Chapter 21 : Dianggap jalang

1K 19 0
                                    

Albert dan Grace datang bersama dengan Fransisco, kakak tiri Elina— yang saat ini tengah mengeluarkan kursi roda dari bagasi mobil Pagayani. Tentunya benda itu digunakan untuk Veronica. Florence berada dalam gendongan ibu mertuanya Grace. Sedangkan Elina terkejut begitu melihat Blue turun dari mobil digandeng oleh seorang pria tampan dengan balutan celana jogger dan kaos singlet hitam yang mencetak dada bidang hasil olahraga teratur.

Pertanda malapetaka.

Mengapa Julian bisa datang ramah bersama orangtua Sean? Sedangkan dengan Sean saja, keduanya tidak akur bahkan seperti musuh bebuyutan.

Elina menduga, sepertinya mereka habis menjemput Veronica pulang dari rumah sakit. Sudah tiga hari dilalui wanita berbadan dua itu menginap dan suaminya dengan tekun menemani setiap detik. Menit berikutnya, suka tidak suka Elina harus menyambut kedatangan mereka di pintu utama dengan mengulas senyum seadanya.

"Shelina, kudengar dari Elvander semalam kau pingsan, sayang?" tanya Grace terselip nada sedih dan raut khawatir dari wajah tuanya yang tidak terlihat keriput sama sekali.

"Mungkin aku hanya sedikit kelelahan, Mom."

Dengan suara tua tapi penuh wibawa Albert mengatakan sesuatu sambil mengelus bahu Elina. "Jaga kesehatanmu Nak, aku tidak ingin ada putri lain yang masuk rumah sakit lagi." Albert melirik sekilas Veronica yang sudah duduk di kursi roda.

Sepatutnya Veronica masih sanggup berjalan dengan kedua kakinya. Hanya saja, Fransisco tidak ingin istrinya itu kelelahan walau hanya satu detik saja.

"Benar yang diucapkan paman Albert," Untuk pertama kalinya, Elina mendengar suara Fransisco yang amat perhatian kepada dirinya. "Kau harus menjaga kesehatanmu Elina dan jangan pikirkan hal yang tidak perlu."

Elina tidak tahu harus bereaksi seperti apa. Jauh dari lubuk hatinya mempunyai kakak laki-laki sangatlah menyenangkan. Dia melihat sosok Fransisco sangat mencintai keluarga kecilnya. Terlebih dari penilaian matanya, Fransisco memiliki sifat tanggung jawab dan mandiri. Ia lebih memilih merintis perusahaan kecilnya dari nol ketimbang mengikuti jejak sang ayah yang terjun di dunia politik maupun masuk ke dunia militer. Fransisco juga sangat beruntung dibesarkan oleh Leonardo dan Meggie yang amat menyayangi dirinya sampai-sampai tidak mengekang dan membebaskan pilihan anak laki-laki satu-satunya dalam keluarga De Rojas.

"Sudahlah, Mi Amor," kata Veronica. "Elina pasti kelelahan karena setiap malam bertarung hebat dengan adik ipar." Kepala Veronica mendongkak kearah atas suaminya yang sedang memandanginya dengan penuh cinta.

Untung saja perkataan Veronica tidak di dengar oleh anak-anak. Entah mereka mendengar atau tidak, yang jelas Albert dan Grace sudah membawa mereka masuk, meninggalkan manusia yang tersisa masih berdiri di depan pintu utama.

Mata Fransisco melirik ke Julian yang sedang memandangi Elina.

"Aku akan mengantar Veronica masuk ke kamarnya dan sedikit bersiap-siap," kata Fransisco. "Tunggu sebentar, Julian."

Sejenak arah pandang Julian berubah memandang ke teman sebayanya itu. "Tidak masalah."

Fransisco mulai mendorong kursi roda masuk ke dalam mansion meninggalkan Julian dan Elina. Datang ke mansion Sean tak terlintas di pikiran Julian. Ia tak sengaja berpapasan dengan orangtua Sean di rumah sakit saat menjenguk Veronica pagi tadi. Julian adalah salah satu mitra kerja Fransisco. Sebagai seorang yang sudah ia anggap keluarga, tanpa perlu tanda tangan kontrak, Julian memutuskan untuk berinvestasi di perusahaan baru milik Fransisco yang sudah tiga tahun berkembang walau belum sebesar Williams Corporation dan JR Enterprise.

Julian menoleh kembali kearah Elina setelah punggung Fransisco sudah tak terlihat dari garis pandangnya. "Aku melihat semalam kau baik-baik saja. Kenapa bisa pingsan, hm?" tanya Julian, "Kau hampir merusak pesta pernikahan LA (Lucky Alice), Elina."

REVENGE DESIREWhere stories live. Discover now