Chapter 74 : Bahagia selama-lamanya

616 11 1
                                    

"Aku masih hidup dan selamat dari kecelakaan itu. Dan ini nyata dan sungguhan."

Deruan napasnya terasa panas di kulitku yang lembab dan wajahku yang pucat. Kata-kata itu masih menggantung di udara sulit kupahami. Benar-benar suara berat baritonnya berdengung mengambang di telingaku mencoba untuk masuk.

PLAK!!!

Tanganku tanpa sadar melayangkan sebuah tamparan keras ke pipi pria yang berada dihadapanku.

Aku menyesali perbuatanku barusan. Ternyata benar-benar pria yang di depanku nyata. Pipi Sean memerah dan dia tetap memandangku tidak merabai wajahnya yang mungkin kesakitan. Aku tahu tamparanku itu sangat kencang karena kugunakan sekuat tenaga untuk menyakinkan semua kebenaran yang terlihat.

"Bagaimana bisa kau hidup kembali?" Aku bertanya mendesis lemah, meremas telapak tangan sebelah kananku yang bekas menggampar suamiku.

Masih di dalam lift yang akan membawa kami ke lantai 95, jantungku berpacu sangat cepat. Debaran ini sungguh menggila hingga mungkin aku butuh dokter jantung menanganiku.

"Jawab aku, Sean!" Aku mendesaknya. Aku ingin mendengar semua jawaban keluar dari mulutnya.

Tidakkah dia tahu selama delapan belas tahun aku bertahan hidup hampir gila tanpa dirinya di sampingku.

Tidakkah dia tahu selama delapan belas tahun aku mencoba bunuh diri demi menyusul dirinya.

Tidakkah dia tahu selama delapan belas tahun... selama itu hidupku terasa hampa tanpa dirinya.

Tidakkah dia tahu selama delapan belas tahun hidupku terasa menyakitkan.

Sean mendekatiku dan tangannya bergerak meraba wajahku, menyusuri dan membelainya. Aku menoleh ke samping tidak mau menatap bola mata cokelat yang menangis karena mataku pun sudah digenangi air mata kesedihan dan juga kerinduan bercampur menjadi satu kesatuan yang membuatku lemah tak berdaya.

Aku ingin marah dan butuh penjelasan. Sejujurnya membayangkan dia masih hidup aku tak kuasa bersyukur dalam hati. Lega karena bisa melihat dia kembali bernapas.

Dia meraih kepalaku dan menempelkan wajahku di dadanya. Bisa kudengar langsung detak jantungnya sama sepertiku berdentum dengan irama cepat.

"Aku akan menjelaskan semua pertanyaanmu dari awal. Sekarang biarkan aku melakukan satu hal dulu." katanya dengan nada pelan.

Tubuhku merinding ketika dia terus mengecup puncak kepalaku dan aku semakin terisak membasahi kemeja hitam yang dipakainya. Saat aku ingin memeluk dirinya balik, Sean menjauhkan diri dan merapikan anak rambutku yang berantakan.

"May i kiss you?" tanyanya serak dan halus.

Dia menangkup wajahku dengan dua tangan, kedua tanganku pun serta merta memegang pinggangnya erat, tak mau membiarkan dia terlepas pergi lagi. Dan ketika jawabanku adalah menganggukkan kepala, bibirnya menempel pada bibirku dengan gerakan cepat.

Ciuman yang dilakukan adalah sebuah anugerah yang membuat hidupku terasa berarti, penuh dan juga rapuh. Sudah sangat lama aku tidak disentuh oleh seorang pria, dan hanya dengan Sean aku mendambakannya.

Seluruh getaran tubuhku terasa tersengat dan berdesir sangat amat tidak terkendali.

Seluruh sarafku mengalir menghantarkan sensasi yang sangat aku rindukan.

Getaran gairah yang terpendam muncul secepat kilat.

Aku memejamkan mata menikmati bibir kami yang menempel. Air mata kami mengalir menjadi satu kesatuan yang membuat semakin intim saat kami berciuman dengan penuh kelembutan. Kami menikmati setiap pagutan, tarikan, menyesap, menyatukan bibir dan menjulurkan lidah dengan senandung melodi indah penuh cinta dan kerinduan yang sudah lama tidak pernah kami lakukan.

REVENGE DESIRETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang