5. teman sendiri

336 32 4
                                    

Lagi dan LAGI, Gilang harus menghela napasnya dengan panjang karena melihat apa yang saat ini membuat dirinya meneguk ludahnya dalam-dalam. Pikiran jahatnya, langsung terbang kemana-mana. Matanya menatap tanpa kedip kearah Alana yang tertidur dengan daster yang naik keatas. Itu adalah sebuah pemandangan yang indah. Haha! Namun, bukan untuk Gilang. Pemandangan indah itu berubah menjadi jurang yang tajam bagi Gilang.

Bagaimana pun, Gilang adalah laki-laki normal. Ingin rasanya Gilang merobek-robek daster yang dikenakan Alana sekarang. Namun, ia membayangkan jika hal itu terjadi, Gilang malah terlihat seperti dukun cabul yang kehausan.

Hal yang buruk bagi Gilang!

Lalu, ia harus bagaimana?

Apakah ia harus menurunkan daster Alana dengan kesabaran, extra?

Bagaimana juga, Gilang tidak bisa melihat paha Alana yang putih itu. Gilang sudah hampir gila. Bagaikan burung di dalam sangkar emas. Haha. Mendadak otak Gilang yang cerdas menjadi buntu seketika. Entah kemana akal sehatnya. Ia mendekati Alana dan menindih perempuan itu. Padahal mereka sudah sah-sah saja. Namun, ia kan sudah membuat perjanjian jika dirinya dan Alana akan mempunyai anak setelah Alana lulus kuliah. Dan itu sebentar lagi. Namun, tetap saja lama bagi Gilang.

Hais....

Gilang langsung bangkit dari menindih Alana, ia langsung masuk kedalam kamar mandi. Sepertinya, mandi malam cukup baik untuk Gilang saat ini. Gilang berpikiran, jika dirinya lebih baik tidur diluar saja. Oke! Kali ini, Gilang akan meredam gairahnya dengan mandi tengah malam.

Daripada Gilang harus menjadi dukun cabul tengah malam.

***

Setelah mandi, ia menyelimuti Alana hingga sebatas leher perempuan itu. Lalu, ia mengambil bantal dan selimut sarung.

Gilang menutup pintu kamarnya dengan perlahan, agar Alana tidak kebisingan karena pintu berdecit.

Gilang memilih untuk tidur di sofa ruang tengah. Namun, ketika ingin menata bantal di sofa itu, tiba-tiba saja perutnya bunyi dan rasa lapar itu langsung menyerang Gilang. Gilang melempar selimutnya diatas bantalnya tadi lalu langkah kakinya berjalan kedapur.

Dengan langkah lebarnya, Gilang berjalan kearah dapur. Setelah sampai, Gilang membuka kulkas yang terisi penuh oleh sayur-sayuran. Rupanya, ia tidak tertarik dengan bahan-bahan yang ada di kulkas. Isi kepalanya hanya terisi soto ayam saja.

Ia melirik ke arah arloji yang melilit manis di tangan kekarnya. Jam sudah menunjukkan pukul setengah dua belas malam. Gilang tersenyum. Mungkin dengan ia makan yang banyak bisa menghilangkan gairahnya.

Bergegas Gilang mencari kunci motornya dan bergegas menuju pintu keluar. Namun ketika Gilang membuka pintu rumahnya, ia terkejut karena seorang perempuan telah berdiri di depan pintu itu dengan gelisah.

"Loh! Kamu dari, mana?" Tanya Gilang sedikit terkejut karena melihat seorang gadis keluar malam dengan pakaian yang sedikit seksi.

"Eh Mas Gilang," kata gadis itu dengan gugup. Sedetik kemudian, ia sedikit salah tingkah melihat Gilang.

"Kamu dari, mana?" tanya Gilang kedua kalinya dengan tegas.

"Mas Gilang mau, kemana?" tanya gadis itu yang bernama Bella.

"Loh malah balik nanya," kata Gilang menghela napasnya, "sana masuk kedalam rumah, sudah malam. Nggak baik masih gadis keluyuran malam-malam," kata Gilang lagi sembari memberikan jalan masuk untuk Bella.

Bella menganggukkan kepalanya dengan sedikit salah tingkah. Bella masuk ke dalam rumah dan mengintip kepergian Gilang dari balik jendela. Entah apa yang ada di pikiran Bella saat ini, Bella terus memandangi Gilang yang pergi menaiki motor.

CINTA PALING RUMIT ( Update setiap Hari)Onde histórias criam vida. Descubra agora