22. ngisi

22 0 0
                                    

 Amanda dan Natasha cukup terperangah ketika mendengar kabar yang baru saja ia dengar dari mulut salah satu seorang dokter yang memeriksa kondisi Alana. Setelah memastikan dokter tersebut pergi, kedua sahabat Alana itu saling pandang. Kemudian, mereka saling terkikik geli.

"kita punya keponakan," seru Amanda dengan senang diselingi Natasha yang rupanya ikut bahagia. 

"yuk masuk," pinta Amanda.

Mereka masuk kedalam ruangan yang didalamnya ada Alana yang masih terbaring dengan lemas. Wajah perempuan itu sangat pucat. Alana memutar bola matanya dengan malas karena kedua sahabatnya itu masuk kedalam ruangan tersebut. Pastilah ribut mereka. 

Dan Alana sendiri tidak mempunyai banyak tenaga untuk menegur kedua sahabatnya itu. 

Dugaan Alana memang benar jika kedua sahabatnya itu akan ribut. 

Amanda sudah cengengesan melihat Alana yang terbaring lemas diatas ranjang sprei sputih. Kini, pagar kabupaten terlihat lemah diatas sprei putih.

"Gue nggak punya tenaga buat negur kalian," begitulah kata Alana dengan lemas.

Tiba-tiba saja seseorang masuk tanpa mengetuk pintu ruangan terlebih dahulu. Disana, terlihat Gilang datang dengan wajah yang cukup cemas.

Kedua manik mata hazel milik Gilang langsung tertuju pada Alana yang lemas diatas kasur.

Gilang langsung memeluk Alana sembari menanyakan keadaan perempuan itu. Gilang terlihat lelah. Terdengar dari suara napasnya yang terengah-engah karena sehabis berlarian. Laki-laki itu cukup kaget ketika salah satu sahabat Alana telah memberikan kabar tidak baik tentang Alana yang sakit. Tentu saja Gilang cukup khawatir dengan kondisi perempuan itu.

Disaat Gilang akan dipindahtugaskan, Alana malah sakit dan itu malah membuat Gilang menjadi sangat khawatir.

"Aku nggak papa, Mas," kata Alana dengan lemas. Perempuan itu sepertinya sudah tidak ada lagi energinya.

"Tenang Pak Gilang, Alananya aman aja kok," kata Amanda sembari senyam-senyum tidak jelas.

"Apa kata dokternya?" tanya Gilang pada kedua sahabat Alana.

"Alana lagi ngisi," cetus Natasha dengan antusias. Namun, perkataannya malah membuat Gilang semakin kebingungan.

Amanda langsung menoyor kepala Natasha, "ah elah! Lu bikin pak Gilang makin pusing aja. Dia nggak bakalan ngerti,"

"issshh...," sentak Natasha.

"Jadi si Alana ini lagi mengandung," jelas Amanda pada Gilang yang membuat Gilang sedikit terkejut.

"Mengandung, apa?" reflek mulut Gilang mengucapkan hal itu. Spontanitas saja, Gilang tidak menyadari hal itu karena terlalu kaget.

Dan pertanyaan Gilang itu malah membuat kedua sahabat Alana gemas. Mengandung, apa? Memangnya manusia bisa mengandung hewan didalam, perutnya? Tolong! Memangnya manusia bisa mengandung apa selain, bayi? Ah Gilang!

"Mengandung bayi lah, Pak. Masa kucing," gemas Natasha.

Alana yang mendengarkan hal itu juga sama kagetnya seperti Gilang. Pasalnya, mereka sudah membuat perjanjian jika akan hamil setelah Alana lulus kuliah.

Alana melirik Gilang yang juga menatapnya dengan tatapan kosong. Ingin sekali Alana mencekik leher laki-laki itu saat ini juga.

"Kok kamu jadi ngeliatin aku kayak, gitu?" tanya Gilang.

Tatapan Alana memang membunuh Gilang, sehingga membuat laki-laki itu menjadi serba salah.

"Rejeki kita," begitulah kata Alana. Yang membuat Gilang langsung benar-benar memasang telinganya. Pasalnya ini adalah kalimat ajaib yang keluar dari mulut Alana.

***

Setelah kepulangan Alana dari klinik sehari yang lalu. Membuat Gilang menjadi laki-laki yang super perhatian dengan Alana. Kabar tentang hamilnya Alana, telah menjadi kabar bahagia sekaligus sedih. Bahagia karena Alana juga menerima rezeki dari Allah. Sedih karena sebentar lagi Gilang akan meninggalkan Alana karena ia dipindah tugaskan kerja. Seharusnya di saat Alana hamil, seharusnya Gilang berada di sisi perempuan itu.

Jangan ditanyakan lagi seberapa merasa bersalahnya Gilang saat ini. Untuk menebus kesalahannya itu, akhir-akhir ini Gilang menjadi suami yang siap siaga. Dan Gilang akhir-akhir ini juga berusaha tidak membahas tentang kepindahan kerjaannya ini. Hal itu pasti akan membuat Alana sedikit kecewa.

"Kamu mau nyidam, apa?" Begitulah tanya Gilang ketika ia baru saja masuk ke dalam kamar dan memberikan segelas air putih serta cemilan untuk Alana. Gilang meletakkannya di atas nakas sebelah ranjangnya, agar perempuan itu juga mudah untuk mengambilnya.

"Lebay!" Tugas Alana sembari memutar bola matanya dengan.

"Kamu mau mangga muda punya, tetangga?" Tawar Gilang. Pasalnya setau Gilang orang-orang hamil, sebagian besar sangat menginginkan mangga muda milik tetangga.

"idih geli mas," Alana semakin risih jika Gilang seperti itu, "nggak usah sok perhatian," lanjut Alana lagi dengan kesal.

Dengan usia kandungannya yang menginjak hampir 2 bulan ini, yang Alana rasakan hanyalah emosi yang tidak bisa ia kontrol sama sekali. Dan ia juga tidak terlalu menyukai mangga muda dan nyidam lainnya.

Alana berdiri dari ranjangnya dan berjalan keluar kamarnya. Alana kan lemas terus jika dirinya tetap rebahan di kamar dan tidak melakukan pergerakan apapun. Tentu saja hal itu membuat Alana sangat bosan dan ingin keluar kamar. Perempuan itu berjalan ke arah ruang tamu dan matanya yang jeli telah melihat ke arah salah satu jaket yang dilempar sembarangan di atas meja ruang tamu. Tentu saja hal itu membuat emosi Alana naik seketika.

"Udah dibilangin berkali-kali tetap aja ngeyel," gerutu Alana sembari mengambil jaket itu dan dengan sekali tarik nafas ia meneriaki nama Gilang, "MAS! UDAH DIBILANGIN BERKALI-KALI JANGAN NARUH JAKET SEMBARANGAN! TETEP AJA NGEYEL! KUBUANG JAKETMU YA!" sentak Alana dengan kesal lalu tanpa babibu, perempuan itu langsung membuang jaket Gilang keluar. Hal itu membuat sang empunya jaket langsung berlari untuk mengambil jaketnya sembari menggerutu.

***

CINTA PALING RUMIT ( Update setiap Hari)Où les histoires vivent. Découvrez maintenant