31. ya

14 0 0
                                    

Alana menghembuskan napasnya dengan panjang. Semalam, ia tidak jadi mengerjakan tugasnya karena GILANG  telah menguasai pikirannya. Laki-laki itu sedang asik dengan pekerjaannya. Sehingga, membuat Gilang jarang memberikan kabar untuk Alana. HAH! Jangan ditanya lagi seberapa besar overthinking  Alana sekarang ini. Pikiran negatif-negatif langsung saja menyerbu isi kepalanya. Berulang kali juga Alana menyumpah serapah. Walaupun, tadi malam Alana menghabiskan satu gelas kopi untuk menahan ngantuknya, tetap saja perempuan itu tertidur dengan pulas. Bahkan, posisi tidurnya tidak beraturan dan ditambah lagi perutnya yang semakin membesar. Perempuan itu jadi mudah tidur di sembarang tempat. Padahal, Alana termasuk tipikal seseorang yang tidak bisa tidur dengan sembarangan.

Mata Alana begitu berat hanya sekedar untuk membuka mata lebarnya. Alana berusaha membuka matanya kembali. Hal pertama yang dilihatnya adalah langit-langit kamar tidurnya. Alana juga tidak tahu harus melakukan apa untuk menghilangkan rasa rindunya yang masih bercokol dalam hatinya.

Ini bukan tentang bagaimana seiring jalannya waktu bisa menghapus rasa rindu itu, tapi ini tentang bagaimana cara menanganinya dengan cepat. Ah! Mau bagaimanapun juga cara menanganinya jika bukan dari dirinya sendiri yang tergerak, sama saja stuck.  Sama saja jika hidup Alana dipergunakan untuk hal-hal yang berbau sakit, pikirnya. 

Alana seklai lagi mengecek notifikasi di ponsel cerdasnya. Namun, Gilang hanya terakhir kali mengirimkan pesan untuknya tadi malam dan setelah itu, nomor Gilang sudah tidak aktif ketika Alana meneleponnya. Hal seperti inilah yang Alana benci. Teringat dengan jelas, jika Gilang pernah berkata untuk mengirimkan pesan untuknya setiap hari agar Alana tidak merasakan kekhawatiran. Namun, Gilang telah membohonginya.

Tiga harian yang lalu, Gilang sempat memberikan kabar untuk perempuan itu. Namun, tidak lama karena Gilang kembali bekerja. Kalau tidak salah, waktu adalah waktu jam istirahat siang Gilang.

Sekali lagi, perempuan itu menghembuskan napasnya dengan kesal. Sepagin ini saja, pikiran Alana sudah tidak karuan. Hingga ketukan pintu kamarnya, ia tidak mendengarkannya. Ibu Alana masuk kedalam kamar Alana. 

"mikir apa, lagi?" Pertanyaan itu membuat Alana langsung menoleh pada ibunya. 

"Ibu, nggak ketuk pintu dulu," kata Alana lagi. 

Ibu Alana telah membawakan segelas susu hangat untuk Alana yang diletakkan oleh beliau di atas nakas sebelah ranjang Alana. 

"Ibu sudah mengetuk pintu. Tapi. kamunya aja yang tidak mendengar," kata ibunya setelah meletakkan segelas susu tersebut, "kamu itu sudah punya suami, mbok ya harus bisa bangun pagi. Kebiasaan nggak baik itu ditinggalin,"

Alana kembali menghembuskan napasnya dengan panjang setelah kalimat itu keluar dari  mulut ibunya. Yang dilakukan oleh Alana adalah menenggelamkan kepalanya diantara kedua bantal. Saat ini, ia sedang berada difase engah mendengarkan omelan daei ibunya. HAH!

Ponsel Alana berdenting, menandakan sebuah pesan masuk. Tentu saja ia langsung bergegas mengambil ponselnya dengan senyuman yang sumringah. Sehingga  membuat ibunya hanya mampu menggelengkan kepalanya karena melihat tingkah laku anaknya.  

Namun, senyuman Alana memudar ketika melihat siapa yang telah mengiriminya pesan. Ternyata, Axel. YA! Cowok itu telah meminta Alana untuk bertemu dengannya. 

"kenapa, lagi?" tanya ibunya terus terang.

"Nggak papa. cuma temen yang ngabarin besok ada pelatihan diluar kota," 

"Oh yaudah, ibu mau kedapur dulu," 

Alana menghembuskan napasnya dengan lega. Ia bergegas menuju ke kamar mandinya. Walaupun hari ini adalah hari libur, Alana ingi keluar untuk mencari udara segar. Setidaknya ke taman dekat rumahnya hanya sekedar melakukan jogging.

CINTA PALING RUMIT ( Update setiap Hari)Where stories live. Discover now