah menegaskan dengan cara mengalungkan kedua tangannya ke leher Gilang. Seolah-olah menuntut laki-laki itu untuk lebih memperdalam ciuman lembut itu.

Tangan Gilang juga tidak tinggal diam, ia meremas salah satu payudara milik. Kedua mata mereka saling tertutup untuk menikmati ciuman lembut itu. Satu persatu Gilang telah membuka kemeja hitam yang dikenakan Alana saat ini tanpa melepas ciuman mereka.

Hingga kerja keras Gilang telah berhasil membuka semua kancing pada kemeja milik Alana. Laki-laki itu dengan lembut membawa Alana untuk duduk tanpa melepaskan ciuman mereka. Dan dengan perlahan, Gilang melepaskan kemeja hitam perkarane itu hingga membuat perempuan itu hanya menggunakan bra saja.

Sejenak mereka melepaskan ciuman itu dan saling tersenyum lembut. Gelang yang sudah tidak tahan, ia langsung melepas kaos polo hitamnya. Dan kembali menindih Alana dengan perlahan. Mereka kembali menyatukan kedua bibirnya, dengan satu tangan hilang merayap ke punggung tubuh Alana untuk melepaskan bra yang dikenakan oleh Alana.

"Makasih udah mau hamil anak aku," begitulah ucapan lirik dan tulus dari mulut Gilang sebelum mereka menikmati surga dunia.





CINTA PALING RUMIT ( Update setiap Hari)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang