21. cekcok diatas motor

23 1 0
                                    

Sudah berapa kali Gilang menghela napasnya dengan panjang. Dan sudah berulang kali juga ia memutar bola matanya dengan malas. Bayangkan saja, jika kalian mempunyai keinginan yang menggebu-gebu tapi keinginan itu tiba-tiba pupus seketika. Sepatah hati itu kini Gilang. 

Ingin marah rasanya, akan tetapi ia lebih takut terkena amukan Alana. Karena perempuan itu jika sudah marah sidah seperti singa yang tidak makan selama satu bulan. Maka dari itu, Gilang harus menyelamatkan mentalnya terlebih dahulu. 

"masih bete, ya?" tanya Alana sembari melihat ekspresi Gilang melalui kaca spion motor mereka. Dan disitu, Alana juga terkikik geli melihat ekspresi Gilang yang rupanya tersiksa karena suatu hal yang dilakukannya tadi. 

Gilang tetap diam saja. Ia hanya berfokus menyetir sembari memikirkan bagaimana nasib juniornya yang mengeras saat ini. 

"MASIH MARAH, YA?"  Alana tiba-tiba sengakja berteriak tepat ditelinga Gilang sehingga membuat laki-laki itu spontan meringih kaget. 

"kamu apaan sih, Sayang? kan aku jadi kaget. Nanti kalau kita jatuh, Gimana?" kata Gilang.

Bukan Alana jika diam saja. Perempuan itu pasti membantah argumen Gilang. Prinsipnya hanya satu, ia harus selalu menang berdebat dengan Gilang. Walaupun terkadang argumen Gilang juga masuk akal, namun dengan akal liciknya, Alana selalu berhasil memojokkan Gilang sehingga laki-laki itu terdiam. 

"lagian juga ditanyain diem aja. Ya tak kira in kamu mendadak budeg mas," gerutu Alana dibelakang Gilang. Perempuan itu sedikit menyipitkan matanya karena angin jalan yang membuat matanya menjadi perih.

Mereka mengikuti hiruk pikuk kota Bandung yang terlihat macet sepagi ini. Namun dengan mereka berkendara motor, jadi memudahkan mereka untuk sedikit menerobos disela-sela kemacetan. 

"HA?" tiba-tiba saja Alana berteriak tepat disamping telinga Gilang. Sehingga membuat Gilang spontan untuk mengelus telinganya.

"Apa sih, Sayang? aku dari tadi diem aja lho!" ucapnya dengan sedikit kesal. Gilang sudah badmood karena Alana tadi pagi, ditambah perempuan itu membuat ulah lagi. 

"Ha? Apa? aku nggak denger. Kamu kalau ngomong jangan kayak orang budeg sih,'" Alana malah kesal dengan Gilang. Entah bagaimana ini konsepnya. 

"aku nggak ada ngomong apa-apa Sayang," jelas sekali jika Gilang telah mengucapkan kalimat itu. 

"KAMU NGOMONG, APA? BIKIN EMOSI MULU DAH. UDAH TAU HARINYA LAGI PANAS MALAH BIKIN EMOSI TERUS AHH!" kali ini Alana benar-benar marah dengan Gilang.

"kamu ngomong kayak orang yang lagi sakit gigi, swsjsjswjsnwsskjw," begitu imbuh Alana dengan kesal. 

Gilang ingin mengutuk angin darat yang sudah membuat Alana salah paham. Karena kesal, Gilang malah menepikan motornya dan hal itu membuat Alana kebingungan. Pasalnya, Gilang berhenti tepat didepan toko sepatu. Apaka Gilang akan membeli, sepatu? begitu pikirnya. 

"kenapa kok, berhenti? aku udah telat. Kalau kamu mau beli sepatu nanti aja sepulang nganterin aku dari kampus," kata Alana sembari menepuk-nepuk bahu Gilang supaya laki-laki itu kembali menjalankan motornya lagi. 

Gilang turun dari motornya dengan membiarkan Alana yang mengomel diatas motor. Gilang menghadap Alana dan tanpa babibu, tangan Gilang langsung memegang helm Alana dan mengarahkan perempuan itu agar Alana menatap kedua manik mata hazel milik Gilang.

"dengerin ya Sayang! aku dari tadi diatas motor nggak ada ngomong apa-apa sama kamu. tapi kamu hah heh hah heh terus. Dan tiba-tiba emosi karena aku ngomongnya nggak jelas," Jelas Gilang yang membuat Alana malah menatap tajam Gilang. 

"oh jadi karena itu. terus kamu mau nyalahin, aku?" tantang Alana.

"aku nggak menyalahkan kamu. aku cuma menjelaskan ke kamu supaya nggak salah paham," jelas Gilang lagi tetapi selalu salah dimata Alana. Pindahlah Gilang ke hidung. 

"terus kalau nggak nyalahin, apa?! marahin?!" Alana semakin tidak bisa mengontrol emosinya. Akhir-akhir ini juga Alana cukup sensitif. 

"enggak Sayang," kata Gilang dengan lembut, "yaudah kita berangkat aja. Masa gara-gara hal sepele kita sampai berhenti ditengah jalan gini," 

"KAMU YANG BERHENTI!" sentak Alana dengan kesal. 

"iya aku yang salah," Gilang meminta maaf lagi.

"salahin tuh angin. Kalau perlu salahin juga tangan kamu yang nge-gas motornya juga kecepetan jadi anginnya makin gede dan bikin suara kamu nggak jelas," 

Gilang menahan napas beberapa saat setelah mendengarkan rentetan kalimat ajaib yang terucap dari mulut Alana. Tidak disangka jika Gilang menemukan perempuan sehebat dan secerdik Alana. Gilang sangat terperangah. Apakah ia harus menyalahkan tangannya, sendiri? 

Gilang ingin menangis rasanya. Menangis bukan karena sedih, namun menangis karena ia terharu memiliki perempuan hebat seperti Alana.

Jika kalian tahu, itu hanyalah kalimat kesedihan yang Gilang ungkapkan lewat rasa bersyukur dan seolah-olah dia baik-baik saja. haha!

"iya aku yang salah, aku minta maaf," kata Gilang sembari menaiki motornya kembali. Mereka kembali mengikuti hiruk pikuk kota Bandung yang cukup banyak dengan kenangannya itu. 

****

Alana baru saja tiba di kelasnya dan langsung disambut heboh dengan Amanda and the ganks .

"lo harus tau kabar Al," Amanda tiba-tiba saja menghadang Alana yang ingin duduk disalah satu kursi dikelasnya. 

"apaan sih, minggir! gue mau duduk bangkek!" kata Alana yang memasang wajahnya dengan kesal. 

"ada promo besar-besaran di mall. Kita harus kesana nggak, sih?" Amanda yang menyampaikan hal itu malah membuat Alana tiba-tiba saja mual seketika. Namun, ia tidak memuntahkan apa-apa. Perutnya tiba-tiba saja mual. 

"masuk angin kali lo Al," celetuk Natasha sembari menghampiri Alana yang sedang memijit kepalanya yang tiba-tiba saja terasa sakit. 

Natasha memegang kening Alana untuk memastikan jika temannya itu tidak demam. 

"gue nggak sakit njir," begitu kata Alana. Namun lama-kelamaan Alana terlihat lemas dan pucat. 

"pucet gitu masih lo bilang kalau nggak sakit," celetuk Natasha.

"dah yuk kita bawa dia ke klinik terdekat," kata Amanda.

Alana juga tampaknya tidak menolak sama sekali. 

Amanda yang lebih dulu meminta tolong pada temannya untuk mengizinkan mereka untuk tidak hadir dimata kuliah hari ini. Amanda dan Natasha tidak tega jika membiarkan Alana harus pergi ke klinik sendirian disaat kondisinya seperti itu. 

Entah kenapa Alana mendadak sakit. Padahal pagi tadi, ketika Gilang mengantarnya, ia masih baik-baik saja dan masih kuat untuk berdebat dengan Gilang karena kesalahpahaman diatas motor. 

Ketika mereka sudah berada dihalaman salah satu klinik yang terdekat dari kampusnya, merekan langsung membawa Alana masuk. 

"tumben banget si pagar kabupaten yang biasanya berdiri kokoh dan amat sangat pemberani sekarang jadi kayak kerupuk yang dicelupkan ke kuah seblak kelamaan, mlempem," begitu kata Natasha sembari membantu Amanda untuk mentitah Alana masuk. Takut jika tiba-tiba Alana tidak kuat untuk berjalan.

"gara-gara lo ini Nda," kata Natasha.

"kok gue, bangsat?" Amanda kesal.

"gara-gara lo ngomong promo besar-besaran di mall, Alana langsung mual," jelas Natasha. 

"Apa hubungannya, anjing?!"




CINTA PALING RUMIT ( Update setiap Hari)Where stories live. Discover now